77 ternak sapi mereka. Selain itu, sebagian besar angkatan kerja hanya mengenyam
pendidikan hingga SMP, SD bahkan terdapat yang tidak mengenyam pendidikan. Dampak keterbatasan pendidikan tersebut mengakibatkan sulitnya merubah pola
pikir lama para anggota untuk melakukan teknis pengelolaan yang lebih maju serta penggunaan teknologi modern.
6.2.4.5. Kualitas Produk Penanganan kualitas produk menjadi penanganan utama yang dilakukan
KUD Bayongbong untuk bisa memberikan susu dengan kualitas yang sesuai dengan standar penerimaan susu IPS. Penanganan kualitas dilakukan melalui
upaya pengontrolan, pengujian dan pengambilan sample dengan penggunaan fasilitas berstandar. Upaya pengontrolan dilakukan mulai dari proses pemerahan,
penerimaan susu dari peternak hingga ke KUD, kemudian dari KUD hingga penyaluran ke IPS. Dalam upaya pengontrolan tersebut terdapat kegiatan
pengujian standar kualitas susu yang dibutuhkan IPS. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat Total Solid TS, Total Plate Count TPC, Fat Lemak Susu,
Solid Non Fat SNF, Freezing Point, Lactose, Ph, dan Antibiotik yang terdapat dalam susu yang dihasilkan peternak. Pengujian dilakukan melalui pengambilan
sampel susu hasil produksi untuk diamati kelayakan standar kualitas susu yang sesuai dengan kebutuhan IPS.
6.2.5. Penelitian dan Pengembangan
Pada bidang penelitian dan pengembangan, KUD Bayongbong memiliki fasilitas yang cukup memadai, hal ini didukung dengan disediakannya ruang
laboratorium dan ruang pengetesan susu serta dilengkapi oleh beberapa perlengkapan dan peralatan uji kualitas susu seperti, milkina, alat uji berat jenis
laktometer , alat uji suhu, alat tembak susu gun milk dan sebagainya. Upaya penelitian dan pengembangan yang dilakukan KUD Bayongbong
telah menjalin kerjasama dengan pihak Laboratotium Fakultas Peternakan UNPAD untuk melakukan uji serta penelitian terhadap susu. KUD Bayongbong
pun melakukan kerjasama dengan instansi pendidikan lainnya guna mendukung upaya pengembangan usaha ternak sapi perah.
78
6.2.6. Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen berkaitan dengan upaya suatu organisasi dalam mengumpulkan data dan informasi yang kemudian diolah untuk dapat di
implementasikan dan dijadikan sebagai informasi tambahan dalam penetapan pengambilan keputusan. Pengelolaan sistem informasi manajemen akan lebih
efektif jika menggunaan sofware dan hardware dengan beragam analisis dan basis data. Pengelolaan sistem manajemen yang diterapkan KUD Bayongbong belum
berjalan secara efektif dan maksimal. Hal ini ditunjukan dengan masih terbatasnya peralatan pendukung untuk mengelola informasi yang ada, walaupun upaya
pencatatan data dan informasi dilakukan secara rutin. Selain itu, sumberdaya manusia yang terbatas akan penggunaan teknologi menjadi kendala penggunaan
perangkat olah data sistem informasi. 6.3. Lingkungan Eksternal Unit Ternak Sapi Perah KUD Bayongbong
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan serta kejadian yang berada di luar kontrol
perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi KUD Bayongbong. Lingkungan
eksternal yang mampu mempengaruhi pengembangan usaha organisasi atau perusahaan meliputi kekuatan ekonomi; kekuatan politik pemerintahan dan
hukum; kondisi sosial, budaya, demografi dan lingkungan; kekuatan teknologi;
dan lingkungan persaingan industri. 6.3.1. Kekuatan Ekonomi
Kekuatan ekonomi yang mampu menjadi peluang dan ancaman usaha ternak KUD Bayongbong meliputi:
1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dari tahun ke tahun ditunjukan dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan. PDRB
atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan
79
10
Data PDRB Lajunya adh 2000 Menurut Lapangan Usaha Th 2005-2008 Lampiran 4
ini digunakan harga dasar tahun 2000. Untuk PDRB Kabupaten Garut dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 13 . Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Garut Atas Dasar Harga Konstan pada Tahun 2006
– 2008
Tahun Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Milyar Rp
2006 9.128,81
2007 9.563,13
2008 10.011,29
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut 2009 Keterangan :
Angka Sementara Angka Sangat Sementara
Table 13 menunjukan bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstan yang
dihasilkan oleh Kabupaten Garut mengalami tren yang meningkat. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Garut pada tahun 2008 sebesar 4.69 persen,
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 4.76 persen. Sementara untuk kontribusi ekonomi terhadap PDRB masih didominasi oleh oleh sektor pertanian
10
. Hal tersebut menjelaskan bahwa perekonomian di Kabupaten Garut bercorak agraris
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kondisi ini menunjukan penduduk Kabupaten Garut sebagian besar berprofesi sebagai petani dan peternak.
Hal ini diharapkan menjadi peluang serta mampu mendukung kelancaran pengembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong.
2 Tingkat Inflasi
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik BPS Desember 2009 angka inflasi mencapai 2.78 persen dimana angka tersebut merupakan angka terendah
dalam satu dekade terakhir, dengan Indeks Harga Konsemen 117.03. Berita Statistik BPS Indonesia Desember 2009 pun menunjukan terdapat lima kelompok
dari enam kelompok mengalami inflasi, kelompok tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 7.81 persen, disusul
kelompok sandang 6.00 persen, kelompok kesehatan dan pendidikan dan rekreasi dan olahraga mencapai 3.89 persen, kelompok bahan makanan 3.88 persen dan
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1.83 persen,
80
11
Data IHK dan Inflasi Indonesia 2010 Lampiran 5
12
Data IHPB Indonesia 2010 Lampiran 6
sementara kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar -3.67 persen
11
. Data BPS 2010 menunjukan angka inflasi Indonesia hingga Oktober 2010
mencapai 5.35 persen dengan Indeks Harga Konsumen IHK 123.29, kemudian data Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB dari kelompok pertanian pada tahun
2009 rata-rata IHPB mencapai 209 persen sedangkan data IHPB hingga Juli 2010 rata-rata mencapai 226 persen
12
. Adanya peningkatan inflasi berdampak pada peningkatan secara umum produk-produk, ini mengakibatkan terjadinya
peningkatan harga baik produk impor maupun produk dalam negeri. Kondisi ini mendorong IPS untuk lebih mengefisienkan biaya produksi, salah satunya dengan
menurunkan harga susu yang diserap dari peternak lokal melalui koperasi. Hal ini tentunya menjadi suatu permasalahan bagi para peternak karena penetapan harga
susu yang dihasilkannya semakin rendah, ditambah dampak dari inflasi mengakibatkan harga pakan ternak semakin mahal.
3 Harga Bahan Bakar Minyak BBM
Perkembangan Harga BBM merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penganggaran biaya operasional usaha ternak KUD
Bayongbong, karena berdampak juga pada besar kecilnya biaya yang dikeluarkan. Harga BBM pada tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008.
Turunnya harga BBM ini tercermin dari Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Permen No. 41 Tahun 2008 menetapkan bahwa harga jual eceran
Bensin Premium dan Minyak Solar Gas Oil untuk Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum untuk setiap liter adalah Bensin
Premium Rp. 5.000,- dan Minyak Solar Rp. 4.800,-. Sedangkan Permen No. 1 Tahun 2009 menetapkan harga jual per liter Bensin Premium Rp. 4.500,- dan
Minyak Solar Rp. 4.500,-. Pada tahun 2010 didasarkan pada siaran pers Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia ESDM No: 30HUMAS KESDM2010 tanggal 13 Juni 2010 dan No. 52 HUMAS KESDM2010 tanggal
13 Oktober 2010 bahwa ketentuan mengenai Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah Kerosene, Bensin Premium dan Minyak Solar Gas
Oil untuk Keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan,
81
13
Daftar Tari Tol. Lampiran 2
Transportasi dan Pelayanan Umum tidak mengalami perubahan. Harga jual eceran BBM tertentu, yaitu Bensin Premium, Minyak Solar Gas Oil dan Minyak Tanah
Kerosene dinyatakan tidak berubah dan tetap mengacu kepada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 tahun 2009, tanggal 12
Januari 2009 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah Kerosene, Bensin Premium dan Minyak Solar Gas Oil untuk Keperluan
Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum, yaitu untuk Bensin Premium sebesar Rp. 4.500,- empat ribu lima ratus
rupiah per liter, Minyak Solar Gas Oil sebesar Rp. 4.500,- empat ribu lima ratus rupiah per liter dan Minyak Tanah Kerosene sebesar Rp. 2.500,- dua ribu
lima ratus ribu rupiah per liter. Tidak adanya perubahan harga pada BBM dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk KUD Bayongbong terus mengembangkan
usaha ternaknya karena dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik biaya untuk BBM masih pada kondisi yang tetap.
4 Tarif Tol
Tarif tol merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap biaya operasional. Hal ini berkaitan dengan kegiatan distribusi susu yang
menggunakan truk tangki susu yang termasuk pada jenis kendaraan golongan 3 IIA. Tarif tol untuk golongan 3 relatif cukup tinggi, untuk jalur Padalarang-
Cikampek mencapai Rp. 55.000,-
13
. Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 397KPTSM2010 dan Nomor 398KPTSM2010 dan
akan mulai berlaku tujuh hari setelah tanggal ditetapkan, yakni tepatnya Senin, 12 Juli 2010 pukul 00.00 WIB, tarif tol mengalami kenaikan sebesar 9.5 hingga 10
persen pada beberapa jalur tol di Jakarta dikarenakan adanya peningkatan pelayanan. Walupun besar kenaikan tarif tol tidak terlalu signifikan, besarnya
biaya tol tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan pada biaya operasional dalam kegiatan distribusi susu .
5 Harga Susu
Harga susu dunia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga susu di tingkat peternak karena saat ini sebagian besar IPS masih mengacu pada tingkat
harga susu dunia untuk menetapkan harga. Hal tersebut mengakibatkan harga susu
82
14
Harga Susu Bubuk Dunia Naik, Harga Frisian Flag Masih Bertahan. 20 Oktober 2010. http:indocashregister.com
. Diakses 9 November 2010
responsif walaupun perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Tinggi rendahnya susu di tingkat peternak bergantung juga pada naik turunya harga susu
dunia. Saat ini harga susu dunia mengalami tren yang meningkat, sehingga berdampak pada tingkat harga susu lokal yang semakin baik. Hal ini diperjelas
oleh Fonterra Cooperative Group Ltd. Yang menyatakan, harga susu bubuk di pasar internasional sudah mulai diperdagangkan di level antara US 3.250 hingga
US 3.600 per ton sejak awal Januari 2010 lalu. Dalam yang digelar awal April 2010 lalu harga susu bubuk itu menyentuh US 4.092 per ton. Level itu
merupakan yang paling tinggi sejak Juli 2008 sekaligus lompatan harga yang paling tinggi sejak September 2009
14
. Kondisi ini berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan harga susu di tingkat peternak, dan menjadi peluang
untuk para peternak meningkatkan kinerjanya dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah.
6 Harga Pakan Ternak Sapi
Harga Pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap besarnya biaya produksi yang dibutuhkan serta kualitas susu dihasilkan. Harga
pakan saat ini banyak dikeluhkan oleh para peternak karena harganya yang mahal. harga pakan ternak alternatif yang masih tinggi. Harga ongok atau ampas
mencapai Rp 18.000karung atau setara 25 kg dan pakan konsentrat tambahan yang diproduksi oleh KUD Bayongbong seharga Rp. 1.630 kilogram kg yang
dijual dalam bentuk karungan berkapasitas 50 kg. Biaya konsentrat ini sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan pembentuknya seperti jagung, dedak, polard,
kopra, sawit, tepung telur, mineral, garam, dan roti bubuk. Harga jagung lokal saat ini mencapai Rp 2.800 per kg, dan diperkirakan
akan terus naik hingga mencapai harga sekitar Rp 3000 per kg pada akhir tahun. Kemudian, pakan dedak pada kondisi normal dijual Rp2.000 per kg, kini naik
Rp500 per kg menjadi Rp2.500 per kg, hal ini disebabkan karena langkanya perolehan dedak. Harga bahan lainnya masih tetap bertahan seperti polard dengan
harga Rp 1900 per kg, kapur Rp 190 per kg dan garam Rp 300 per kg. Semakin tingginya harga pakan ini sangat berdampak terhadap terhambatnya optimalisasi
penggunaan pakan berkualitas yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ternak sapi perah.
83
15
Data Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Lampiran 6
16
Revitalisasi Peternakan Sapi Perah Harus Digalakan. 10 November 2009. http:www.iasa-pusat.org
. Diakses 6 November 2010
6.3.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan