METODE PENELITIAN Analysis of Stakeholder Participation in the Preparation of Regional Spatial Plan for the Forestry Sektor in Bogor Regency

14 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan data-data dari instansi terkait, meliputi keadaan umum lokasi penelitian, tutupan hutan di TNGHS dan TNGGP, peta penutupan lahan Tahun 2010, peta RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, Perda No. 19 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, regulasi terkait penataan ruang dan data mekanisme penyusunan RTRW Kabupaten Bogor. Alat yang digunakan yaitu laptop yang dilengkapi perangkat lunak ArcGIS 10, Microsoft Word, Microsoft Excell dan SPSS, serta alat perekam. Teknik Pengambilan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat dalam wilayah perencanaan tata ruang Kabupaten Bogor. Jumlah responden sebanyak 100 orang, mewakili Pemerintah Pusat Kementerian Kehutanan, Pemda Kabupaten Bogor, LSM, Akademisi, sektor swasta, pemerintahan desa dan masyarakat sekitar hutan konservasi sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rincian unsur-unsur dan jumlah responden dalam penelitian No. Asal Responden Jumlah 1. Pemerintah : a. Ditjen Planologi Kehutanan b. Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango c. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak d. Balai Konservasi Sumberdaya Hutan e. Bappeda Kab. Bogor f. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor g. Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kab. Bogor h. Pemerintah Kecamatan 1 1 1 1 1 1 1 7 Total Pemerintah Pusat Daerah 14 2. Unsur Masyarakat : a. Pemerintah Desa b. Masyarakat sekitar hutan c. LSM d. Akademisi e. Swasta 23 54 3 2 4 Total Masyarakat 86 Total Jumlah Responden 100 Tabel 1 Lanjutan No. Kecamatan Desa Pola ruang 5. Pamijahan Gunung Sari, Gunung Bunder II, Gunung Picung Kawasan hutan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air, TN. Gunung Halimun Salak 6. Nanggung Malasari, Cisarua, Bantar Karet Kawasan hutan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air, TN. Gunung Halimun Salak, Hutan Produksi Terbatas 7. Sukajaya Kiarasari, Cisarua, Cileuksa Kawasan hutan yang berfungsi lindung, TN. Gunung Halimun Salak, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap 15 Teknik pemilihan sampel menggunakan metode non acak non probability sampling berupa purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu Tabel 2, meliputi: 1. Stakeholder yang diundang dalam forum penjaringan aspirasi masyarakat dan seminar rancangan RTRW Kabupaten Bogor, yaitu sebanyak 60 orang yang terdiri dari Pemerintah Daerah, Kementerian Kehutanan, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Akademisi, LSM, dan perwakilan masyarakat. 2. Masyarakat sekitar kawasan hutan yang tidak mengikuti konsultasi publik dalam rangka penyusunan RTRW, tetapi terkena dampak RTRW untuk sektor kehutanan karena aktifitas sehari-harinya bersinggungan dengan hutan. Sampel ini berjumlah 40 orang dan bertujuan untuk mengetahui persepsi mereka terhadap RTRW dan sumberdaya hutan. Analisis Data Analisis Mekanisme Partisipasi Stakeholder dalam Penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk Sektor Kehutanan Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan tujuan memberikan gambaran tentang proses penyusunan RTRW Kabupaten Bogor. Pengumpulan data melalui metode wawancara dan analisa dokumen. Wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengetahui berbagai aspek kebijakan dan strategi penyusunan RTRW serta kemungkinan penyimpangan terhadap regulasi. Analisis dokumen dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dan untuk membandingkan antara regulasi yang mengatur partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan tata ruang dengan pelaksanaan di lapangan, sehingga dapat diketahui kesesuaian pelaksanaan penyusunan RTRW di Kabupaten Bogor dengan regulasi yang berlaku. Analisis Peranan Stakeholder dalam Penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk Sektor Kehutanan Analisis stakeholder dilakukan untuk mengidentifikasi dan memetakan aktor berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya dalam perencanaan tata ruang sektor kehutanan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis stakeholder yaitu: 1 melakukan identifikasi stakeholder dan perannya; 2 mengelompokkan stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya dalam penyusunan RTRW. Menurut Groenendijk 2003 pengaruh influence merupakan kekuatan power yang dimiliki stakeholder untuk mengontrol pengambilan keputusan, memfasilitasi pelaksanaannya dan memaksa stakeholder lain dalam membuat keputusan atau mengikuti tindakan tertentu serta melaksanakan keputusan yang diambil, sementara nilai penting importance menunjukkan prioritas stakeholder dalam pengelolaan fungsi ekosistem. Data primer terhadap penilaian tingkat kepentingan stakeholder terhadap SDH dan RTRW sektor kehutanan Tabel 3 dan tingkat pengaruh stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan Tabel 4 yang tergolong data kualitatif kemudian dikuantitatifkan dengan mengacu pada pengukuran data berjenjang lima melalui scooring menggunakan skala Likert yang terdiri atas lima pilihan sikap alternatif Tabel 5. 16 Tabel 5 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan stakeholder dalam penyusunan RTRW Skor Nilai Kriteria Keterangan Kepentingan Stakeholder 5 17-20 Sangat Tinggi Memiliki kepentingan yang sangat tinggi dengan RTRW 4 13-16 Tinggi Memiliki kepentingan yang tinggi dengan RTRW 3 9-12 Cukup Memiliki kepentingan yang cukup tinggi dengan RTRW 2 5-8 Rendah Memiliki kepentingan yang rendah dengan RTRW 1 1-4 Sangat Rendah Tidak memiliki kepentingan dengan RTRW Tabel 3 Variabel tingkat kepentingan stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan No. Variabel Indikator Skor 1. Keterlibatan dalam pengelolaan hutan Terlibat dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan tata ruang sektor kehutanan Terlibat 3 proses Terlibat 2 proses Terlibat 1 proses Tidak terlibat 5 4 3 2 1 2. Manfaat RTRW Sangat bermanfaat Bermanfaat Biasa Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat 5 4 3 2 1 3. Kepentingan terhadap hutan Sangat penting Penting Biasa Kurang penting Tidak penting 5 4 3 2 1 4. Ketergantungan terhadap sumberdaya hutan 81-100 bergantung 61-80 bergantung 41-60 bergantung 21-40 bergantung 20 bergantung 5 4 3 2 1 Tabel 4 Variabel tingkat pengaruh stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan No. Variabel Indikator Skor 1. Aturankebijakan penataan ruang Terlibat seluruh proses Terlibat 3 proses Terlibat 2 proses Terlibat 1 proses Tidak terlibat 5 4 3 2 1 2. Peran dan partisipasi dalam penataan ruang Berkontribusi dalam semua point Berkontribusi dalam 3 point Berkontribusi dalam 2 point Berkontribusi dalam 1 point Tidak berkontribusi 5 4 3 2 1 3. Kemampuan dalam berinteraksi Berinteraksi dalam semua point Berinteraksi dalam 3 point Berinteraksi dalam 2 point Berinteraksi dalam 1 point Tidak berinteraksi 5 4 3 2 1 4. Kewenangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan Kewenangan dalam semua point Kewenangan dalam 3 point Kewenangan dalam 2 point Kewenangan dalam 1 point Tidak memiliki kewenangan 5 4 3 2 1 17 PENGARUH Rendah K E P E N T IN G A N Subjects Kuadran I Key Players Kuadran II Crowd Kuadran III Context Setters Kuadran IV Tinggi Tinggi Nilai kepentingan dan pengaruh stakeholder tersebut selanjutanya dipetakan dalam matriks “stakeholder grid” Gambar 4 yang mengklasifikasikan stakeholders berdasarkan posisi dan peranannya dalam perencanaan Eden and Ackermann 1998 dalam Reed et al. 2009, yaitu : 1. Kuadran I Subject, yaitu kelompok yang memiliki kepentingan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan tetapi memiliki pengaruh yang rendah dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan. 2. Kuadran II Key Players, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan dan RTRW sektor kehutanan. 3. Kuadran III Crowd, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh dan kepentingan rendah terhadap sumberdaya hutan dan RTRW sektor kehutanan. 4. Kuadran IV Context Setters, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh yang tinggi dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan tetapi memiliki kepentingan yang rendah terhadap sumberdaya hutan. Gambar 4 Matriks tingkat keterlibatan dan pengaruh stakeholder Analisis Partisipasi Stakeholder dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan a. Bentuk dan Tingkat Partisipasi Stakeholder dalam Penyusunan RTRW Bentuk partisipasi stakeholder dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, data hasil kuesioner diubah menjadi data kuantitatif melalui metode scooring yang selanjutnya disajikan dan dianalisa dalam bentuk distribusi frekuensi. Variable bentuk partisipasi merujuk pada PP No. 682010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang, yaitu: 1 sebagai pendengar, 2 sumbangan masukansaranusul, 3 sumbangan informasidata, 4 bantuan memperjelas hak atas ruang, dan 5 pengajuan keberatan terhadap rancangan RTRW. Untuk mengetahui persentase bentuk partisipasi stakeholder, maka hasil kuesioner disusun dalam distribusi frekuensi, yaitu penyajian dalam Tabel 5 Lanjutan Skor Nilai Kriteria Keterangan Pengaruh Stakeholder 5 17-20 Sangat Tinggi Sangat mempengaruhi penyusunan RTRW 4 13-16 Tinggi Mempengaruhi penyusunan RTRW 3 9-12 Cukup Cukup mempengaruhi penyusunan RTRW 2 5-8 Rendah Kurang mempengaruhi penyusunan RTRW 1 1-4 Sangat Rendah Tidak mempengaruhi penyusunan RTRW 18 bentuk tabel berisi data yang telah digolongkan ke dalam kelas-kelas menurut urutannya beserta jumlah individu yang termasuk dalam masing-masing kelas. Tingkat partisipasi stakeholder dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, melalui tabulasi dan perhitungan distribusi frekuensi terhadap indikator tingkat partisipasi stakeholder yang mengacu pada Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat Arnstein 1969. Arnstein menformulasikan partisipasi masyarakat sebagai bentuk dari kekuatan rakyat citizen participation is citizen power, dimana telah terjadi pembagian kekuatankekuasaan masyarakat redistribution of citizen power untuk terlibat dalam pembangunan. Pembagian tingkat partisipasi berdasarkan tipologi Arnstein dapat dilihat pada Tabel 6. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Stakeholder dalam Penyusunan RTRW Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi stakeholder yaitu deskriptif kuantitatif melalui distribusi frekuensi. Menurut Slamet 1993, variabel faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam penelitian meliputi: 1 faktor Internal, yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, serta 2 faktor eksternal, yaitu peran pemerintah dan LSM. Hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan partisipasi stakeholder dianalisis melalui uji statistik non parametrik. Uji chi square X 2 digunakan untuk memeriksa apakah dua variable berkolerasi signifikan di populasinya Firdaus et al. 2011, rumusan hipotesis yang diuji yaitu: H : Tidak ada hubungan korelasi antara faktor eksternal dan internal dengan partisipasi stakeholder H 1 : Ada hubungan korelasi antara faktor eksternal dan internal dengan partisipasi stakeholder Untuk menguji hipotesis maka nilai hitung X 2 dibandingkan dengan nilai tabelnya pada taraf nyata 0,05. Perbandingan nilai ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Jika nilai X 2 hitung nilai X 2 tabel maka H ditolak, artinya pernyataan bahwa kedua variabel yang diuji tidak saling berhubungan harus ditolak. Sebaliknya jika nilai X 2 hitung nilai X 2 tabel maka H diterima, artinya pernyataan bahwa kedua variabel yang diuji tidak saling berhubungan harus diterima. Tabel 6 Kategori tingkat partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW Indikator Tingkat Partisipasi Tingkat Partisipasi 1. Hanya hadir dan tidak memberikan masukansaranusulan Manipulation 2. Memberikan masukansaranusulan berdasarkan arahan salah satu pihak Therapy 3. Menerima informasi tanpa berdialog secara aktif dengan pemerintah Informing 4. Memberikan masukansaranusulan melalui dialog dengan stakeholder lain Consultation 5. aktif berdiskusi dan usulannya diakomodir dalam konsep sesuai kebutuhan Placation 6. Aktif dalam diskusi dan mendapat pembagian tanggungjawab yang setara Partnership 7. Aktif dalam diskusi, menyusun konsep dan memberikan persetujuan Delegated Power 8. Aktif dalam diskusi, menetapkan konsep dan berwenang membuat keputusan Citizen Kontrol Sumber : Arnstein 1969 19 Untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan diantara dua variabel dilihat berdasarkan nilai koefisien kontigensi contingency coefficient, bila nilai koefisien kontingensi mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel sangat kuat dan sebaliknya jika nilai koefisien kontingensi mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel tersebut semakin lemah. Analisis Strategi Perencanaan Tata Ruang Wilayah Sektor Kehutanan Berbasis Partisipatif di Kabupaten Bogor Dalam merumuskan strategi penyusunanrevisi RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan yang berbasis partisipatif, digunakan metode analisis deskriptif berdasarkan hasil analisa elemen pendukung dan penghambat partisipasi stakeholder yang kemudian dirumuskan menjadi rekomendasi strategi penyusunan RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan yang partisipatif. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan, jenis data, sumber data, metode analisis data penelitian dan hasil yang dicapai untuk menjawab tujuan penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Tujuan, jenis data, sumber data serta analisis data penelitian No Tujuan Metode Jenis Data Sumber Data Hasil 1. Menjelaskan mekanisme partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan Analisis kebijakan Analisis Deskriptif kuantitatif Primer dan sekunder Stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RTRW sektor Kehutanan Mengetahui kesesuaian antara regulasi yang mengatur tentang partispasi masyarakat dengan implementasi saat penyusunan penyusunan RTRW sektor kehutanan 2. Memetakan stakeholder yang terlibat dan peranannya dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan Analisis Deskriptif kuantitatif Analisis Stakeholder Primer Stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RTRW sektor Kehutanan Mengetahui peranan stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan 3. Menjelaskan tingkat partisipasi stakeholder serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan Analisis Deskriptif kuantitatif distribusi frekuensi, uji chi square Primer Stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RTRW sektor Kehutanan a. Informasi bentuk partisipasi Stakeholder. b. Besarnya tingkat partisipasi stakeholder c. Faktor yang mempengaruhi partisipasi d. Persepsi masyarakat mengenai RTRW sektor kehutanan 4. Merumuskan rancangan strategi perencanaan tata ruang wilayah sektor kehutanan berbasis partisipatif di Kabupaten Bogor. Analisis Deskriptif Kualitatif Hasil pengolahan data tujuan 1 –3 Bappeda Kab. Bogor, masyarakat, Kementerian Kehutanan Arahan partisipasi Stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan di Kabupaten Bogor 20

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Letak Geografis dan Administratif Secara geografis Kabupaten Bogor terletak pada 6°18’0” – 6°47’10” LS dan 106°23’45” – 107°13’30” BT dengan luas 299.458,304 ha. Kabupaten Bogor memiliki nilai strategis karena lokasinya yang dekat DKI Jakarta serta daerah perlintasan antara Ibu Kota Negara dan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Batas wilayah Kabupaten Bogor yaitu : a. Sebelah Utara : : Kabupaten Tangerang, Kabupaten Tangerang Selatan Provinsi Banten, Kabupaten Bekasi dan Kota Depok, b. Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta c. Sebelah Selatan : Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi d. Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Provinsi Banten e. Bagian Tengah : Kota Bogor Kabupaten Bogor terdiri dari 413 desa dan 17 kelurahan yang tercakup dalam 40 kecamatan. Jumlah kecamatan tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah pemekaran 5 lima kecamatan pada tahun 2005, yaitu Kecamatan Leuwisadeng pemekaran Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Tanjungsari pemekaran Kecamatan Cariu, Kecamatan Cigombong pemekaran Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Tajurhalang pemekaran Kecamatan Bojonggede dan Kecamatan Tenjolaya pemekaran Kecamatan Ciampea. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan sensus tahun 2010 berjumlah 4.763.209 jiwa atau 11,07 dari total penduduk Jawa Barat yang berjumlah 43.021.826 jiwa, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir 2000-2010 adalah 3,15. Dilihat dari komposisinya, penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 terdiri dari 2.236.227 orang laki-laki dan 2.113.209 orang perempuan BPS Kabupaten Bogor 2012. Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi yang bervariasi, dari dataran rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, dengan klasifikasi keadaan morfologi sebagai berikut: a. Dataran rendah 15-100 m dpl sekitar 29,28 b. Dataran bergelombang 100-500 m dpl sekitar 42,62 c. Pegunungan 500-1.000 m dpl sekitar 19,53 d. Pegunungan tinggi 1.000-2.000 m dpl sekitar 8,43 e. Puncak-puncak gunung 2.000-2.500 m dpl sekitar 0,22 Kabupaten Bogor dibentuk oleh batuan vulkanik yang bersifat piroklastik, yang berasal dari endapan batuan sedimen Gunung Pangrango batuan breksi tufaan dan Gunung Salak aluvium dan kipas aluvium. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil dari 21 pelapukan endapan sehingga menghasilkan tanah yang relatif subur. Kabupaten Bogor didominasi oleh dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusun dari hasil letusan gunung, yaitu andesit, tufa, dan basalt. Gabungan batu tersebut bersifat lulus air dimana kemampuan meresapkan air tergolong besar sehingga rawan erosi dan longsor. Kabupaten Bogor termasuk bagian hulu dari DAS Ciliwung dengan luas 14.860 ha dan terdiri dari 6 sub DAS, yaitu : 1 sub DAS Ciesek seluas 2.504,76 ha 16,86 terletak di Kecamatan Megamendung dan Cisarua; 2 sub DAS Ciliwung Hulu seluas 5.885,78 ha 39,61 terletak di Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua; 3 sub DAS Cibogo seluas 1.375,40 ha 9,26 terletak di Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua; 4 sub DAS Cisarua seluas 2.218,92 ha 14,92 terletak di Kecamatan Cisarua; 5 sub DAS Cisukabirus seluas 1.696,91 ha 11,42 terletak di Kecamatan Ciawi dan Megamendung; 6 sub DAS Ciseuseupan seluas 1.178,23 ha 7,93 terletak di Kecamatan Ciawi dan Megamendung Iklim di Kabupaten Bogor menurut Schmidt dan Ferguson termasuk iklim tipe A sangat basah di bagian Selatan dan tipe B basah di bagian Utara. Curah hujan rata-rata 3,841 mmth, dengan curah hujan minimum 2,325 mmthn dan maksimum 5,279 mmthn. Bulan basah terjadi pada bulan Oktober sampai Mei. Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 245 hari. Suhu udara maksimum 31,24°C dan minimum 22,7°C, suhu udara rata-rata tahunan 25,7°C. Kelembaban nisbi rata- rata tahunan 84,1, persentase penyinaran matahari rata-rata tahunan 60,11, kecepatan angin sepanjang tahun rata-rata 2,1 kmjam. Penggunaan lahan aktual pada tahun 2010 di Kabupaten Bogor Tabel 8 terdiri atas permukiman, hutan, tubuh air, tambakempang, ladangtegalan, belukarsemak, kebun, rawa dan sawah Gambar 5. Penggunaan lahan didominasi oleh sawah dengan luas 69.959 ha 22,89, kebun seluas 64.399 ha 21,07, dan semak belukar seluas 52.575 ha 17,20, sementara hutan menempati posisi keempat dengan luas 41.501 ha 13,58, selanjutnya pemukiman seluas 40.790 ha 13,35, tubuh air seluas 2.489 ha 0,81, rawa seluas 91 ha 0,03 dan tambak seluas 21 ha 0,01. Tabel 8 Penggunaan lahan aktual Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Penggunaan Lahan Luas ha Persentase 1. Hutan 41.500,55 13,58 2. Kebun 64.398,76 21,07 3. LadangTegalan 33.815,87 11,06 4. Permukiman 40.790,10 13,35 5. Rawa 91,49 0,03 6. Sawah 69.959,37 22,89 7. SemakBelukar 52.575,49 17,20 8. TambakEmpang 21,37 0,01 9. Tubuh Air 2.489,28 0,81 Jumlah 305.642,27 100,00 Gambar 5 Peta penggunaan lahan Kabupaten Bogor Tahun 2010 22 Kawasan Hutan di Kabupaten Bogor Luas kawasan hutan di Kabupaten Bogor adalah 74.521,16 ha 24,9, kawasan hutan cenderung mengalami penurunan luas tutupan hutan. Berdasarkan citra landsat tahun 1999, diketahui kawasan yang bervegetasi hutan seluas 110.720,03 ha 37,05, sedangkan seluas 188.118,27 ha 62,95 merupakan kawasan hutan yang sudah tidak berhutan beralih fungsi menjadi sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka, semak dan belukar. Berdasarkan citra landsat tahun 2002, kawasan lindung yang berhutan hanya 60, sedangkan daerah berhutan di hutan produksi tinggal 20 Marisan 2006. Sebaran luas hutan berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan statusnya maka hutan di Kabupaten Bogor terdiri atas hutan konservasi, yaitu Taman Nasional TN, Cagar Alam CA dan Taman Wisata Alam TWA serta hutan produksi. Pengelolaan hutan di Kabupaten Bogor dilakukan oleh 4 instansi, yaitu: 1. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP Berdasarkan wilayah administrasi, TNGGP terletak di tiga kabupaten yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi, taman nasional ini awalnya memiliki luas 15.196 ha, kemudian berdasarkan SK Menhut No 174Kpts-IItanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 ha. Pengelolaan TNGGP dibagi dalam 3 tiga Bidang Wilayah Pengelolaan, yaitu : a. Bidang Wilayah I Cianjur 5.018,076 ha, b. Bidang Wilayah II Sukabumi 10.462,002 ha dan c. Bidang Wilayah III Bogor 7.370,952 ha. 2. Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS TNGHS memiliki luas 113.357 ha yang secara administratif berada dalam tiga kabupaten, yaitu Bogor 28.654 ha, Sukabumi dan Lebak. Wilayah kerja TNGHS terletak dalam 28 kecamatan, yaitu: 9 kecamatan di Kabupaten Bogor, 8 kecamatan di Kabupaten Sukabumi dan 11 kecamatan di Kabupaten Lebak dengan jumlah desa di dalam kawasan sebanyak 108 desa. 3. Balai Konservasi Sumber Daya Hutan BKSDA Balai Konservasi Sumberdaya Alam BKSDA Bidang KSDA wilayah I Bogor merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan di bawah Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. BKSDA bertanggung jawab mengelola Kawasan Suaka Alam KSA di Kabupaten Bogor, yaitu meliputi : a. Cagar Alam Yan Lappa Kawasan Hutan Yan Lapa ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 137KptsUm31956 seluas 32 ha. Hutan ini termasuk Tabel 9 Luasan kawasan hutan di Kabupaten Bogor berdasarkan fungsinya No Hutan Luas ha Fungsi Pengelola 1. TNGGP 7.370,95 9,89 Hutan Konservasi Taman Nasional 2. TNGHS 28,65 38,45 Hutan Konservasi Taman Nasional 3. TWA. Gunung Pancar 447,50 0,60 Hutan Konservasi BKSDA 4. TWA. Telaga Warna 4,60 0,01 Hutan Konservasi BKSDA 5. CA.Telaga Warna 487,86 0,65 Hutan Konservasi BKSDA 6. CA. Dungus Iwul 9,10 0,01 Hutan Konservasi BKSDA 7. CA.Yan Lapa 35,26 0,05 Hutan Konservasi BKSDA 8. CA. Arca Domas 2,00 0,00 Hutan Konservasi BKSDA 9. Hutan Produksi 20.057,38 26,92 Hutan Produksi Perhutani 10 Hutan Produksi Terbatas 17.452,16 23,42 Hutan Produksi Perhutani Luas Hutan 74.521,16 100 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2012