Identifikasi Peluang dan Ancaman Unit Ternak Sapi Perah KUD Mandiri Bayongbong

96 7. Kapasitas susu yang dihasilkan masih terbatas Pasokan susu yang diberikan KUD Bayongbong masih jauh dari kebutuhan IPS. Hal ini disebabkan jumlah susu yang dihasilkan oleh KUD Bayongbong masih terbatas. Perkembangan produksi susu KUD Bayongbong tidak mengalami perubahan yang signifikan, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari penggunaan pakan, teknik pengelolaan ternak, cuaca populasi sapi dan sebagainya. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap keterbatasan jumlah susu yang dihasilkan adalah perkembangan populasi dari ternak yang lambat dan cenderung stagnan. 8. Belum adanya teknologi pengelolaan limbah ternak Pengelolaan kotoran ternak merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian juga dalam menjalankan usah ternak sapi perah. Karena hal ini berkaitan dengan kondisi kesehatan dan kebersihan dari ternak yang diusahakan. Saat ini, KUD Bayongbong masih belum memiliki teknologi pengelolaan dari kotoran ternak tersebut, dan hal ini menjadi masalah khususnya kebersihan dan kesehatan ternak. Seringkali kotoran yang dihasilkan menjadi permasalahan lingkungan akibat pencemarannya serta berdampak pada timbulnya penyakit yang dialami oleh ternak. 9. Keterbatasan fasilitas dan sumberdaya pendukung sistem informasi manajemen Sistem informasi manajemen yang diterapkan oleh KUD Bayongbong masih belum berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan karena belum adanya fasilitas yang mendukung serta kondisi sumberdaya yang belum menguasai pengelolaan sistem informasi manajemen tersebut. Sebagian besar pengelolaan informasi manajemen yang berkaitan dengan usaha ternak sapi perah masih dilakukan secara manual.

7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Unit Ternak Sapi Perah KUD Mandiri Bayongbong

Beberapa faktor lingkungan eksternal usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong dijelaskan pda Tabel 15. 97 Tabel 15. Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal Faktor Peluang Ancaman Ekonomi 1. Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik 2. Harga BBM yang stagnan 3. Perkembangan harga susu yang meningkat di pasar 1. Peningkatan Tingkat Inflasi 2. Perkembangan harga pakan yang meningkat di pasar 3. Peningkatan Tarif Tol Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan 4. Pertumbuhan Penduduk yang meningkat 5. Adanya kesadaran masyarakat pentingnya hidup sehat 6. Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah PMTAS 7. Kondisi Geografis yang mendukung 4. Perubahan cuaca yang tidak menentu Politik, Pemerintah, dan Hukum - 5. Adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu 6. Rendahnya penetapan bea masuk susu impor Teknologi 8. Perkembangan Teknologi yang cepat - Kompetitif 9. Rendahnya kekuatan tawar-menawar pemasok 7. Kekuatan tawar menawar IPS yang kuat 8. Adanya pesaing koperasi susu lainnya 9. Keberadaan produk substitusi susu Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang bagi usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong yaitu : 1. Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik Berdasarkan Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Garut tahun 2009, perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Garut atas harga dasar pada tahun 2006-2008 mengalami peningkatan dengan didominasi oleh produk-produk pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Hal tersebut menunjukan bahwa perekonomian Kabupaten Garut bercorak agraris, dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau peternak. Potensi tersebut tentunya menjadi peluang untuk fokus dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah khususnya di KUD Bayongbong. 98 2. Harga BBM yang stagnan Perkembangan harga Bahan Bakar Minyak BBM pada tahun 2010 dapat dikatakan stagnan atau tetap. Hal ini didasarkan pada siaran pers Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia ESDM No: 30HUMAS KESDM2010 tanggal 13 Juni 2010 dan No. 52 HUMAS KESDM2010 tanggal 13 Oktober 2010 bahwa ketentuan mengenai Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah Kerosene, Bensin Premium dan Minyak Solar Gas Oil untuk Keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum tidak mengalami perubahan. harga jual eceran BBM tertentu, yaitu Bensin Premium, Minyak Solar Gas Oil dan Minyak Tanah Kerosene dinyatakan tidak berubah dan tetap mengacu kepada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 tahun 2009, tanggal 12 Januari 2009 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah Kerosene, Bensin Premium dan Minyak Solar Gas Oil untuk Keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum, yaitu untuk Bensin Premium sebesar Rp. 4.500,- empat ribu lima ratus rupiah per liter, Minyak Solar Gas Oil sebesar Rp. 4.500,- empat ribu lima ratus rupiah per liter dan Minyak Tanah Kerosene sebesar Rp. 2.500,- dua ribu lima ratus ribu rupiah per liter. Kondisi tersebut dapat dijadikan peluang untuk bisa mengefisienkan biaya produksi usaha ternak KUD Bayongbong. 3. Perkembangan harga susu yang meningkat di pasar Perkembangan harga susu dunia saat ini mengalami tren yang meningkat, sehingga berdampak pada tingkat harga susu lokal yang semakin baik. Hal ini dibuktikan dengan tren penerimaan harga rata-rata susu ditingkat peternak KUD Bayongbong meningkat setiap tahunnya. Perkembangan susu tersebut dapat menjadi peluang untuk memacu perkembangan usaha ternak KUD Bayongbong, serta sebagai pemacu dalam meningkatkan jumlah produksi susu yang dihasilkan. 4. Pertumbuhan Penduduk yang meningkat Perkembangan penduduk setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan demand produk pangan masyarakat. Kondisi tersebut 99 sangat mendukung perkembangan usaha ternak sapi perah dalam meningkatkan kapasitas produksi susunya. 5. Kesadaran masyarakat pentingnya hidup sehat Perkembangan masyarakat saat ini lebih ke arah yang lebih maju baik dari segi pendapatan maupun tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya nilai gizi pangan. Hal ini membuat masyarakat cenderung lebih meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi. Salah satu produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap tahunnya adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg per kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 6,8 kg per kapita pada tahun 2005. Hal tersebut menjadi peluang industri susu dalam meningkatkan produksi olahan susu untuk memenuhi kebutuhan pasar, yang juga berdampak positif terhadap perkembangan usaha ternak sapi perah. 6. Program Makanan Tambahan Anak Sekolah PMTAS Adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah PMTAS yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki asupan gizi peserta didik di tingkat TK dan SD, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan fisik, minat, dan kemampuan belajar dapat dijadikan sebuah pintu masuk untuk memenuhi kebutuhan pasar akan konsumsi makanan bergizi. Hal tersebut dapat menjadi peluang yang baik bagi usaha ternak sapi perah untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam mensukseskan program yang diselenggarakan pemerintah tersebut. 7. Kondisi Geografis yang mendukung Wilayah yang cocok untuk pengembangan usaha sapi perah di Indonesia adalah daerah pegunungan dengan ketinggian minimum 800 meter di atas permukaan laut. Penelaah hubungan produksi susu sapi perah dengan topografi wilayah memperlihatkan bahwa selisih ketinggian 100 meter berkaitan erat dengan perbedaan produksi rata-rata empat persen. Kabupaten Garut yang merupakan salah satu daerah di Jawa Barat memiliki pegunungan dan dataran tinggi yang merupakan iklim yang cocok untuk peternakan sapi perah. Kondisi 100 geografis yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi perah ini, merupakan peluang yang baik untuk KUD Bayongbong terus menjalankan usaha ternak sapi perah yang dikelolanya. 8. Perkembangan teknologi yang cepat Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini dapat dijadikan peluang bagi para pelaku usaha ternak salah satunya ternak sapi perah. Berbagai alat dan mesin serta metode pengelolaan telah diciptakan untuk membantu mempermudah pelaksanaan kegiatan usaha ternak. Perkembangan teknologi yang pesat ini tentunya diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusianya dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut, dengan begitu pengelolaan ternak dapat dilakukan dengan lebih efisien dan menghasilkan produk ternak yang berkualitas. 9. Rendahnya kekuatan tawar-menawar pemasok Daya tawar pemasok bahan baku lemah terhadap KUD Bayongbong, kondisi tersebut merupakan suatu peluang bagi KUD Bayongbong untuk bisa mencari pemasok yang berkualitas namun dapat memberikan harga yang terjangkau. Kondisi tersebut akan membantu perkembangan usaha ternak sapi perah dalam menjaga kualitas pakan ternak serta efisiensi biaya produksi usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong. Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong yaitu : 1. Peningkatan Tingkat Inflasi Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010 hingga bulan Oktober tingkat inflasi Indonesia mencapai 5.35 persen. Kondisi ini menunjukan terjadi peningkatan yang cukup tinggi, dimana tahun sebelumnya pada tahun 2009 tingkat inflasi mencapai 2.79 persen. Beberapa kelompok yang mencapai tingkat inflasi tertinggi meliputi kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau, disusul oleh kelompok sandang, kelompok kesehatan, pendidikan dan rekreasi, kemudian perumahan, air, listrik dan gas serta kelompok bahan makanan. Kondisi ini akan mengancam keberlangsungan usaha ternak sapi perah karena mendorong IPS 101 untuk menetapakan harga rendah terhadap susu yang diserap dari peternak lokal serta meningkatkan biaya produksi yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha ternaknya 2. Perkembangan harga pakan yang meningkat di pasar Dampak terjadinya peningkatan inflasi hampir pada setiap kelompok bahan makanan dan makanan jadi berpengaruh terhadap peningkatan harga bahan- bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan konsentrat. Hal tersebut tentunya menjadi kendala KUD Bayongbong dalam memproduksi pakan konsentrat yang relatif terjangkau bagi peternak. Kondisi tersebut menjadi ancaman bagi KUD Bayongbong yang menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi usaha ternak sapi perahnya. 3. Peningkatan Tarif Tol Biaya tarif tol yang dikeluarkan untuk mendistribusikan susu KUD Baongbong ke IPS cukup tinggi. Setaip harinya KUD Bayongbong harus menyalurkan kurang lebih 24-25 ton susu segar ke IPS dengan menggunakan 5 unit truk tangki susu. Penyaluran susu dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari, dengan melewati dua jalur tol yaitu Tol Cipularang dan Tol Jakarta-Cikampek. Besarnya biaya yang dihabiskan untuk melewati satu kali jalur tol dari KUD menuju IPS mencapai 74.500 per truk tangki susu. Kondisi tersebut tentunya perlu menjadi perhatian karena berdampak terhadap peningkatan biaya operasional distribusi susu. 4. Perubahan cuaca yang tidak menentu Kondisi cuaca Indonesia saat ini yang sukar diprediksi dan tidak menentu berdampak pada risiko ketidakpastian pada bidang pertanian yang salah satunya adalah peternakan. Cuaca mempengaruhi kondisi ternak, khususnya dalam menghasilkan susu baik pada sisi kualitas dan kuantitas. Saat ini cuaca yang terjadi cenderung menunjukan tingkat intensitas curah hujan yang tinggi, dan ini berdampak pada kualitas susu yang dihasilkan sapi menjadi terlalu banyak mengandung air akibat konsumsi pakan hijauan yang mengandung banyak air. Hal 102 tersebut tentunya akan merugikan usaha ternak sapi perah terkait risiko penolakan dari IPS atau penalti akibat tidak sesuai standar yang dibutuhkan. 5. Kebijakan pemerintah tentang impor susu Kebijakan impor susu yang diberlakukan oleh pemerintah sangat meresahkan para peternak sapi perah lokal. Hal tersebut berdampak pada penyerapan susu dari peternak semakin rendah dikarenakan belum mampu bersaing dengan susu impor. Kondisi tersebut menjadi ancaman besar bagi para pelaku usaha ternak sapi perah lokal. 6. Rendahnya penetapan bea masuk susu impor Kebijakan pemerintah yang juga merugikan para peternak lokal adalah rendahnya penetapan bea masuk susu impor, yang berdampak pada terbukanya peluang impor susu yang lebih besar. Kondisi tersebut menunjukan pemerintah kurang memperhatikan para peternak lokal yang semakin terjepit dan berimbas pada semakin berkurangnya populasi serta jumlah peternak yang mengusahakan susu sapi perah. 7. Daya tawar menawar IPS yang kuat Daya tawar menawar IPS terhadap KUD Bayongbong berpengaruh terhadap penetapan haraga susu yang disalurkan KUD kepada IPS. Selain itu, IPS pun memiliki standart penerimaan susu yang menuntut KUD untuk memenuhi standar tersebut. Konsekuensi dari ketidaksesuaian standar susu yang dibutuhkan adalah penolakan atau penalti terhadap harga susu. Kondisi tersebut tentunya menjadi ancaman bagi KUD yang tidak mampu memenuhi standar kualitas IPS. 8. Adanya pesaing koperasi susu lainnya Adanya organisasi yang juga sama-sama menjalankan usaha ternak sapi perah dengan lokasi yang tidak terlalu jauh, tentunya akan menjadi pesaing dalam usaha tersebut. Persaing terjadi pada pemenuhan pakan, pelayanan terhadap anggota, harga susu, serta pasar dari susu tersebut. Adanya persaingan tersebut menjadi ancaman bagi KUD Bayongbong dan menuntut untuk unggul dalam bersaing jika ingin bertahan pada usaha ternak yang dijalankannya. 103 23 Matriks IFE dan EFE. Lampiran 1 9. Keberadaan produk substitusi susu Susu impor merupakan produk substitusi dari susu lokal untuk memenuhi kebutuhan nasional. Keberadaan susu impor tersebut tentunya menjadi ancaman para pelaku usaha ternak sapi perah lokal dalam bersaing dengan susu impor baik pada sisi kualitas dan kuantitas guna memenuhi kebutuhan susu nasional dan IPS. 7.3. Matriks Internal-Eksternal I-E Dengan menggabungkan hasil analisis matriks IFE dan EFE 23 , maka akan diperoleh matriks I-E yang menunjukan kondisi internal dan eksternal usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong. Total skor IFE adalah 2.5411 yang menggambarkan bahwa usaha ternak KUD Bayongbong berada pada kondisi internal rata-rata, dan total skor EFE adalah 2.8227 yang menggambarkan bahwa usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong berada dalam kondisi eksternal menengah. Pada Matriks I-E ditunjukkan bahwa posisi usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong berada pada sel V yang artinya usaha tersebut berada dalam kondisi internal dan eksternal menengah atau rata-rata. Strategi yang dapat dikelola adalah strategi Hold and Maintain Pertahankan dan Pelihara dengan menerapkan strategi Market Penetration penetrasi pasar dan Product Development pengembangan produk. Gambar 17. Matriks I-E Usaha Ternak Sapi Perah KUD Bayongbong Kuat Sedang Lemah 3.0 – 4.0 2.0 – 2.99 1.0 – 1.99 Tinggi Sedang Rendah 3.0 – 4.0 2.0 – 2.99 1.0 – 1.99 3. 4. 2. 1. 3. 1. 2. 104 Srategi penetrasi pasar adalah berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produkjasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup meningkatkan jumlah belanja iklan atau menawarkan promosi penjualan dan penetapan harga yang kompetitif. Pengembangan produk adalah strategi yang ditujukan untuk mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa saat ini. Alternatif strategi yang dihasilkan matriks I-E masih bersifat umum dan menempatkan strateginya sebagai suatu cara sebuah perusahaan dalam memelihara dan mempertahankan kondisi perusahaan saat ini. Pada kasus pengembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong alternatif strategi yang dihasilkan matriks I-E kurang cocok untuk diterapkan dalam sebuah koperasi, karena peran koperasi berbeda dengan suatu perusahaan yang hanya berorientasi pada perolehan maksimisasi keuntungan. Koperasi memiliki peran tidak hanya berorientasi pada keuntungan saja, tetapi juga bagaimana koperasi mampu memberikan pelayanan service maksimal terhadap anggotanya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks I-E menyebabkan rawan terjadinya ketidakkonsistenan dengan alternatif strategi yang dihasilkan dengan alat analisis lainnya. 7.4. Analisis Matriks SWOT Berdasarkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan hasil analisis internal, serta faktor peluang, dan ancaman yang diperoleh melalui analisis eskternal, maka dapat diformulasikan alternatif-alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong, yaitu: 1 Strategi S-O Strengths - Opportunities Strategi S-O Aggressive Strategy adalah menyusun strategi yang menggunakan kekuatan internal usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong untuk memperoleh profit dari memanfaatkan peluang. Strategi yang dapat diterapkan pada KUD adalah meningkatkan kegiatan produksi dengan proses pengelolaan yang berstandar mulai dari kegiatan penyediaan input, kegiatan on farm, hingga kegiatan output produk yang dihasilkan S1. Penerapan strategi ini berguna untuk menjaga kualitas susu yang sudah baik dengan ketersediaan fasilitas produksi 105 yang memadai serta untuk meningkatkan kapasitas susu yang dihasilkan yang hingga saat ini kebutuhan susu IPS belum terpenuhi oleh KUD Bayongbong. Menjaga kualitas dan meningkatkan kapasitas susu ini diharapkan mampu memaksimalkan perolehan pendapatan KUD Bayongbong yang juga berdampak pada peningkatan perolehan keuntungan bagi para peternak. Strategi lain yang dapat diterapkan adalah dengan meningkatkan kekuatan permodalan peternak dengan memfasilitasi pinjaman modal bunga ringan tanpa agunan S2. Adanya perhatian lebih KUD Bayongbong dalam memfasilitasi permodalan peternak dengan memanfaatkan hubungan kerjasama dengan beberapa lembaga keuangan diharapkan mampu membatu kebutuhan permodalan peternak yang saat ini dirasakan masih kurang mencukupi serta guna memacu semangat dan memotivasi para peternak untuk fokus dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah yang dijalankannya karena memiliki prospek yang baik bila dijalankan dengan sungguh-sungguh. 2 Strategi W-O Weaknesses - Opportunities Strategi W-O Turn-arround Strategy adalah menyusun strategi yang ditujukan untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-O yang dapat diterapkan oleh usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong yaitu, dengan melakukan peningkatan sumberdaya manusia SDM peternak melalui pembinaan intensif dan berkelanjutan serta memaksimalkan pelayanan KUD dalam memenuhi kebutuhan anggota peternak S3. Penerapan strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan peternak dalam mengelola usaha ternak sapi perah yang baik. Kemudian adanya pembinaan intensif dan berkelanjutan dapat meningkatkan hubungan baik antara KUD Bayongbong dan peternak dalam bekerjasama mencapai tujuan usaha yang dijalankan, yang berdampak positif terhadap partisipasi dan maksimalisasi kinerja yang dijalankan oleh peternak. Selain itu, dengan adanya maksimalisasi pelayanan yang diberikan oleh KUD pun berdampak pada peningkatan hubungan emosional peternak guna menjaga loyalitas anggota peternak terhadap KUD Bayongbong. Usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong perlu meningkatkan manajemen pengelolaan keuangan yang berbasiskan prinsip rasa kepemilikan bersama dan tanggung jawab S4. Penerapan strategi ini dilakukan untuk 106 mengantisipasi serta menangani permasalah yang sering terjadi pada bidang manajemen keuangan KUD Bayongbong. KUD Bayongbong perlu menerapkan sistem mengenai proses pengelolaan keluar masuknya keuangan guna mengefisienkan biaya produksi, kemudian mengatur juga terkait sistem peminjaman dan pengembaliannya sehingga risiko kredit macet anggota dapat dihindari. 3 Strategi S-T Strengths - Threats Strategi S-T Diversification Strategy adalah menyusun strategi yang menggunakan kekuatan organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Beberapa strategi S-T yang dapat dijalankan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong adalah menjaga hubungan kerjasama yang telah terbetuk dengan baik bersama pihak stakeholder dan lembaga penunjang lainnya mulai dari penyediaan input, kegiatan on farm hingga kegiatan outputnya, dalam menjaga keberlangsungan sistem agribisnis usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong S5. Terjalinnya hubungan kerjasama yang baik akan memberikan keuntungan terhadap kedua belah pihak atau lebih. Hal ini karena terciptanya rasa kepercayaan dan tanggung jawab, yang berdampak pada upaya dalam memberikan kinerja dan produk terbaiknya antara masing-masing pihak yang bekerjasama. 4 Strategi W-T Weaknesses - Threats Strategi W-T Defensive Startegy adalah menyusun strategi yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal yang dimiliki dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Strategi W-T yang dapat dijalankan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong yaitu meningkatkan dan membangun manajemen pengontrolan usaha ternak KUD Bayongbong mulai dari penyediaan input, pengelolaan on farm hingga kegiatan output S6. Strategi ini dilakukan untuk mengawasi dan mengevaluasi kendala yang terjadi dalam menjalankan kegiatan usaha ternak sapi perah. Pengontrolan bermanfaat untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan penyelewengan kerja yang dilakukan oleh pengurus dan anggota atau pelaku usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong lainnya. Upaya 107 peningkatan pengontrolan ini pun perlu diikuti dengan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung upaya pengontrolan. Membangun sistem pengelolaan usaha ternak sapi perah yang tertib dan bersih serta melakukan kerjasama dengan pihak terkait mengenai pengembangan teknologi pengelolaan limbah ternak S7. Penerapan strategi ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan ternak yang sehat dan bersih. Saat ini kondisi lingkungan para peternak KUD Bayongbong kurang memperhatikan mengenai kebersihan sehingga berdampak pada cukup tingginya tingkat penyakit yang menjangkit hewan ternak. Selain itu, pengelolaan limbah kotoran ternak belum terorganisir dengan baik. Kotoran ternak belum mampu dimanfaatkan atau dikelola dengan baik, bahkan para peternak membuang kotoran ternaknya masih berada disekitar lingkungan ternak atau ke aliran kali yang akan menjadi sesuatu yang menggangu polusi. Oleh karena itu, permasalahan pengelolaan limbah harus segera ditangani melalui kerjasama KUD Bayongbong dengan lembaga pendidikan, pihak swasta atau pemerintah dalam membantu mengatasi pengelolaan limbah ternak tersebut. Strategi lainnya yang dapat diterapkan KUD Bayongbong adalah peningkatan kompetensi pelaku usaha ternak sapi perah dalam membangun sistem informasi manajemen SIM untuk meningkatkan kinerja pengelolaan usaha yang dijalankannya S8. Peningkatan dan pembangunan SIM ini dilakukan karena penanganan dan pengelolaan data dan informasi saat ini sangat terbatas, yang mengakibatkan lambatnya respon KUD Bayongbong dalam menanggapi kondisi pasar global dan persaingan industri yang ada karena keterbatasan informasi. Upaya pembangunan SIM tentunya perlu didukung dengan kualitas pengelola yang berkompetensi dalam mengatur jalannya SIM, sehingga diperlukan pelatihan terhadap pelaku usaha baik pengurus maupun anggota dalam memahami SIM yang dilakukan oleh KUD Bayongbong. VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan serta hasil dan pembahasan penelitian ini, dapat disimpulkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang dihadapi usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong. Kekuatan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong meliputi: pengorganisasian kerja berjalan dengan baik, bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan perizinan usaha lainnya, hubungan kerjasama KUD dengan IPS yang baik, KUD memiliki sumber permodalan usaha yang baik, kualitas produk susu yang terjamin dihasilkan KUD, letak KUD yang strategis dengan pemasok bahan baku, letak KUD yang dekat dengan peternak sapi perah, fasilitas produksi memadai yang dimiliki KUD, hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku, dan intensitas pelaksanaan litbang yang intensif. Sedangkan kelemahannya yaitu: masih lemahnya pengontrolan distribusi susu di lapangan, masih rendahnya tingkat pendidikan anggota peternak, pelayanan yang diberikan KUD pada anggota kurang maksimal, lokasi IPS yang cukup jauh dengan KUD, masih terdapatnya kredit macet yang terjadi pada anggota, ketersediaan pakan yang semakin langka dan mahal, kapasitas produksi susu yang dihasilkan KUD belum memenuhi kebutuhan pemasok, belum adanya pengelolaan limbah ternak dan penggunaan dan sumberdaya pendukung sistem informasi yang masih terbatas. Peluang usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong meliputi: pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik, harga BBM yang stagnan, perkembangan harga susu yang meningkat di pasar, pertumbuhan penduduk yang meningkat, adanya kesadaran masyarakat pentingnya hidup sehat, adanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah PMTAS, kondisi geografis yang mendukung, perkembangan teknologi yang cepat, dan rendahnya kekuatan tawar-menawar pemasok. Sedangkan ancaman yang dihadapinya yaitu: peningkatan tingkat inflasi, perkembangan harga pakan yang meningkat di pasar, peningkatan tarif tol, perubahan cuaca yang tidak menentu, adanya kebijakan pemerintah tentang impor susu, rendahnya penetapan bea masuk susu impor, kekuatan tawar menawar IPS 109 yang kuat, adanya pesaing koperasi susu lainnya, dan keberadaan produk substitusi susu. Berdasarkan hasil analisis SWOT usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong menunjukan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan yaitu: meningkatkan kegiatan produksi dengan proses pengelolaan yang berstandar mulai dari kegiatan penyediaan input hingga output produk yang dihasilkan, meningkatkan kekuatan permodalan peternak dengan memfasilitasi pinjaman modal bunga ringan tanpa agunan, melakukan peningkatan sumberdaya manusia SDM peternak melalui pembinaan intensif dan berkelanjutan dan memaksimalkan pelayanan KUD dalam memenuhi kebutuhan anggota peternak, meningkatkan manajemen pengelolaan keuangan yang berbasiskan prinsip rasa kepemilikan bersama dan tanggung jawab, menjaga hubungan kerjasama yang baik yang telah terbetuk dengan stakeholder pendukung mulai dari penyediaan input, kegiatan on farm peternakan sapi perah KUD Bayongbong hingga kegiatan output usaha ternak, untuk menjaga keberlangsungan sistem agribisnis usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong, meningkatkan dan membangun manajemen pengontolan usaha ternak KUD Bayongbong mulai dari penyediaan input, pengelolaan on farm hingga kegiatan output, membangun sistem pengelolaan usaha ternak sapi perah yang tertib dan bersih serta melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintahan terkait pengembangan teknologi pengelolaan limbah ternak dan peningkatan kompetensi pelaku usaha ternak sapi perah dalam membangun sistem informasi manajemen SIM untuk meningkatkan kinerja pengelolaan usaha yang dijalankannya.

8.2. Saran