Bentuk partisipasi stakeholder pada forum seminar rancangan RTRW

LSM berperan dalam mengawasi kebijakan tata ruang dan memberikan saran terkait hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Tingkat partisipasi LSM dan akademis dapat dilihat pada Tabel 21. Stakeholder pada kelompok crowd hanya berwenang memberikan saranusulan, tetapi tidak ada jaminan bahwa pandangan mereka akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Mengacu pada tipologi partisipasi masyarakat Arnstein, tingkat partisipasi LSM dan akademisi berada pada tangga konsultasi consultation, dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Pemerintah telah memberikan informasi tentang penyusunan RTRW b. Pemerintah mengundang LSM dan akademisi untuk menyampaikan masukan dalam forum penjaringan aspirasi dan seminar rancangan RTRW c. Belum ada jaminan bahwa masukansaran dari LSM dan akademisi akan dipertimbangkan dalam merumuskan RTRW Kabupaten Bogor. Tingkat konsultasi tergolong dalam derajad tokenisme Degree of tokenism, dimana pendapat dan saran stakeholder sudah didengar tetapi tidak ada kepastian jika pandangan mereka akan dipertimbangkan dalam konsep RTRW karena keputusan akhir ditentukan oleh pemerintah. .

c. Tingkat partisipasi pemerintah pusat dan daerah Key Players

Peran serta pemerintah key players dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 umumnya berupa masukan melalui dialog dua arah dengan stakeholder lain yaitu sebesar 60 9 orang, selanjutnya aktif berdiskusi dan usulannya diakomodir sesuai dengan kebutuhan sebesar 13,11 2 orang, aktif dalam diskusi dan terlibat penyusunan konsep serta mendapat pembagian tanggung jawab yang setara sebanyak 13,33 2 orang, dan aktif dalam diskusi, ikut menyusun konsep serta terlibat dalam membuat keputusan sebanyak 13,11 2 orang. Partisipasi key players dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 tersaji pada Tabel 22. Tabel 21 Tingkat partisipasi stakeholder dalam kelompok crowd pada penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Variabel Tingkat Partisipasi N 1. Hanya hadir dan tidak memberikan masukansaranusulan Manipulation - 2. Memberikan masukansaran berdasarkan arahan pihak tertentu Therapy - 3. Menerima informasi dan memberikan masukansaranusulan tanpa melalui dialog 2 arah dengan pemerintah Informing -

4. Memberikan masukan melalui dialog 2 arah dengan

stakeholder lain Consultation 3 75 5. aktif berdiskusi dan usulannya diakomodir dalam konsep sesuai dengan kebutuhan Placation 1 25 6. Aktif dalam diskusi dan penyusunan konsep serta mendapat pembagian tanggungjawab yang setara Partnership - 7. Aktif dalam diskusi dan ikut menyusun konsep serta terlibat dalam memberikan persetujuan Delegated Power - 8. Aktif dalam diskusi, ikut menetapkan konsep, terlibat dalam pembuatan keputusan dan berwenang membuat keputusan Citizen Kontrol - Jumlah 4 100 Pemerintah merupakan stakeholder kunci dalam perencanaan tata ruang karena memiliki kewenangan legal dalam menentukan kebijakan tata ruang baik wilayah maupun sektoral. Bappeda Kabupaten Bogor berwenang menentukan kebijakan tata ruang wilayah, sedangkan Ditjen Planologi Kehutanan berwenang menentukan kebijakan tata ruang kehutanan. Pasal 10 ayat 1 dan 2 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menyebutkan bahwa urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggungjawab daerah. Pasal 14 UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, dengan demikian stakeholders dalam kelompok key players yang memiliki peranan paling besar dalam menentukan RTRW adalah Bappeda Kabupaten Bogor yang bertugas menyusun konsep dan menetapkan RTRW. Dengan meningkatnya peran pemerintah daerah, maka pemerintah pusat berperan sebagai pengarah dalam kebijakan penataan ruang secara nasional dan katalisator dalam pengembangan wilayah. Landasan dalam pembangunan kehutanan adalah Pasal 33 ayat 3 UUD

1945, yang menyatakan bahwa

“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat ” . K awasan hutan sebagai bagian dari sumberdaya alam yang memiliki fungsi strategis bagi masyarakat dan lingkungan, wajib dikelola oleh Negara secara berkesinambungan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat. Pasal 4 ayat 1 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa “semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmukan rakyat ”. Hal ini menunjukkan bahwa Kementerian Kehutanan memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kawasan hutan dan hasil hutan, baik menetapkan kawasan hutan maupun mengubah status dan fungsi kawasan hutan. Hal ini menyebabkan penyusunan RTRW yang berhubungan dengan kawasan hutan, cenderung bersifat top-down dari Kementerian Kehutanan kepada Pemda Kabupaten Bogor. Tabel 22 Partisipasi stakeholder dalam kelompok key players pada proses penyusunan RTRWK Bogor Tahun 2005-2025 Variabel Tingkat Partisipasi N 1. Hanya hadir dan tidak memberikan masukansaranusulan Manipulation - 2. Memberikan masukansaran berdasarkan arahan pihak tertentu Therapy - 3. Menerima informasi dan memberikan masukansaranusulan tanpa melalui dialog 2 arah dengan pemerintah Informing -

4. Memberikan masukan melalui dialog dua arah dengan

stakeholder lain Consultation 9 60,00 5. aktif berdiskusi dan usulannya diakomodir dalam konsep sesuai dengan kebutuhan Placation 2 13,33 6. Aktif dalam diskusi dan penyusunan konsep serta mendapat pembagian tanggungjawab yang setara Partnership 2 13,33 7. Aktif dalam diskusi dan ikut menyusun konsep serta terlibat dalam memberikan persetujuan Delegated Power 2 13,33 8. Aktif dalam diskusi, ikut menetapkan konsep, terlibat dalam pembuatan keputusan dan berwenang membuat keputusan Citizen Kontrol - Total 15 100