Tujuan Ruang Lingkup Tujuan dan Jatidiri Koperasi

8 dalam mengelola usahanya. Hal ini ditunjukan dengan masih mahalnya harga pakan tambahan serta langkanya pakan hijauan mengakibatkan peternak kurang maksimal dalam memberikan pakan tambahan tersebut. Kemudian terkait dengan harga susu yang diterima pada tingkat peternak pun masih dirasa kurang sesuai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka untuk memperbaharui dan mengatasinya diperlukan suatu strategi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Perumusan strategi yang akan dibentuk membutuhkan analisis dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam KUD Bayongbong, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal organisasi meliputi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh organisasi, sedangkan faktor internal meliputi kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah di KUD Bayongbong? 2. Alternatif strategi apakah yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah yang sesuai dengan KUD Bayongbong?

1.3. Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh dalam pengembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong 2. Menganalisis dan merekomendasikan alternatif strategi yang bisa diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah yang sesuai dengan KUD Bayongbong 1.4. Manfaat Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan, antara lain: 1. Sebagai referensi dan masukan bagi KUD Bayongbong untuk mengambil keputusan dalam rangka menyelesaikan permasalahan eksternal dan internal organisasi 9 2. Sebagai sumber rujukan, bahan kajian, perolehan data dan informasi bagi pemerintah, perguruan tinggi, dan bagi pihak-pihak yang mendalami bidang kajian penerapan strategi pengembangan koperasi dan kelembagaan agribisnis 3. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti dalam melakukan analisis permasalahan khususnya penerapan strategi pengembangan koperasi dan kelembagaan agribisnis.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya mencakup pengkajian strategi pengembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong yang didasarkan pada analisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki KUD Bayongbong. 3 Soehadji, 1994. Membangun Peternakan yang Tangguh. Bandung. Departemen Pendidikan dan kebudayaan Universitas Padjajaran. Orasi Ilmiah 4 Saragih, 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan, Kumpulan Pemikiran. Bogor. Pusat studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Peternakan Indonesia 2.1.1. Pembangunan Peternakan Saragih 1998 menyatakan paradigma pembangunan peternakan yang mampu memberikan peningkatan pendapatan peternak yang relatif tinggi dan menciptakan daya saing global adalah paradigma pembangunan agribisnis berbasis peternakan. Dengan memandang peternakan sebagai sistem agribisnis berbasis peternakan perlu lebih terintegrasi, simultan, komprehensif dan terarah. Pembangunan agribisnis peternakan berbasis peternakan yang bersifat makro ini harus didukung oleh struktur, perilaku dan kinerja mikro peternakan itu sendiri. Pembangunan peternakan yang tangguh memiliki ciri yaitu mampu memanfaatkan sumber daya secara optimal menangkal gejolak teknis maupun ekonomis, mengembangkan struktur produksi memenuhi tuntutan pasar dan berperan dalam pembangunan nasional, daerah, dan kawasan 3 . Pengembangan agribinis peternakan ini bukan saja pengembangan komoditas peternakan saja tetapi lebih dari itu, yakni pembangunan ekonomi wilayah yang berbasis pertanian yang didalamnya termasuk peternakan 4 . Konsep kawasan dalam pembangunan peternakan adalah: a. Suatu konsep mengenai pengembangan sistem pemanfaatan ternak lahan. b. Suatu pendekatan yang mengintegrasikan ternak dengan tanaman sehingga ternak lebih berbasis lahan dari pada sebagai bagian dari suatu sistem produksi perkotaan c. Fokusnya adalah pada pemanfaatan lahan dan sumber daya secara lebih baik, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan. Kawasan peternakan terdiri dari atas kawasan khusus peternakan, merupakan daerah prioritas dengan komoditas unggulan, dengan memperhatikan kesesuaian agroekosistem dan agriklimat serta tata ruang wilayah. Kawasan terpadu merupakan sistem integrasi ternak dengan tanaman pangan hortikultura, perkebunan dan perikanan program lintas sektor. Kawasan agropolitan merupakan kota pertanian yang dihela oleh desa-desa hinterland. Pembangunan sistem agropolitan meliputi industri pengolahan makanan dan pakan, industri 11 pengolahan pertanian lain, peralatan dan input-input pertanian, serta barang konsumsi lain. 2.2. Strategi dan Klasifikasinya

2.2.1 Pengertian Strategi

Menurut David 2006, strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan. Tjipto 1997 menyatakan bahwa strategi dapat dilihat dari dua perspektif. Persepektif pertama, strategi adalah apa yang ingin dilakukan intends to do, program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Hal ini bermakna bahwa manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Perspektif kedua, strategi merupakan apa yang organisasi akhirnya lakukan eventually does, artinya pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Purwanto 2006, mengemukakan bahwa strategi menjadi suatu kerangka yang fundamental tempat suatu organisasi akan mampu menyatakan kontinuitasnya yang vital, sementara pada saat yang bersamaan ia akan memiliki kekuatan untuk menyesuaikan terhadap lingkungan yang selalu berubah. Yoshida 2006, mengemukakan bahwa strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan organisasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman potensial untuk dihadapi di masa datang oleh organisasi yang bersangkutan. Selain itu, Hax dan Majluf, diacu dalam Yoshida 2006 menyatakan bahwa strategi yang komprehensif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 12 1. Strategi bersifat koheren, menyatu dan menunjukan pola keputusan yang integratif 2. Strategi menentukan dan menyatakan secara tersurat arah organisasi terutama dalam hal tujuan jangka panjang, program-program kegiatan yang akan dilakukan dan prioritas alokasi sumberdaya. 3. Strategi digunakan untuk memilih bisnis apa yang akan dimasuki oleh organisasi saat ini atau yang akan ditekuni oleh organisasi tersebut di masa yang akan datang 4. Strategi merupakan usaha organisasi untuk mencapai keunggulan jangka panjang secara terus menerus dalam setiap bisnis yang dimasukinya dan dari ancaman yang berasal dari lingkungan bisnis yang dihadapinya 5. Strategi menentukan kontribusi natural ekonomi dan non ekonomis bagi para stakeholders yang bersangkutan.

2.2.2. Klasifikasi Strategi

Berdasarkan teori manajemen strategi maka strategi perusahaan dapat diklasifikasikan atas dasar tingkatan tugas, yaitu strategi generik generic strategy , strategi utama atau strategi induk grand strategy, dan strategi fungsional. Menurut Porter 1991, mengemukakan bahwa terdapat model startegik generik yang dapat diterapkan oleh suatu organisasi. Kepemimpinan Biaya Menyeluruh Cost Leadership Diferensiasi Differentiation Fokus Biaya Fokus Diferensiasi Gambar 1. Model Strategi Generik Menurut Porter 1991 Sumber : Porter, Tahun 1991 13 1. Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh Cost Leadership Strategi bersaing biaya rendah ditujukan untuk mencapai sasaran pasar di keseluruhan industri. Strategi ini memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas skala yang efisien, pengurangan harga secara gencar, pengendalian biaya dan overhead yang ketat, penghindaran pelanggan yang marginal, dan minimisasi biaya dalam bidang-bidang seperti litbang, pelayanan armada penjualan, periklanan, dan lain-lain. Dengan memiliki posisi biaya rendah memungkinkan perusahaan untuk tetap mendapat laba pada masa-masa persaingan ketat. Selain itu, pangsa pasarnya yang tinggi memungkinkan memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap pemasoknya karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Oleh karena itu, harga yang murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk ke dalam industri dan hanya sedikit yang dapat menandingi keunggulan biaya memimpin. 2. Strategi Diferensiasi Diferentiation Strategi ini diarahkan kepada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik. Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacam-macam bentuknya, yaitu citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan, atau ciri khas, pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, dan lain-lain. Jika penerapan strategi diferensiasi tercapai maka strategi ini merupakan strategi aktif untuk mendapatkan laba di atas rata-rata dalam suatu bisnis karena adanya loyalitas merek dari pelanggan akan membuat sensitivitas konsumen terhadap harga menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berfungsi sebagai penghalang masuk industri karena perusahaan-perusahaan baru harus mengembangkan kompetensi tersendiri untuk membedakan produk mereka melalui cara-cara tertentu. 3. Strategi Fokus Focus Strategi fokus dibangun untuk melayani target tertentu secara spesifik. Strategi fokus dibagi dua, yaitu strategi fokus biaya dan strategi fokus diferensiasi. Strategis fokus biaya mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya dan didasarkan atas pemikiran bahwa perusahaan dapat melayani target strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing yang 14 bersaing lebih luas. Sedangkan strategi fokus diferensiasi berkonsentrasi pada kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar geografis tertentu dimana segmen sasaran tersebut harus memiliki salah satu pembeli dengan kebutuhan tidak lazim atau sistem produksi dan penyaluran yang melayani pasar berbeda dari pesaing lainnya. Menurut David 2006 strategi generik dibagi menjadi empat, yaitu strategi integrasi vertikal, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi dipensif. 1 Strategi Integrasi Vertikal Strategi integrasi vertikal merupakan suatu strategi yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan atau pesaing. Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu : a Strategi Integrasi ke Depan Forward Strategy Strategi ini melibatkan akusisi kepemilikan atau peningkatan control atas distributor atau pengecer. b Startegi Integrasi ke Belakang Backward Strategy Strategi ini merupakan strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Intergrasi ke belakang sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. c Strategi Integrasi Horisontal Integrasi horisontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan 2 Strategi Intensif Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini dibagi tiga menjadi : a Strategi Penetrasi Pasar Market Penetration Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar termasuk 15 meningkatkan jumlah tenaga penjual, jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usia publisitas. b Strategi Pengembangan Pasar Market Development Strategi ini melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru c Startegi Pengembangan Produk Product Development Strategi ini merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produkjasa saat ini. Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya penelitian dan pengembangan yang besar. 3 Strategi Diversifikasi Terdapat tiga tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu : a Startegi Konsentrik Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa baru yang masih berhubungan. b Startegi Horisontal Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan saat ini. Tujuan strategi ini adalah menambah produk baru yang tidak berhubungan untuk memuaskan pelanggan yang sama. c Strategi Konglomerat Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk atau jasa lama. Tujuan strategi ini adalah menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda. 4 Strategi Dipensif Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu strategi retrechment, divestasi, dan likuidasi. a Strategi Retrechment Strategi ini terjadi ketika suatu organisasi mengelompokan ulang melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikan penjualan dan laba yang 16 menurun. Kadang-kadang strategi ini disebut sebagai strategi berputar reorganisasi. b Strategi Divestasi Strategi ini dilakukan dengan menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi yang bertujuan meningkatkan modal untuk akuisisi strategis atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan startegi retrechment untuk menyingkirkan bisnis perusahaan yang tidak menguntungkan, membutuhkan banyak modal, atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya. c Strategi Likuidasi Strategi ini dilakukan dengan menjual seluruh aset perusahaan baik secara terpisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai riil-nya. 2.3. Koperasi dan Nilai-Nilai Koperasi 2.3.1 Koperasi Latar belakang lahirnya koperasi adalah keinginan dari para pendiri koperasi yang berusaha untuk membebaskan diri dari kesulitan ekonomi secara bersama-sama. Robert Owen adalah pelopor lahirnya koperasi yang telah memberikan inspirasi terbentuknya koperasi pertama kali di kota Rochdale pada tahun 1844. Secara harfiah koperasi berarti bekerja sama. Koperasi terdiri atas dua kata yaitu co yang berarti bersama dan operation berarti bekerja. Dengan kata lain, koperasi merupakan suatu alat untuk memperbaiki kehidupan berdasarkan menolong diri sendiri self help dan otoaktivitas dalam bentuk kerjasama. Koperasi pada asasnya bukan merupakan perkumpulan yang mencari keuntungan tetapi mencapai perbaikan hidup dan kesejahteraan anggota Mahmud, 1986. Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan, sedangkan perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi. 17 Visi masyarakat koperasi dunia dalam menghadapi millenium ketiga, sebagaimana hasil Kongres 100 tahun International Cooperation Alliance ICA di Manchaster 1995, adalah bahwa perekonomian akan memerlukan lebih banyak unsur percaya pada diri sendiri, demokratis, dan partisipatif agar setiap orang lebih mampu menguasai kehidupan ekonomi dan sosialnya. Dengan demikian perekonomian akan menjadi makin penting bagi kehidupan banyak orang di masa mendatang. Soedjono 2000, salah seorang pakar koperasi mendefinisikan koperasi sebagai perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis. Sifat ganda pada koperasi, menurut UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, antara lain dicirikan oleh bentuknya sebagai badan usaha sekaligus sebagai pengguna jasa. Dengan sifat gandanya itu tujuan koperasi tidak hanya untuk mensejahterakan kehidupan anggotanya, tetapi juga untuk mendorong tumbuhnya partisipasi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi. Oleh karena itu, kehidupan koperasi tidak hanya pada dimensi ekonomi saja tetapi juga berada pada dimensi ideologi politik dan sosial budaya. Di samping itu dalam melaksanakan kegiatannya, koperasi juga dilandasi oleh nilai dan prinsip-prinsip yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi yang syarat dengan nilai etika bisnis. Dengan demikian, jika mendefinisikan suatu koperasi atau organisasi koperasi tidak cukup hanya mendefinisikan karakter sosial, tetapi juga harus mendefinisikan karakter ekonomi, dan sebaliknya.

2.3.2. Pengertian Koperasi

Koperasi diartikan sangat beragam oleh para pakar. Secara umum pengertian koperasi tidak terlepas dari asas, landasan, tujuan dan prinsip-prinsip koperasi. Oleh karena itu, pengertian koperasi menjadi sangat penting agar setiap individu memiliki pemahaman yang benar tentang lembaga koperasi. Berikut ini adalah beberapa pengertian koperasi : 1. ”Koperasi berdiri sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang 18 semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan” Hatta, 1954. 2. ”Koperasi adalah lembaga ekonomi rakyat yang menggerakan perekonomian rakyat dalam memacu kesejahteraan sosial masyarakat” Swasono, 1992. 3. ”Koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis” Baswir, 1997. 4. ”Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, budaya dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis” ICA dalam Hendrojogi, 2004 5. ”Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan rakyat yang berdasarkan atas dasar asas kekeluargaan” UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 1.

2.3.3. Nilai-Nilai Koperasi

Nilai-nilai dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting yang membedakan koperasi dengan badan usaha ekonomi lainnya. Karena dalam nilai- nilai koperasi terkandung unsur moral dan etika yang tidak semua dimiliki oleh badan usaha ekonomi lainnya. Soedjono 2000, mengemukakan bahwa koperasi- koperasi berdasarkan nilai-nilai menolong diri sendiri self help, demokratis, persamaan, keadilan, dan kesetiakawanan, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial serta kepedulian terhadap orang lain.

2.4. Tujuan dan Jatidiri Koperasi

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Presiden Soeharto bahwa, ”masih ada yang berpendapat bahwa koperasi tertinggal jauh dibandingkan BUMN dan 19 perusahaan swasta, karena tidak ada koperasi yang memiliki bangunan megah atau usaha berskala besar. Tujuan koperasi bukanlah untuk mendirikan usaha besar serta gedung mewah, tetapi yang jelas tugas utama koperasi adalah tetap berusaha meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran anggo tanya”. Sesuai dengan pengertian koperasi, maka dapat dikemukakan jatidiri koperasi sebagai berikut : 1. Anggota koperasi pemilikpemodal adalah juga pengguna jasa dari koperasi 2. Koperasi dibentuk untuk : a. Mencapai tujuan bersama dengan cara memanfaatkan organisasi yang dimodali bersama b. Memenuhi kepentingan bersama dan mengawasi secara demokratis oleh anggota c. Anggota koperasi disebut pemilik dan pengguna jasa koperasi yang bersangkutan UU Nomor 25 tahun 1992. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa jati diri koperasi adalah : ”Berfungsinya anggota sebagai pemilikpemodal sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna jasa perusahaan koperasi” Nasution, 2002.

2.5. Fungsi, Peran, dan Prinsip Koperasi