74
Gambar 14, menunjukan bahwa unit usaha ternak sapi perah merupakan
unit usaha yang memberikan kontribusi SHU terbesar untuk KUD Bayongbong. Laporan Tahunan KUD Bayongbong Tahun Buku 2009 menunjukan perolehan
SHU unit ternak sapi perah mencapai Rp. 508.733.278,60. Sedangkan untuk unit usaha makanan ternak Rp. 66.354.350,-, untuk unit simpan pinjam, SP PUK, dan
KCK, masing-masing mencapai Rp. 59.016.920,-; Rp. 16.208.494,-; Rp. 594.000,-. Kemudian Waserda 13.549.200,- dan Jasa Rekening Listrik Rp.
78.995.060,-.
6.2.4. Produksi Operasi
Kegiatan produksi susu yang dilakukan KUD Bayongbong mencakup pengelolaan input, pengelolaan budidaya sapi perah, hingga kegiatan pemerahan
untuk menghasilkan susu, yang kemudian akan disalurkan ke IPS. Fungsi dasar manajemen produksi meliputi proses produksi, kapasitas produksi, persediaan
bahan baku, tenaga kerja, dan kualitas produk yang dihasilkan. 6.2.4.1. Proses Produksi
Dalam pengelolaan usaha ternak sapi perah terdapat beberapa proses produksi yang dilakukan oleh KUD Bayongbong diantaranya penyediaan input,
kegiatan teknik budidaya, panen, hingga kegiatan pasca panen. Pada penyediaan pakan terdapat proses produksi pakan konsentrat, dimana konsentrat yang
diproduksi terdiri dari beberapa bahan seperti dedak, polat, kopra, sawit, jagung, tepung telur, mineral, garam, dan roti, yang kemudian diolah menjadi satu untuk
menghasilkan konsentrat.
Gambar 15. Proses Produksi Susu Sapi Perah KUD Bayongbong
Penyediaan Pakan Teknis Budidaya
Panen Pasca Panen
Pakan Hijauan Pakan Konsentrat
Penyiapan Sarana Pembibitan
Pemeliharaan Pemerahan Susu
Pengawetan Susu
75 Untuk teknis budidaya kegiatan yang perlu diperhatikan yaitu mulai dari
penyediaan sarana dan peralatan, kegiatan pembibitan, dan pemeliharaan yang meliputi sanitasi dan tindakan preventif, pemeliharan kesehatan sapi, pakan sapi
dan kandang sapi. Untuk kegiatan panen mencakup kegiatan pemerahan susu, namun sebelum melakukan kegiatan pemerahan perlu memperhatikan sapi yang
akan diperah serta persiapan alat yang steril dipergunakan dalam kegiatan pemerahan. Selanjutnya adalah kegiatan pascapanen, karena KUD Bayongbong
hanya menyalurkan produksi susu segar saja sehingga pada kegiatan pascapanen hanya meliputi pengawetan susu. Pengawetan ini mencakup kegiatan yaitu
penyaringan susu, penanganan mutu dan pendinginan susu. 6.2.4.2. Kapasitas Produksi
Rata-rata produksi susu yang dihasilkan perekor sapi oleh masing-masing peternak mencapai empat belas hingga enam belas liter perhari, sedangkan untuk
produksi susu yang diterima KUD Bayongbong dari peternak mencapai dua puluh empat hingga dua puluh lima ton perharinya. Berdasarkan laporan tahunan KUD
Bayongbong tahun 2004-2009, perkembangan produksi susu cukup fluktuatif.
Perkembangan Produksi Susu KUD Bayongbong Tahun 2004-2009
1000000 2000000
3000000 4000000
5000000 6000000
7000000 8000000
9000000
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Tahun
Pr o
d u
k si
S u
su L
it er
Jumlah Produksi Susu Liter
Gambar 16. Perkembangan Produksi Susu KUD Bayongbong
Tahun 2004-2009 Berdasarkan data Laporan Tahunan KUD Bayongbong Tahun Buku 2009,
saat ini KUD Bayongbong mengalami penurunan kapasitas produksi susu
76 dibandingkan dengan jumlah produksi susu yang dihasilkan pada tahun
sebelumnya. Tahun 2008 produksi susu mencapai 8.247.329 liter, sedangkan pada tahun 2009 susu hanya mencapai 8.072.991 liter artinya terdapat penurunan
jumlah produksi sebesar 1.07 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan faktor cuaca yang ekstrim dan tidak menentu serta penggunaan pakan yang kurang
terjamin berdampak pada kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. 6.2.4.3. Persediaan Bahan Baku
Bahan baku yang disediakan KUD Bayongbong dalam menjalankan usaha ternak sapi adalah ketersediaan pakan ternak. Pakan yang diberikan terdiri dari
pakan hijauan dan pakan konsentrat. Untuk pemenuhan persediaan pakan hijauan para peternak KUD Bayongbong memperoleh dari wilayah sekitar, sedangkan
pakan konsentrat membutuhkan beberapa bahan baku yang diperoleh dari para pengumpul daerah sekitar, pihak GKSI dan dan pengumpul bahan baku lainnya.
Untuk konsumsi pakan hijauan yang dikonsumsi oleh setiap sapinya mencapai satu karung per harinya. Sehingga persediaan pakan hijauan yang harus
dipenuhi disesuaikan dengan jumlah sapi yang dipelihara peternak. Untuk persediaan pakan konsentrat yang dikelola oleh KUD Mandiri setiap bulannya
diperlukan 400-430 ton konsentrat. Konsentrat yang diberikan di kemas dalam bentuk karungan dengan harga jual Rp. 1.630 per kilonya. Pengolahan pakan
konsentrat meliputi beberapa langkah kegiatan dengan menggunakan alat bantu mesin giling dan mixer.
6.2.4.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dikelola KUD Bayongbong sebagian besar merupakan
anggota yang juga memanfaatkan pelayanan yang diberikan koperasi. Pengelolaan tenaga kerja di KUD Bayongbong berbeda dengan perusahaan biasanya yang
sangat ketat dalam menetapkan spesifikasi dan karakteristik pekerjanya. Tenaga kerja yang mengelola unit usaha sapi perah pada umumnya adalah orang-orang
yang memiliki tujuan yang sama untuk membangun usaha ternak sapi perah dengan komitmen serta memegang tanggung jawab yang diamanahkannya.
Karakteristik tenaga kerja teknis usaha ternak sapi perah sebagian besar adalah orang-orang menjadikan pengalaman beternak sebagai dasar pengelolaan
77 ternak sapi mereka. Selain itu, sebagian besar angkatan kerja hanya mengenyam
pendidikan hingga SMP, SD bahkan terdapat yang tidak mengenyam pendidikan. Dampak keterbatasan pendidikan tersebut mengakibatkan sulitnya merubah pola
pikir lama para anggota untuk melakukan teknis pengelolaan yang lebih maju serta penggunaan teknologi modern.
6.2.4.5. Kualitas Produk Penanganan kualitas produk menjadi penanganan utama yang dilakukan
KUD Bayongbong untuk bisa memberikan susu dengan kualitas yang sesuai dengan standar penerimaan susu IPS. Penanganan kualitas dilakukan melalui
upaya pengontrolan, pengujian dan pengambilan sample dengan penggunaan fasilitas berstandar. Upaya pengontrolan dilakukan mulai dari proses pemerahan,
penerimaan susu dari peternak hingga ke KUD, kemudian dari KUD hingga penyaluran ke IPS. Dalam upaya pengontrolan tersebut terdapat kegiatan
pengujian standar kualitas susu yang dibutuhkan IPS. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat Total Solid TS, Total Plate Count TPC, Fat Lemak Susu,
Solid Non Fat SNF, Freezing Point, Lactose, Ph, dan Antibiotik yang terdapat dalam susu yang dihasilkan peternak. Pengujian dilakukan melalui pengambilan
sampel susu hasil produksi untuk diamati kelayakan standar kualitas susu yang sesuai dengan kebutuhan IPS.
6.2.5. Penelitian dan Pengembangan