85
19
Revitalisasi Peternakan Sapi Perah Harus Digalakan. 10 November 2009. http:www.iasa-pusat.org
. Diakses 6 November 2010
20
Harga Susu Impor Lebih Murah dari Susu Lokal. 7 Mei 2010. http:bataviase.co.id
. Diakses 10 November 2010
sapi perah di Indonesia. Saat ini kebijakan yang menjadi pusat perhatian peternak adalah adanya kebijakan impor susu dan tarif bea masuk susu yang meresahkan
peternak dalam negeri dalam menjalankan usahanya. Kebijakan Inpres No. 4 Tahun 1998, tentang koordinasi pembinaan dan pengembangan persusuan
nasional menetapkan bahwa penghapusan rasio jumlah susu impor yang diserap IPS untuk melindungi peternak lokal. Data Direktorat Jenderal Peternakan 2007,
perkembangan ekspor susu olahan dan impor susu bubuk Skim Milk Powder- SMP
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari tahun 2003-2006, volume ekspor dan produk susu olahan tertinggi dicapai pada tahun
2003 sebesar 49.593.646 kg dengan nilai US 54.830.373. Sedangkan, volume impor tertinggi juga dicapai pada tahun 2005 sebesar 173.084.444 kg dengan nilai
US 399.165.422. Dari angka tersebut, terlihat bahwa volume impor susu jauh lebih besar daripada volume ekspornya
19
. Pada tahun 2010, untuk meningkatkan daya saing kompetitif di pasar
global pemerintah memberi peluang untuk pembebasan bea masuk bahan baku olahan susu. Dasar Hukum Penghapusan Bea Masuk didasarkan pada Peraturan
Menteri Keuangan PMK No. 07PMK.0112010 tahun 2010 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang Dan Bahan Untuk memproduksi
Barang danatau Jasa Guna Kepentingan Umum Dan Peningkatan Daya Saing Industri Sektor Tertentu Untuk Anggaran 2010
20
. Kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah berdampak
pada tingginya jumlah impor susu serta rendahnya pajak masuk impor susu yang diterapkan telah menekan produksi di Indonesia serta proses produksi semakin
tidak efisien. Hal ini tentunya menjadi suatu ancaman bagi para peternak sebagai pelaku usaha sapi perah kurang terperhatikan kepentingannya oleh pemerintah.
6.3.4. Kekuatan Teknologi
Teknologi memiliki peran penting dalam meningkatkan efisiensi kerja. Adanya teknologi mampu memberikan efisiensi pada sisi waktu, tenaga kerja dan
biaya yang dipergunakan. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menuntut sumber daya manusia yang ahli dalam menguasai perangkat teknologi tersebut.
Teknologi yang berkembang saat ini dalam mengelola usaha ternak meliputi teknologi pengolahan pakan ternak, teknologi budidaya dan perbanyakan,
86
21
Populasi Sapi Perah Garut Capai 15.015 Ekor. 10 November 2009. http:www.garutkab.go.id
. Diakses 10 November 2010
teknologi pemerahan, teknologi pengolahan kotoran dan teknologi pengelolaan administrasi dan informasi. Seperti pada pengolahan pakan sapi terdapat alat
pencampur pakan basah, kemudian pada budidaya dan perbanyakan terdapat teknologi Inseminasi Buatan IB dan Embrio Transfer ET serta berbagai
teknologi yang memberikan kemudahan dalam mengelola usaha ternak sapi perah. Berbagai teknologi yang berkembang dalam mendukung kegiatan usaha ternak
sapi perah menjadi peluang yang besar untuk mendapatkan hasil produksi susu yang maksimal, tentunya diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusianya
dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut.
6.3.5. Kekuatan Kompetitif
Analisis kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi di banyak industri. Menurut Porter hakikat persaingan
industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuataan yaitu: persaingan antar perusahaan saingan, potensi masuknya pendatang baru, potensi
pengembangan produk-produk pengganti, daya tawar pemasok, dan daya tawar konsumen.
6.3.5.1. Persaingan antar Perusahaan Saingan Persaingan antar perusahaan saingan biasanya merupakan kekuatan
persaingan yang paling berpengaruh dibandingkan dengan kekuatan lainnya dalam model kekuatan kompetitif. Dalam usaha ternak sapi perah yang dijalankan
KUD Bayongbong di Kabupaten Garut, terdapat beberapa pesaing yang juga menjalankan usaha pada bidang yang sama.
Persaingan terjadi antara koperasi susu yang terdapat di Kabupaten Garut. Koperasi susu yang terdapat di Garut meliputi Koperasi Susu Garut Selatan
KPGS, KUD Mandiri Bayongongbong, KUD Cisurupan, dan KUD Cilawu. Masing-masing koperasi memiliki potensi peternakan masing-masing yaitu
Kecamatan Cikajang memiliki 5.537 ekor sapi berpotensi lahan 12.495 hektar, disusul di Cisurupan 2.984 ekor sapi dengan potensi lahan 11.606 hektar,
BayongbongCigedug terdapat 3.996 ekor sapi dengan 7.883 hektar serta Cilawu 1.800 ekor sapi berpotensi lahan 7.763 hektar
21
.
87 Dalam menjalankan bidang usaha yang sama banyak celah yang mampu
menimbulkan terjadinya persaingan. Persaingan terjadi dalam menjaga ketersedian pakan yang semakin terbatas dan harga yang tinggi, kemudian
persaingan juga terjadi pada sisi pelayanan yang diberikan kepada anggota peternak. Pelayanan yang diberikan kepada anggota peternak merupakan faktor
yang paling penting dalam menjaga kestabilan usaha ternak untuk mampu bersaing. Sistem koperasi yang terbuka memungkinkan anggota dengan mudah
dapat beralih keanggotaan pada koperasi susu yang lain. 6.3.5.2. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dapat menjadi ancaman terhadap perusahaan yang telah ada, baik dalam perebutan pangsa pasar atau perebutan sumber daya produksi.
Ancaman masuknya pendatang baru tergantung dari hambatan masuk dan kemampuan para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang
ada. Hambatan baru bagi masuknya perusahaan baru dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi, kebutuhan menguasai teknologi, pengalaman,
loyalitas konsumen, permodalan, saluran distribusi dan sebagainya. Untuk menjalankan usaha ternak dibutuhkan skala ekonomi yang cukup
besar karena bukan hanya permodalan yang besar yang dibutuhkan tetapi membutuhkan sumber daya lahan, hewan ternak serta sumber daya manusia yang
banyak untuk mengelola usaha ternak sapi perah. Kemudian, untuk menghasilkan kapasitas dan kualitas susu yang baik secara efisien usaha ternak dibutuhkan
teknologi pengolah susu untuk menjaga sterilisasi dari susu yang dihasilkan oleh peternak. Untuk mengelola hal tersebut dibutuhkan pengalaman serta permodalan
yang cukup kuat sehingga kegiatan pengolahan dapat berjalan dengan baik. Pada sisi distribusi dan pemasaran yang dilakukan kepada industri
pengolahan susu IPS merupakan proses yang tidak mudah, karena penerimaan susu yang dilakukan membutuhkan prosedur mulai dari perizinan usaha, kualitas
susu serta kontinuitas pasokan dari susu yang dihasilkan. Oleh karena itu, bagi pendatang baru yang akan masuk dalam industri usaha susu membutuhkan
sumberdaya permodalan yang besar serta pengalaman yang baik dalam menjalankan usaha ternak sapi perah.
88
22
Indonesia Perlu Genjot Produksi Susu Segar Nasional. 5 Maret 2010. http:www.kontan.co.id
. Diakses 20 Oktober 2010
6.3.5.3. Ancaman Produk Subtitusi Produk substitusi dari susu yang dihasilkan KUD Bayongbong yang
kemudian di pasarkan ke IPS adalah susu impor. Susu impor merupakan ancaman bagi para pelaku usaha susu lokal. Karena hingga saat ini sebagian besar pasokan
kebutuhan susu nasional dan IPS masih di dominasi oleh susu impor. Kebutuhan susu segar nasional yang mencapai 5.200 ton hingga 5.600 ton per hari,
sedangkan produksi susu nasional baru bisa memenuhi seperempatnya, atau sekitar 1.300 ton - 1.400 ton per hari, padahal 95 persen dari produksi susu segar
tersebut dipasok untuk industri susu. Untuk PT. Frisian Flag hingga saat ini masih mengimpor susu untuk
memenuhi sebagian besar bahan bakunya. Karena pasokan dari pasar domestik hanya mampu memenuhi 20 -25 kebutuhan bahan baku Frisian Flag. Menurut
Manajer Komunikasi Frisian Flag Anton Susanto, setiap hari, Frisian Flag hanya mendapat suplai susu segar sebanyak 475 ton. Susu segar itu dipasok dari 21.600
peternak yang tergabung dalam 21 koperasi yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.Jumlah tersebut baru mencukupi sekitar 20-25
kebutuhan bahan baku kita, jelasnya. Untuk susu impor sisanya didatangkan dari Belanda, Australia dan Selandia Baru. Namun, imbuh Anton. Setiap tahunnya PT.
Frisian Flag meningkatkan penyerapan susu segar dari lokal sebesar 14 persen
22
. Kebergantungan kebutuhan susu nasional dan IPS terhadap susu impor tersebut
menjadi suatu perhatian khusus yang perlu segera ditangani oleh pemerintah guna melindungi keberlangsungan usaha ternak lokal.
6.3.5.4. Daya Tawar Pemasok Dalam menjalankan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong menerima
pasokan bahan-bahan untuk memproduksi pakan konsentrat. Bahan- bahan konsentrat tersebut meliputi: dedak, polard gandum, kopra, sawit, jagung,
tepung telur, mineral, garam, mineral, dan bubuk roti. Masing-masing bahan berasal dari pemasok tetap yang merupakan mitra usaha ternak KUD Bayongbong
serta pemasok tidak tetap untuk beberapa bahan tertentu yang berasal dari pemasok yang berbeda-beda. Untuk bahan baku pakan polard dan kopra dipasok
langsung dari GKSI yang merupakan mitra usaha ternak sapi perah, begitupula pasokan mineral bermerk
‘lebah hijau’ yang bekerjasama dengan Perusahaan
89 Lembah Hijau Multifarm penyedia bahan mineral di Solo. Untuk bahan baku
lainnya KUD Bayongbong memperoleh pasokan dari pemasok yang berada di sekitar daerah wilayah kerja KUD Bayongbong atau setidaknya masih berada di
daerah Garut. Sebagian besar pemasok merupakan para pengumpul yang mengambil bahan-bahannya dari hasil pertanian.
Terdapatnya beberapa pemasok bahan baku pakan yang dimiliki KUD Bayongbong menunjukan bahwa daya tawar pemasok lemah terhadap usaha
ternak sapi perah KUD Bayongbong. Hal ini ditunjukan dengan tidak bergantungnya KUD Bayongbong terhadap salah satu pemasok. KUD
Bayongbong dan dapat memilih pemasok mana yang dapat diambil bahan pasokannya. KUD Bayongbong selektif dalam memilih bahan pakan karena selain
memperhatikan kualitas pakan, faktor harga bahan pakan pun menjadi pertimbangan.
6.3.5.5. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli Konsumen dari susu segar yang dihasilkan oleh KUD Bayongbong adalah
Industri Pengolahan Susu IPS. KUD Bayongbong memiliki beberapa IPS yang merupakan konsumen akhir meliputi PT. Isam Diamond, PT. Indomilk, dan PT.
Frisian Flag. Namun saat ini, KUD Bayongbong hanya mampu memasok kepada salah satu IPS yaitu PT. Frisian Flag. Setiap harinya pasokan KUD Bayongbong
mencapai 24-25 ton susu segar, pasokan tersebut masih jauh dari kebutuhan PT. Frisian Flag yang mencapai 400-475 ton perharinya.
Dalam memenuhi pasokan susunya ke IPS, KUD Bayongbong pun harus tetap menjaga kualitas dari susu yang disalurkan sesuai dengan standar susu yang
ditetapkan oleh IPS. Karena jika susu tidak sesuai dengan standar IPS, maka KUD Bayongbong akan dikenai risiko penolakan susu atau penalti terhadap harga susu
yang disalurkan. Kondisi ini menunjukan bahwa kekuatan tawar pembeli memiliki pengaruh yang besar terhadap KUD Bayongbong.
VII. FORMULASI STRATEGI
7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Unit Ternak Sapi Perah KUD
Mandiri Bayongbong
Identifikasi kekuatan dan kelemahan unit ternak sapi perah KUD Bayongbong didasarkan pada hasil analisis lingkungan internalnya. Berikut
faktor-faktor lingkungan internal usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong.
Tabel 14. Faktor-Faktor Lingkungan Internal
Faktor Kekuatan
Kelemahan
Manajemen 1.
Pengorganisasian kerja berjalan dengan baik,
2. Bentuk usaha yang telah
berbadan hukum dan perizinan usaha lainnya,
1. Masih lemahnya
pengontrolan distribusi susu di lapangan
2. Masih rendahnya tingkat
pendidikan anggota peternak
3. Pelayanan yang diberikan
KUD pada anggota kurang maksimal
Pemasaran 3.
Hubungan Kerjasama KUD dengan IPS yang
baik 4.
Lokasi IPS yang cukup jauh dari KUD
KeuanganAkuntansi 4.
KUD memiliki sumber permodalan usaha yang
baik 5.
Masih terdapatnya kredit macet yang terjadi pada
anggota
ProduksiOperasi 5.
Kualitas produk susu yang terjamin dihasilkan
KUD 6.
Letak KUD yang strategis dengan
pemasok bahan baku 7.
Letak KUD yang dekat dengan Peternak Sapi
Perah 8.
Fasilitas produksi yang dimiliki KUD
9. Hubungan kerjasama
yang baik dengan pemasok bahan baku
6. Ketersediaan pakan yang
semakin langka dan mahal 7.
Kapasitas Produksi Susu yang dihasilkan KUD
belum memenuhi kebutuhan pemasok
8. Belum adanya
pengelolaan Limbah ternak
Penelitian dan Pengembangan
10. Intensitas pelaksanaan
Litbang yang intensif -
Sistem Informasi Manajemen
- 9.
Penggunaan dan sumberdaya pendukung
sistem informasi yang masih terbatas
91 Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan bagi usaha ternak sapi perah
KUD Bayongbong yaitu : 1.
Pengorganisasian yang berjalan dengan baik Pengorganisasian yang dilakukan oleh KUD Bayongbong telah berjalan
sebagaimana mestinya. Hal ini dibuktikan dengan telah terbentuknya struktur organisasi, serta pembagian kerja yang jelas pada masing-masing elemen
pembentuk KUD Bayongbong. Komponen kepengurusan organisasi terdiri dari anggota, pengurus, pengawas dan rapat umum anggota RAT. Adanya
pembagian kerja yang jelas mampu memberikan keteraturan pada masing-masing elemen terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan perizinan usaha lainnya
Perizinan usaha merupakan faktor penting bagi suatu organisasi yang akan menjalankan usahanya secara resmi. Izin usaha bermanfaat dalam memberikan
kemudahan, jika organisasi ingin melakukan hubungan kerjasama atau kemitraan dengan pihak tertentu. KUD Mandiri merupakan suatu organisasi yang
memperoleh badan hukum didasarakan pada No. 5948 A BH KWK-10 14, selain izin berbadan hukum KUD Bayongbong telah memiliki SPKM didasarkan
pada No. 343 DK KPTS A-VIII 80 I dan SIUP didasarkan pada No. 026 026 E PK 10-2 NAS. Pada tanggal 24 Desember 1973 merupakan tanggal pendirian
KUD Bayongbong. Adanya izin usaha serta badan hukum yang dimiliki memberikan kemudahan KUD Bayongbong untuk melakukan hubungan
kerjasama bermitra dengan pemasok dan IPS, perolehan program bantuan pengembangan usaha ternak dari pemerintah, bantuan permodalan dengan
lembaga keuangan dan kegiatan lainnya yang bersangkutan pemenuhan syarat perizinan usaha.
3. Hubungan kerjasama yang baik dengan IPS
Menjaga hubungan kerjasama dengan konsumen merupakan suatu keharusan bagi produsen agar produk yang dihasilkan dapat diterima untuk
dipasarkan. Begitu pun yang dilakukan oleh KUD Bayongbong guna menjaga keterjaminan pasar susu yang dihasilkannya, menjalin hubungan baik dengan IPS
menjadi salah satu kunci utama perkembangan usaha ternak sapi perahnya.
92 Adanya hubungan baik antara produsen dan konsumen mampu menciptakan suatu
kepercayaan diantara kedua belah pihak. Kepercayaan yang diberikan IPS kepada KUD Bayongbong dapat dijadikan suatu keunggulan bersaing dalam menjalankan
usaha ternak sapi perah dibandingkan dengan pesaingnya. 4.
Sumber permodalan usaha yang baik Ketersediaan modal yang terjamin merupakan kekuatan finansial bagi
suatu organisasi. KUD Bayongbong merupakan salah satu organisasi dengan sumber permodalan yang baik. Sumber permodalan KUD Bayongbong berasal
dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman
dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya danatau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbit obligasi dan surat utang lainnya dan sumber
lainnya yang sah. Hal ini menunjukan permodalan KUD Bayongbong yang tidak bergantung terhadap pihak lain, dan kondisi tersebut menjadi suatu kekuatan
organisasi dalam menjalankan usahanya. 5.
Menghasilkan kualitas produk susu yang terjamin Kualitas produk yang baik merupakan suatu kekuatan organisasi dalam
mengungguli para pesaingnya, selain itu keterjaminan kualitas memberikan kemudahan organisasi dalam memasarkan produknya kepada konsumen. Saat ini
IPS menerapkan standar kualitas penerimaan susu bagi pemasok, dan hal tersebut memacu pemasok untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan IPS.
KUD Bayongbong mampu menjamin kualitas susu yang dihasilkannya untuk disalurkan kepada IPS. Kualitas susu yang terjamin menjadi kekuatan KUD
Bayongbong dalam menjalankan usaha ternak sapi perah, karena mampu menjaga keterjaminan pasar susu, dan memberikan keuntungan peternak dengan penetapan
harga susu yang baik. 6.
Letak KUD yang mudah dijangkau oleh pemasok Letak yang strategis merupakan salah satu faktor yang penting dalam
meningkatkan efisiensi kerja baik dari sisi waktu dan biaya. Letak KUD yang berada dekat dengan jalan raya memberikan kemudahan bagi para pemasok dalam
93 mengakses dan mengantarkan bahan yang dibutuhkan oleh KUD Bayongbong.
Kondisi tersebut memberikan keuntungan baik dari sisi pemasok yang tidak merasa sulit dalam mengantar pesan dan sisi KUD Bayongbong yang memperoleh
bahan-bahan yang dibutuhkan dengan secara mudah dan cepat. 7.
Letak KUD yang dekat dengan peternak sapi Letak KUD Bayongbong yang dekat dengan peternak merupakan suatu
keuntungan bagi KUD dalam mempermudah akses pengambilan susu dan distribusi susu dari peternak. Hal ini juga berpengaruh terhadap kualitas susu yang
dihasilkan, karena mampu meminimalisir perkembangan bakteri di dalam susu. Kedekatan lokasi peternak KUD dengan peternak menjadikan proses pengolahan
sterilisasi susu menjadi semakin cepat dan efisien. 8.
Fasilitas produksi KUD yang memadai Ketersediaan fasilitas yang memadai merupakan faktor penting dalam
mempermudah dan melancarkan usaha yang dijalankan. KUD Bayongbong dalam menjalankan usaha ternak sapi perah memiliki fasilitas cukup memadai mulai dari
fasilitas transportasi untuk distribusi, fasilitas alat pengontrol kualitas susu dan fasilitas untuk kegiatan sterilisasi susu yang akan disalurkan ke IPS. Fasilitas
produksi KUD Bayongbong yang memadai ini mampu memacu peningkatkan kualitas susu yang dihasilkan.
9. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok
Pemasok merupakan pihak yang menentukan baik buruknya kualitas bahan yang digunakan KUD Bayongbong dalam menghasilkan produknya.
Kualitas bahan yang kurang baik akan berdampak pada produk yang diciptakan memiliki kualitas rendah. Dalam hal ini produk yang dihasilkan KUD adalah
pakan ternak dan susu yang disalurkan ke IPS. Sehingga menjadi suatu kewajiban KUD Bayongbong dalam menjaga hubungan baik dengan pemasok baik pemasok
bahan baku pakan ataupun peternak selaku pemasok susu. 10.
Intensitas pelaksanaan litbang yang intensif Upaya penelitian dan pengembangan merupakan salah satu faktor penting
dalam menghasilkan suatu inovasi serta peningkatan mutu produk. Kegiatan
94 penelitian menentukan cepat atau lambatnya perkembangan suatu organisasi.
Dalam melakukan penelitian dan pengembangan KUD Bayongbong melakukan kerjasama dengan beberapa instansi pendidikan guna meningkatkan pengendalian
terhadap perkembangan susu yang dihasilkan peternak. Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan usaha ternak sapi perah
KUD Bayongbong yaitu: 1.
Lemahnya pengontrolan distribusi di lapangan Permasalahan yang terjadi pada kegiatan distribusi adalah adanya
penjualan susu ke luar wilayah kerja KUD Bayongbong yang dilakukan oleh peternak, karena kurangnya pengontrolan yang diklakukan oleh pihak KUD
terhadap anggota peternak. Hal tersebut tentunya sangat merugikan kegiatan usaha ternak KUD Bayongbong, dan berdampak pada berkurangnya jumlah
produksi susu yang dihasilkan. Penjualan ke luar ini sangat rawan terjadi di daerah perbatasan wilayah kerja antar Koperasi Unit Desa KUD.
2. Rendahnya tingkat pendidikan anggota peternak
Tingkat pendidikan anggota peternak sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong. Peternak sebagai
sumberdaya pengelola ternak sapi perah sangat menentukan cepat lambatnya perkembangan usaha yang dilakukannya, dan tingkat pendidikan yang baik akan
berdampak pada kualitas peternak serta responnya dalam menghadapi perkembangan. Kondisi dari para peternak KUD Bayongbong sebagian besar
hanya menganyam pendidikan hingga tingkat SD atau SLTP. Hal ini berdampak pada sukarnya peternak dalam memahami dan merespon perubahan yang terjadi,
khususnya dalam hal perkembangan pola beternak dan penggunaan teknologi pendukung usaha ternak.
3. Pelayanan yang diberikan KUD kurang maksimal
Pelayanan yang ditawarkan merupakan faktor utama para anggota memiliki keinginan bergabung untuk bekerjasama melaksanakan usaha yang
dikelola KUD. Karena melalui pelayanan tersebut anggota mampu memperoleh manfaat yang diharapkannya. Permasalahan yang terjadi terkait dengan rendahnya
95 loyalitas anggota adalah kurang maksimalnya upaya pelayanan serta perhatian
yang diberikan KUD Bayongbong terhadap anggotanya. Hal ini menjadi sesuatu yang perlu mendapat perhatian khusus guna menjaga keberlangsungan usaha
ternak sapi perah KUD Bayongbong. 4.
Lokasi IPS yang cukup jauh dari KUD Bayongbong Wilayah pemasaran yang jauh dari letak pemasok sangat berpengaruh pada
faktor biaya, distribusi dan kualitas dari produk yang dihasilkan, khususnya produk yang sangat rentan dengan pengaruh kondisi lingkungan. Susu sebagai
salah satu produk yang rentah terhadap pengaruh lingkungan perlu mendapatkan perlakuan khusus untuk menjaga kualitasnya. Letak IPS yang berada di wilayah
Jakarta, memakan biaya dan waktu yang cukup lama untuk mendistribusikan susu dari KUD Bayongbong. Selain itu, faktor pengurangan kualitas dan kapasitas susu
serta risiko tumpah lapang rawan terjadi. 5.
Kredit macet yang terjadi di tingkat peternak Kredit macet yang terjadi pada peternak merupakan masalah yang sering
terjadi dihadapi oleh KUD Bayongbong. Hal ini disebabkan karena sebagaian besar anggota belum mampu mengembalikan pinjaman dengan berbagai alasan.
Kondisi tersebut di dukung dengan kurang tegasnya pihak KUD dalam mengontrol serta menindak para anggota yang bermasalah dengan pinjamannya.
Masalah ini sangat berdmapak pada kondisi serta kelancaran keuangan KUD Bayongbong khususnya keberlangsungan usaha ternak sapi perahnya.
6. Ketersedian pakan yang semakin langka dan mahal
Kondisi pakan yang semakin langka serta harga pakan yang semakin meningkat akan berdampak pada peningkatan penggunaan biaya produksi.
Kelangkaan pakan yang terjadi pada usaha ternak adalah akibat semakin sempitnya lahan hijauan serta mahalnya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan pakan konsentrat. Pada pakan konsentrat yang dihasilkan KUD Bayongbong terdapat pertentangan dalam hal pemasarannya kepada peternak,
disisi lain harga yang ditawarkan harus dapat dijangkau peternak sedangkan biaya produksi yang dibutuhkan semakin tinggi.
96 7.
Kapasitas susu yang dihasilkan masih terbatas Pasokan susu yang diberikan KUD Bayongbong masih jauh dari
kebutuhan IPS. Hal ini disebabkan jumlah susu yang dihasilkan oleh KUD Bayongbong masih terbatas. Perkembangan produksi susu KUD Bayongbong
tidak mengalami perubahan yang signifikan, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari penggunaan pakan, teknik pengelolaan ternak, cuaca populasi
sapi dan sebagainya. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap keterbatasan jumlah susu yang dihasilkan adalah perkembangan populasi dari ternak yang
lambat dan cenderung stagnan. 8.
Belum adanya teknologi pengelolaan limbah ternak Pengelolaan kotoran ternak merupakan salah satu faktor yang perlu
mendapat perhatian juga dalam menjalankan usah ternak sapi perah. Karena hal ini berkaitan dengan kondisi kesehatan dan kebersihan dari ternak yang
diusahakan. Saat ini, KUD Bayongbong masih belum memiliki teknologi pengelolaan dari kotoran ternak tersebut, dan hal ini menjadi masalah khususnya
kebersihan dan kesehatan ternak. Seringkali kotoran yang dihasilkan menjadi permasalahan lingkungan akibat pencemarannya serta berdampak pada timbulnya
penyakit yang dialami oleh ternak. 9.
Keterbatasan fasilitas dan sumberdaya pendukung sistem informasi manajemen
Sistem informasi manajemen yang diterapkan oleh KUD Bayongbong masih belum berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan karena belum adanya
fasilitas yang mendukung serta kondisi sumberdaya yang belum menguasai pengelolaan sistem informasi manajemen tersebut. Sebagian besar pengelolaan
informasi manajemen yang berkaitan dengan usaha ternak sapi perah masih dilakukan secara manual.
7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Unit Ternak Sapi Perah KUD Mandiri Bayongbong