Analisis Substantif Kebijakan dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah

Gambar 8 Proses penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor 2008 44 Partisipasi Stakeholder dalam Penyusunan RTRW Tahun 2005-2025 di Kabupaten Bogor Analisis partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor dibagi menjadi 8 tahapan, yaitu : 1 persiapan; 2 pengumpulan data dan informasi; 3 analisis data; 4 perumusan konsep RTRW; 5 penyusunan naskah Raperda RTRW; 6 perumusan konsep RTRW; 7 pengesahan Perda RTRW; dan 8 sosialisasi Perda RTRW. Tahap persiapan penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Peranan stakeholder dalam persiapan penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan didominasi oleh pemerintah, yaitu Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, Dinas Pertanian dan Kehutanan dan Kementerian Kehutanan. Pemerintah melakukan evaluasi terhadap implementasi RTRW Kabupaten Bogor yang berakhir pada tahun 2005. Pihak yang berperan dalam memberikan informasi kepada stakeholder lain adalah Bappeda Kabupaten Bogor. Pada tahap persiapan, masyarakat, LSM dan akademisi keterlibatannya bersifat pasif karena hanya berperan sebagai pihak yang menerima informasi. Studi dokumen menunjukkan bahwa informasi penyusunan RTRW disampaikan melalui surat serta forum pertemuan pada tingkat kecamatanDinas di Kabupaten Bogor dan tidak dilakukan melalui media cetak atau elektronik, sehingga belum menjangkau seluruh masyarakat dalam wilayah perencanaan. Mengacu pada tangga partisipasi Arnstein maka tingkat partisipasi masyarakat pada tahap persiapan penyusunan RTRW berada pada tangga informing level tokenisme karena pemberian informasi bersifat satu arah dari pemerintah kepada masyarakat melalui surat pemberitahuan sehingga masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan masukan terhadap rencana penyusunan RTRW. Tahap pengumpulan data dan informasi Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui penjaringan aspirasi masyarakat yaitu forum pertemuan yang bertujuan mendapatkan masukan dari perwakilan masyarakat, LSM dan akademisi mengenai arah pengembangan tata ruang yang diharapkan dan mengumpulkan informasi mengenai potensi serta masalah tata ruang. Partisipasi masyarakat cenderung lebih aktif, yaitu melalui : a. Pemberian data dan informasi kewilayahan b. Pendataan untuk kepentingan penataan ruang yang diperlukan c. Pemberian masukan dan opini awal mengenai usulan rencana penataan ruang d. Identifikasi potensi dan masalah penataan ruang Media yang digunakan untuk mendapatkan informasi berupa kuesioner, wawancara, observasi dan FGD Focus Group Discussion. Peranan pemerintah pada tahap pengumpulan data dan informasi cenderung tinggi, sedangkan peranan masyarakat, LSM dan akademisi masih rendah. Mengacu pada tangga partisipasi masyarakat Arnstein 1969, tingkat partisipasi masyarakat pada tahap persiapan berada pada tangga consultation level tokenisme, karena meskipun pada saat penjaringan aspirasi telah terjadi dialog dua arah antara pemerintah dan masyarakat, tetapi tidak ada jaminan bahwa usulansaran tersebut akan dimasukkan dalam konsep RTRW. Tahap Analisis Data dan Informasi Analisis data dan informasi dilakukan terhadap kondisi sekarang serta kecenderungan di masa depan dengan menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan dalam proses pengumpulan data dan informasi penjaringan aspirasi masyarakat maupun data-data sektoral, data yang dianalisis yaitu : a. Identifikasi daerah fungsional perkotaan yang ada di Kabupaten Bogor b. Sistem pusat-pusat pemukiman berdasarkan sebaran daerah fungsional perkotaan yang ada di wilayah kabupaten Bogor c. Daya dukung dan daya tampung serta optimalisasi pemanfaatan ruang Kegiatan ini dilakukan oleh tim teknis yang terdiri dari unsur pemerintahan dengan melibatkan tenaga ahli yaitu sektor akademisi tanpa melibatkan masyarakat. Mengacu pada tangga partisipasi masyarakat Arnstein, maka tingkat partisipasi masyarakat berada pada level non participation. Tahap Perumusan Konsep RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Hasil analisis dirumuskan dalam bentuk konsep rencana tata ruang oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD Kabupaten Bogor, kemudian dalam rangka penyempurnaan konsep tersebut dilakukan konsultasi publik melalui seminar rancangan RTRW kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan rencana penataan ruang yang akan diajukan. Melalui seminar rancangan RTRW, masyarakat terlibat secara aktif melalui dialog dua arah dengan pemerintah untuk menyampaikan opini dan aspirasi mengenai kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang. Stakeholder yang dilibatkan dalam seminar rancangan RTRW Kabupaten Bogor yaitu : akademisi, tokoh masyarakat, SKPD, kementerian kehutanan, LSM dan utusan kedaerahan yaitu kepala kecamatan dan kepala desa di Kabupaten Bogor. Masyarakat dilibatkan melalui perwakilan yang ditentukan berdasarkan tingkat kompetensinya. Bila mengacu pada tangga partisipasi masyarakat Arnstein, maka tingkat partisipasi masyarakat berada pada tangga consultation level tokenisme karena telah terjadi dialog dua arah antara pemerintah dan perwakilan masyarakat, tetapi tidak ada jaminan bahwa masukan dari masyarakat akan diperhatikan oleh pemerintah. Tahap penyusunan Naskah Rancangan Perda RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Pada tahap penyusunan naskah raperda peranan pemerintah sangat dominan tanpa melibatkan masyarakat, seluruh masukan yang didapatkan pada saat seminar rancangan RTRW dijadikan acuan dalam menyusun naskah akademikdokumen teknis dan menyusun draft Raperda. Dalam penyusunan naskah akademik dan Raperda RTRW, Pemda Kabupaten berkoordinasi dengan Bappeda Propinsi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional BKTRN dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi dengan peraturan tata ruang lainnya. Mengacu pada tangga partisipasi masyarakat Arnstein, maka tingkat partisipasi masyarakat berada pada level non participation. Tahap penetapan Perda RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Proses penetapan Perda RTRW Kabupaten telah diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Penyampaian Raperda ke Gubernur untuk meminta rekomendasi 2. Pembahasan dengan Bappeda dan BKPRD Propinsi. 3. Penyampaian raperda tentang RTRW kabupaten kepada Kementerian PU Wilayah II untuk permohonan persetujuan substansi dengan disertai rekomendasi gubernur. 4. Pembahasan dengan Ditjen Penataan Ruang dan BKTRN. Pada tahap ini peranan pemerintah sangat dominan dan tidak ada partisipasi dari masyarakat. Mengacu pada tangga partisipasi masyarakat Arnstein, maka tingkat partisipasinya berada pada level non participation karena dilakukan tanpa melibatkan perwakilan masyarakat. Tahap pengesahan Perda RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Proses penetapan RTRW Kabupaten Bogor meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Penyampaian hasil rekomendasi dan persetujuan substansi ke Pansus RTRW 2. Pembahasan dengan Pansus RTRW 3. Sidang Paripurna Penetapan DPRD 4. Penyampaian ke Kementrian Dalam Negeri Evaluasi 5. Penetapan ke dalam Lembar Daerah Pada tahap ini peranan pemerintah sangat dominan dan tidak ada partisipasi dari masyarakat secara langsung karena telah diwakili oleh DPRD pada saat sidang paripurna. Mengacu pada tangga partisipasi masyarakat Arnstein, maka tingkat partisipasinya berada pada level non participation. Tahap sosialisasi Perda RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Bappeda sebagai penanggung jawab kegiatan berperan sebagai pemberi informasipengumuman kepada seluruh stakeholder, sedangkan masyarakat melalui Kepala Desa berperan sebagai pihak yang diberi informasi. Berdasarkan tangga partisipasi masyarakat Arnstein, maka tingkat partisipasi pada tahap ini adalah informing level tokenisme yaitu tangga ketiga dalam tangga partisipasi Arnstein karena telah ada pemberian informasi satu arah dari pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi tanpa ada kekuatan dari masyarakat untuk bernegosiasi dan memberikan pendapat. Tahapan proses sosialisasi RTRW yaitu: a. Penyerahan Perda dan peta rencana struktur ruang dan rencana pola ruang pada setiap kecamatan di Kabupaten Bogor, SKPD, Pemda yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor, dunia usaha, LSM, akademisi dan masyarakat umum b. Menginformasikan Perda No 19 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 ke pada masyarakat melalui media cetak dan elektronik Berdasarkan analisis dokumen, aktor yang harus dilibatkan pada saat penyusunan RTRW Kabupaten Bogor adalah seluruh pihak yang terkena dampak dari kebijakan tersebut serta pihak yang memiliki pengetahuan mengenai tata ruang, yaitu Pemda Kabupaten Bogor, Kementerian Kehutanan, akademisi, LSM dan sektor swasta. Peranan masing-masing pelaku dalam setiap tahapan penyusunan RTRW Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Peranan stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 Tahapan Persiapan Penentuan Arah Pengembangan Perumusan Konsep RTRW Penetapan RTRW dan pengesahan Perda Sosialisasi Kegiatan 1. Review RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2000-2005 2. Pengumpulan data primer dan sekunder 3. Penyebaran Peta Pola dan Struktur Ruang 4. Pembentukan Tim Teknis 5. Pengumuman rencana penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 1. Analisis data dan kebijakan 2. Koordinasi dengan instansi terkait perihal substansi naskah akademisdokumen teknis 3. Penjaringan Aspirasi Masyarakat 1. Penyusunan konsep pengembangan wilayah 2. SeminarSemiloka dan Pengumuman Rancangan RTRW 3. Penyusunan naskah akademis RTRW 4. Penyusunan Raperda RTRW 1. Penyampaian Raperda ke Gubernur Rekomendasi 2. Pembahasan dengan Bappeda dan BKPRD Propinsi 3. Penyampaian Raperda ke Kementrian PU Wilayah II persetujuan substansi 4. Pembahasan dengan Ditjen Penataan Ruang dan BKTRN 5. Penyampaian hasil Rekomendasi dan persetujuan Substansi pada Pansus RTRW 6. Pembahasan dengan Pansus RTRW 7. Sidang Paripurna Penetapan 8. Penyampaian pada Kemendagri 9. Penetapan dalam Lembar Daerah 1. Penyerahan Perda dan Peta ke Kecamatan 2. Penyampaian informasi pada SKPD, Pemda yang berbatasan, swasta, LSM, Akademisi dan masyarakat umum Mekanisme Pengumuman dilakukan melalui surat pemberitahuan kepada kecamatan dalam wilayah perencanaan, DinasInstansi Kabupaten Bogor dan forum pertemuan di tingkat Kecamatan 1. Penjaringan Aspirasi Masyarakat merupakan forum pertemuan untuk mendapatkan masukan dalam penentuan arah pengembangan dan pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan 2. Penjaringan Aspirasi dilakukan sebanyak 1 kali 1. Seminarsemiloka adalah forum pertemuan dalam rangka perumusan konsep RTRW dan penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang. 2. Seminar dilaksanakan 1 kali. 3. Pengumuman rancangan RTRW dilakukan melalui surat pemberitahuan kepada kepala desa dalam wilayah perencanaan, Camat, DinasInstansi terkait dan forum pertemuan tingkat kecamatan. Setelah dilakukan penyempurnaan rancangan RTRW, maka Bupati menyiapkan Raperda, selanjutnya Raperda dan Dokumen RTRW disampaikan kepada DPRD Kabupaten untuk dibahas dan ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Pengumuman dilakukan melalui surat pemberitahuan kepada kecamatan dalam wilayah perencanaan, SKPD, Pemerintah Pusat dan forum pertemuan di tingkat Kecamatan 48 Tabel 13 Lanjutan Tahapan Persiapan Penentuan Arah Pengembangan Perumusan Konsep RTRW Penetapan RTRW dan pengesahan Perda Sosialisasi Peran Stakeholder 1. Bappeda sebagai Penanggung Jawab kegiatan berperan memberikan informasi kepada masyarakat dan DinasInstansi serta Camat. 2. Pemerintah pusat, Dinas dan Camat berperan sebagai pihak yang menerima Informasi 3. LSM, akademisi, masyarakat dan swasta berperan sebagai pihak yang diberi informasi 1. Bappeda sebagai Penanggung jawab kegiatan berperan memfasilitasi pelaksanaan forum. 2. Pemerintah pusat, Dinas dan Camat berperan sebagai peserta forum 3. Kepala DesaKelurahan dan perwakilan masyarakat yang diundang berperan sebagai peserta dalam forum pertemuan. 4. Sektor akademisi dan swasta berperan sebagai peserta forum pertemuan. 5. LSM berperan sebagai jembatan untuk menyerap aspirasi masyarakat agar dapat dimasukkan sebagai salah satu pertimbangan utama dalam rencana tata ruang 1. Bappeda sebagai Penanggung Jawab kegiatan berperan memfasilitasi pelaksanaan forum. 2. Pemerintah pusat, Dinas dan Camat berperan sebagai peserta forum 3. Kepala DesaKelurahan dan perwakilan masyarakat yang diundang berperan sebagai peserta dalam forum pertemuan. 4. Sektor akademisi dan swasta berperan sebagai peserta forum pertemuan. 5. LSM berperan sebagai jembatan untuk menyerap aspirasi masyarakat agar dapat dimasukkan sebagai salah satu pertimbangan utama dalam RTRW Peranan Stakeholder dalam Pengumuman Rancangan RTRW 1. Bappeda sebagai Penanggung Jawab kegiatan berperan memberikan informasi kepada masyarakat dan Dinas serta Camat. 2. Pemerintah pusat, Dinas, Camat LSM, akademisi, masyarakat dan swasta berperan sebagai pihak yang menerima Informasi Bappeda sebagai penanggung jawab kegiatan berperan menyiapkan Dokumen RTRW Bagian Hukum Setda menyiapkan rancangan Peraturan Daerah. 1. Bappeda sebagai Penanggung Jawab kegiatan berperan memberikan informasi kepada masyarakat dan DinasInstansi serta Camat. 2. Pemerintah pusat, Dinas dan Camat berperan sebagai pihak yang menerima Informasi 3. LSM, akademisi, masyarakat dan swasta berperan sebagai pihak yang diberi informasi Tingkat Partisipasi Tingkat partisipasi masyarakat berada pada tangga informing karena pemberian informasi satu arah dari pemerintah kepada masyarakat, tidak ada umpan balik dari masyarakat maupun dinasinstansi. Tingkat partisipasi masyarakat berada pada tangga Consultation, dengan ciri-ciri : a. Partisipasi masyarakat atas dasar inisiatif pemerintah. b. Peserta telah memberikan masukansaranusulpendapatper timbangan kepada pemerintah saat pelaksanaan forum. c. Terjadi dialog dua arah antara pemerintah dan peserta. d. Meskipun telah terjadi akan tetapi tidak ada jaminan bahwa ide masyarakat akan diperhatikan. Tingkat partisipasi masyarakat berada pada tangga Consultation, dengan ciri-ciri : a. Partisipasi masyarakat atas dasar inisiatif pemerintah. b. Peserta memberikan masukan saranusulpendapatpertimbangan kepada pemerintah pada saat pelaksanaan forum. c. Terjadi dialog dua arah antara pemerintah dan peserta. d. Meskipun telah terjadi dialog dua arah, akan tetapi tidak ada jaminan bahwa kepedulian dan ide masyarakat akan diperhatikan. Tidak ada partisipasi dari masyarakat Non participation Tingkat partisipasi masyarakat berada pada tangga informing karena pemberian informasi satu arah dari pemerintah kepada masyarakat, tidak ada umpan balik dari masyarakat maupun dinasinstansi. 49 Berdasarkan hasil analisis, Pemda Kabupaten Bogor secara garis besar telah menerapkan perencanaan partisipatif dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Masyarakat telah diberikan kesempatan untuk menyampaikan aspirasiusulan mengenai konsep kebijakan dan strategi penataan ruang melalui forum penjaringan aspirasi masyarakat dan seminar rancangan RTRW. Akan tetapi peranan pemerintah masih dominan dalam setiap tahap penyusunan RTRW, sedangkan peranan masyarakat sebagai critical player dalam implementasi RTRW cenderung kecil karena hanya berperan dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan RTRW. Untuk mengetahui kesesuaian proses penyusunan RTRW Kabupaten Bogor dengan regulasi yang berlaku maka dilakukan perbandingan antara regulasi dan pelaksanaan oleh Bappeda Kabupaten Bogor. Regulasi yang dijadikan acuan adalah Permen PU No. 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten dan PP No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang yang mengatur secara detail mengenai tata cara partisipasi masyarakat dalam perencanaan tata ruang. Perbandingan proses partisipasi masyarakat dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor antara regulasi dan praktek secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 14 dan 15. Hasil analisis menunjukkan bahwa prosedur penyusunan RTRW Kabupaten Bogor belum sepenuhnya mengacu pada aturankebijakan yang berlaku. Mekanisme partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor yang dilakukan pada tahun 2007 berbeda dengan mekanisme partispasi masyarakat dalam perencanaan tata ruang yang diatur dalam Permen PU No. 16 Tahun 2009 dan PP No. 68 Tahun 2010, perbedaan tersebut yaitu : 1. peserta hadir dalam berbagai forum penjaringan aspirasi dan seminar rancangan RTRW atas dasar inisiatif undangan dari Pemda. 2. Pemberitahuan tentang rencana penyusunan dan rancangan RTRW maupun sosialisasi dokumen akhir RTRW hanya dilakukan melalui website Pemda Kabupaten Bogor dan forum pertemuan pada tingkat kecamatan, sehingga informasi penataan ruang belum menjangkau semua masyarakat. 3. Dari segi mekanisme, kendala yang terjadi adalah kendala waktu, forum penjaringan aspirasi dan seminar rancangan RTRW hanya dilakukan sebanyak 1 satu kali. Hal ini tidak memberikan kesempatan yang luas kepada para peserta untuk mendiskusikan, menyampaikan usulan, mengkritisi usulan, mengklarifikasi usulan serta berbagai aspek dari hal-hal yang direncanakan. 4. Pemberian masukan dari masyarakat hanya dilakukan pada saat ada forum pertemuan, sehingga wakil masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk membahas rencana tata ruang dalam komunitasnya. 5. Masyarakat tidak dilibatkan pada tahap perumusan konsep RTRW dan penetapan RTRW maupun saat pembahasan Raperda tata ruang, sehingga masyarakat tidak memiliki hak untuk mengajukan usulan atau sanggahan terhadap raperda. Tabel 14 Perbandingan antara implementasi partisipasi masyarakat dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor dan Permen PU No. 162009 Tahapan Permen PU No. 162009 Praktek Perbedaan Persiapan Pemerintah melibatkan masyarakat secara pasif dengan pemberitaan mengenai informasi penataan ruang melalui : 1 media massa televisi, radio, surat kabar, dan majalah, 2 brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal, dan buku, 3 pameran, pemasangan poster, pamflet, papan pengumuman, billboard, 4 kegiatan kebudayaan, 5 multimedia, 6 website, 7 ruang pamer atau pusat informasi, dan 8 pertemuan terbuka dengan masyarakatkelompok masyarakat. Waktu Pelaksanaan : 1 bulan Pengumuman rencana penyusunan Rencana Tata Ruang kepada masyarakat, melalui: a. Surat pemberitahuan kepada Camat dan DinasInstansi se-Kabupaten Bogor. b. Forum pertemuan hanya sampai tingkat kecamatan. Pemberitaan hanya melalui website Pemda Kabupaten Bogor dan forum pertemuan yang dilakukan pada tingkat kecamatan dan belum sampai ke forum tingkat desakelurahan, sehingga informasi penataan ruang belum menjangkau semua masyarakat di wilayah perencanaan. Pengumpulan data dan informasi 1. Pada tahap ini masyarakatorganisasi masyarakat berperan lebih aktif dalam bentuk: a. Pemberian data informasi kewilayahan b. Pendataan untuk kepentingan penatan ruang yang Pemberian masukan, aspirasi, dan opini awal usulan rencana penataan Ruang c. Identifikasi potensi dan masalah penataan ruang. 2. Media yang digunakan untuk mendapatkan infomasimasukan: a. Kotak aduan; b. Pengisian kuesioner, wawancara; c. Website, email, form aduan, polling, telepon, dan sms d. Pertemuan terbuka e. Kegiatan workshop, Focus Group Disscussion FGD f. Penyelenggaraan konferensi g. Ruang pamerpusat informasi. Waktu Pelaksanaan : 2-3 bulan. a. Penjaringan aspirasi masyarakat merupakan forum pertemuan untuk mendapatkan masukan masyarakat dalam penentuan arah pengembangan dan pengidentifikasin potensi serta masalah pembangunan dan hak atas ruang. b. Masyarakat yang dilibatkan dalam kegiatan ini menyampaikan masukan lewat forum pertemuan tersebut secara lisan maupun tertulis. c. Forum pertemuan ini dilaksanakan selama 1 hari saja, jadi jangka waktu pemberian masukan dari masyarakat yang ikut terlibat juga berlangsung pada satu hari itu juga. a. Pemberian masukan dari masyarakat hanya dilakukan pada 1 hari saat terjadinya forum pertemuan dan tidak ada masukan dari masyarakat diluar forum pertemuan. b. Partisipasi masyarakat terjadi karena inisiatif dari Pemerintah masyarakat yang dilibatkan karena mendapat undangan. Perumusan Konsep RTRW a. Masyarakat terlibat secara aktif dan bersifat dialogiskomunikasi dua arah melalui konsultasi publik, workshop, FGD, seminar, danatau bentuk komunikasi dua arah lainnya b. Dalam perumusan perencanaan tata ruang, partisipasi masyarakat dapat berbentuk pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata ruang dan pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang. . a. Seminar merupakan forum pertemuan dalam rangka perumusan perencanaan tata ruang dan penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang. b. Masyarakat yang dilibatkan dalam kegiatan ini menyampaikan masukan lewat forum pertemuan tersebut secara lisan maupun tertulis. c. Forum pertemuan dilaksanakan selama 1 hari, sehingga pemberian masukan dari masyarakat hanya berlangsung pada saat a. Pemberian masukan dari masyarakat hanya dilakukan pada 1 hari saat ada forum pertemuan dan tidak ada masukan dari masyarakat diluar saat forum pertemuan. b. Partisipasi masyarakat merupakan inisiatif Pemerintah masyarakat dilibatkan karena mendapat undangan. Pembahasan Raperda RTRW Dalam pembahasan raperda, masyarakat berperan dalam pengajuan usulan, keberatan, atau sanggahan terhadap raperda RTRW kabupaten melalui: 1 Media massa, 2 Website resmi lembaga pemerintah yang berkewenangan menyusun RTRW, 3 Surat terbuka di media massa, 4 Kelompok kerja, 5 Diskusitemu warga, 6 konsultasi publik, 7 workshop,dan 8 FGD, seminar, konferensi, dan panel. Pada tahap ini peranan pemerintah sangat dominan tanpa melibatkan masyarakat, semua masukan yang didapatkan pada saat seminar rancangan RTRW Kabupaten dijadikan acuan dalam menyusun draft rancangan peraturan daerah RTRW Kabupaten Bogor Pembahasan Raperda RTRW tidak melibatkan masyarakat sehingga masyarakat tidak memiliki hak untuk mengajukan usulan, keberatan, atau sanggahan terhadap raperda RTRW 51 Tabel 15 Perbandingan antara implementasi partisipasi masyarakat dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor dan PP No. 682010 PP Nomor. 68 Tahun 2010 Praktek Perbedaan a. Masyarakat berpartisipasi pada seluruh tahap penyusunan tata ruang b. Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang yaitu berupa pemberian masukan mengenai : 1 Persiapan penyusunan rencana tata ruang; 2 Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan; 3 Pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan; 4 Perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan 5 Penetapan rencana tata ruang. a. Masyarakat dilibatkan saat penjaringan aspirasi masyarakat dan seminar rancangan RTRW dalam bentuk Focus Group Discussion b. Masyarakat dilibatkan memberikan masukan mengenai : 1 Persiapan penyusunan rencana tata ruang; 2 Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan; dan 3 Pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan. c. Pada tahap perumusan konsep dan penetapan serta pengesahan RTRW hanya melibatkan Pemerintah Daerah, DPRD Kabupaten Bogor, Kementerian PU dan Kementerian Dalam Negeri Masyarakat tidak dilibatkan pada tahap perumusan konsepsi rencana tata ruang dan penetapan rencana tata ruang Tata cara peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang dilaksanakan dengan cara menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi dan masalah, rumusan konsepsirancangan rencana tata ruang melalui media komunikasi danatau forum pertemuan a. Masyarakat menyampaikan masukan hanya melalui penjaringan aspirasi masyarakat dan seminar rancangan RTRW b. Masyarakat menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan wilayah dan pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan a. Masyarakat tidak dilibatkan pada saat merumuskan konsepsirancangan rencana tata ruang b. Masyarakat memberikan masukan hanya pada saat forum pertemuan Pada tahap perencanaan tata ruang Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban : a. Memberikan informasi dan menyediakan akses informasi kepada masyarakat tentang proses penyusunan dan penetapan rencana tata ruang melalui media komunikasi yang memiliki jangkauan sesuai dengan tingkat rencana; b. Melakukan sosialisasi mengenai perencanaan tata ruang; c. Menyelenggarakan kegiatan untuk menerima masukan dari masyarakat terhadap perencanaan tata ruang d. Memberikan tanggapan kepada masyarakat atas masukan mengenai perencanaan tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. a. Pengumuman proses penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kepada masyarakat, melalui: o Surat pemberitahuan kepada Camat dan DinasInstansi se- Kabupaten Bogor. o Forum pertemuan o Website Pemda Kabupaten Bogor b. Akses masyarakat terhadap dokumen RTRW yang dihasilkan relatif rendah a. Pengumuman melalui media elektronik hanya dilakukan melalui website Pemda Kab. Bogor dan tidak dilakukan melalui media cetak surat kabar, majalah maupun elektronik radio dan tv b. Pengumuman lewat forum pertemuan belum sampai ke tingkat desakelurahan c. Pada tahap sosialisasi masyarakat belum terinformasikan secara menyeluruh mengenai RTRW 52 Kabupaten Bogor sebagai salah satu pioneer dalam penyusunan RTRW, sehingga dalam proses penyusunannya masih mengacu pada Permendagri No. 9 tahun 1998 tentang Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah dan PP No. 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang yang merupakan peraturan operasional dari UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Kelemahan PP Nomor 69 tahun 1996 yaitu : 1. Bentuk peran masyarakat yang relatif sama untuk tiap jenjang rencana 2. Tidak jelasnya kelompok masyarakat yang terlibat dan waktu pelibatannya 3. Mekanisme penyusunan RTRW belum dipaparkan secara rinci Dalam Permendagri No. 9 tahun 1998 telah ada penyempurnaan mengenai obyek peran serta masyarakat, aspek formal institusional dan tahapan-tahapan penataan ruang kota, serta adanya peningkatan peran PimpinanDPRD dan pelibatan pakar dan tokoh masyarakat, tetapi kedua regulasi tersebut belum mengatur secara rinci mengenai mekanisme pelibatan peran serta masyarakat dalam penataan ruang sehingga pelaksanaan penyusunan RTRW Kabupaten Bogor belum sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat. Berdasarkan jenis partisipasi menurut Cohen dan Uphoff 1977, partisipasi masyarakat dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025 termasuk tipe participation in decision making, yaitu bentuk keikutsertaan publik dalam memberi saran dan kritik tentang proses pembuatan keputusankebijakan pemerintah. Berdasarkan tipologi partisipasi Arnstein 1969, partisipasi masyarakat dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor berada pada tangga consultation degrees of tokenism, dimana masyarakat sudah diperkenankan berpendapat, tetapi tidak memiliki jaminan bahwa pandangan mereka akan dijadikan bahan pertimbangan oleh pemegang keputusan. Hal ini ditunjukkan dengan telah adanya dialog dua arah antara pemerintah dan masyarakat pada forum pembahasan RTRW, tetapi perwakilan masyarakat hanya berperan dalam memberikan masukan kepada pemerintah dan tidak memiliki wewenang dalam membuat konsep atau memberikan keputusan.

6. PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENYUSUNAN

RTRW SEKTOR KEHUTANAN DI KABUPATEN BOGOR Pelibatan masyarakat dalam proses penentuan kebijakan tata ruang merupakan salah satu cara yang efektif untuk menampung dan mengakomodasi berbagai kepentingan stakeholder. Perencanaan partisipatif dapat menghasilkan keuntungan substantif karena keputusan yang diambil lebih efektif dan memberi kepuasan serta dukungan publik yang kuat terhadap proses pembangunan. Peranan Stakeholder dalam Penyusunan RTRW Sektor Kehutanan Hasil analisis stakeholder berdasarkan pengaruh dan kepentingannya dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogot Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan menunjukkan terdapat 14 stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan di Kabupaten Bogor Tabel 16, yaitu : 1. Pemerintah Pusat, terdiri dari Ditjen Planologi Kehutanan, Taman Nasional dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam sebagai pihak sektoral yang bertanggung jawab terhadap substansi rencana tata ruang pada kawasan hutan konservasi di Kabupaten Bogor. 2. Pemerintah Daerah, terdiri dari Bappeda Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan dan pemerintahan kecamatan di Kabupaten Bogor. 3. LSM yaitu RMI Rimbawan muda Indonesia dan JKPP Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif, kedua LSM ini memiliki visi dan misi mewujudkan sistem pengelolaan sumberdaya alam yang adil, setara, demokratis dan lestari bagi kesejahteraan rakyat serta memperkuat kedaulatan rakyat atas sumberdaya alam dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian, serta mengubah pola pikir dan pola tindak pengambil keputusan dan anggota masyarakat untuk menghormati dan menghargai hak-hak rakyat atas sumberdaya alam. 4. BUMN, yaitu Perhutani sebagai pihak sektoral yang bertanggung jawab terhadap substansi rencana tata ruang dalam kawasan hutan produksi 5. Akaemisi, yaitu tenaga ahli yang berperan memberikan informasi, saran atau pertimbangan tentang penataan ruang berdasarkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial agar tercapai pembangunan berkelanjutan. 6. Masyarakat di sekitar hutan, terdiri dari pemerintah desa, tokoh masyarakat setempat dan Satgas Lingkungan Hidup unsur masyarakat yang berfungsi melakukan pengawasan dan pengendalian lingkungan disekitar permukiman dan berada dibawah binaan BLH Kabupaten Bogor. Berdasarkan bentuk kelembagaannya, stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan dibagi menjadi : a. Lembaga Formal Pemerintahan yaitu lembaga yang bertanggung jawab atas penataan ruang di daerah, terdiri dari Bappeda dan Dinas Tata Ruang. b. Lembaga Fungsional, yaitu tim adhoc yang bertugas memberikan arahan kepada tim penyusun RTRW serta bertanggung jawab terhadap substansi rencana. Tim ini terdiri dari unsur Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Ditjen Planologi Kehutanan, Taman Nasional, BKSDA, perguruan tinggi, dan instansi sektoral lainnya. c. Organisasi Kemasyarakatan, yaitu perwakilan unsur masyarakat yang berfungsi sebagai wadah penyaluran aspirasi masyarakat, terdiri dari LSM, pemerintah desa, dan Satgas Lingkungan Hidup. Hasil pemetaaan stakeholders berdasarkan kepentingan terhadap sumberdaya hutan dan pengaruhnya dalam penyusunan RTRW untuk sektor kehutanan di Kabupaten Bogor Gambar 10 menunjukkan bahwa kuadran I subjects ditempati oleh kepala desa, masyarakat sekitar hutan, Satgas Lingkungan Hidup dan sektor swasta, kelompok ini memiliki kepentingan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan dan RTRW sektor kehutanan, namun kurang Tabel 16 Identifikasi stakeholder dan perannya dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 sektor kehutanan No Stakeholder Peranan 1. Bappeda Kabupaten Bogor a. Pemrakarsa penyusunan RTRW Bogor b. Menyusun petunjuk teknis perencanaan pembangunan dibidang penataan ruang dan lingkungan hidup LH c. Merumuskan kebijakan teknis perencanaan tata ruang dan LH d. Pemetaan dan penyusunan data spasial untuk perencanaan tata ruang e. Koordinasi dengan instansi terkait mengenai implementasi RTRW f. Penyusunan dan perencanaan program pembangunan, koordinasi pembangunan, pendataan dan analisa pelaksanaan pembangunan, penyusunan rencana tata ruang 2. Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor a. Mengkoordinasikan pelaksanaan RTRW b. Melakukan pembinaan dalam pelaksanaan RTRW c. Melakukan penyuluhan dan informasi tata ruang d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi RTRW 3. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor a. Perencanaan dan pelaksanaan pemetaan tata ruang pendayagunaan sumber daya alam dan pengembangan lahan. b. Pengawasan eksploitasi hutan, pelaksanaan penghijauan dan konservasi tanah dan air, pemantauan, pemberian ijin Hak Pemungutan Hutan Produksi, Ijin Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Lindung 4. Ditjen Planologi Kehutanan a. Fasilitasi penyusunan RTRW b. Menetapkan kawasan hutan yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umum dan yang berfungsi sebagai kawasan hutan produksi dan lindung c. Melakukan penataan batas kawasan hutan. 5. TNGGP Melakukan perencanaan untuk kawasan konservasi 6. TNGHS Melakukan perencanaan untuk kawasan konservasi 7. BKSDA Melakukan perencanaan untuk kawasan konservasi 8. LSM a. Mengawasi implementasi RTRW sektor kehutanan b. Mengajukan keberatan atas rencana tata ruang 9. Satgas LH Melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang mencemari lingkungan 10. Akademisi a. Memberikan informasi, saran atau pertimbangan tentang penataan ruang sektor kehutanan berdasarkan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan sosial agar dapat tercapai pembangunan yang berkelanjutan. b. Bantuan tenaga ahli 11. Camat a. Memberikan masukan dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat b. Mengajukan keberatan atas suatu rencana tata ruang c. Mengawasi implementasi RTRW 12. Sektor Swasta a. Memberikan masukan dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan b. Mengikuti ketentuan-ketentuan dalam kebijakan penataan ruang 13. Pemerintah Desa a. Memberikan masukan dalam penyusunan RTRW b. Mengidentifikasi permasalahan tata ruang di desa c. Wadah untuk menampung aspirasi masyarakat terkait penataan ruang d. Mengajukan keberatan atas suatu rencana tata ruang 14. Masyarakat desa sekitar hutan a. Memberikan masukan dalam merumuskan RTRW sektor kehutanan b. Melakukan identifikasi potensi dan masalah tata ruang kehutanan c. Memberikan bantuan untuk memperjelas hak atas ruang d. Mengajukan keberatan atas suatu rencana tata ruang terlibat dalam merumuskan kebijakan tata ruang, sehingga memiliki pengaruh yang rendah dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan. Stakeholder pada kelompok subject hanya diundang pada saat pengumpulan data dan informasi serta saat konsultasi publik, untuk menjaring masukan terhadap draft rumusan RTRW yang telah disusun oleh tim teknis tata ruang. Kelompok ini termasuk stakeholder primer primary stakeholder, yaitu stakeholder yang terkena dampak langsung dari kebijakan tata ruang, sehingga memiliki kepentingan secara langsung dengan kebijakan tata ruang dan harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan baik secara ekologis maupun ekonomis. RTRW sektor kehutanan berfungsi sebagai arahan penggunaan lahan yang akan menentukan akses masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan sehingga sangat penting bagi masyarakat sekitar hutan. Kepala desa memiliki kepentingan paling tinggi terhadap RTRW sektor kehutanan, karena dalam merencanakan pembangunan desa diperlukan tata ruang yang jelas, terutama berkaitan dengan batas kawasan hutan agar dapat merencanakan pembangunan yang selaras dengan RTRW serta tata ruang kehutanan dan menjadi menjadi dasar dalam pemberian ijin penggunaan lahan. Sektor swasta memiliki kepentingan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan, PT. Aneka Tambang dan Chevron Geothermal membutuhkan bahan tambang yang terdapat dalam kawasan hutan sebagai bahan baku usahanya, sedangkan pengembang perumahan membutuhkan lahan untuk pembangunan perumahan melalui mekanisme tukar menukar kawasan hutan. Berdasarkan keterlibatan dalam penyusunan RTRW, maka stakeholder pada kuadran I memiliki pengaruh yang rendah dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan. Kelompok ini hanya berperan dalam memberikan kontribusi berupa data dan informasi serta kepatuhan dalam implementasi RTRW. Kuadran II key players ditempati oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, Ditjen Planologi Kehutanan, BKSDA wilayah I Bogor, TNGGP, TNGHS dan Pemerintah Kecamatan. Kelompok ini memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi dalam perencanaan tata ruang untuk sektor kehutanan. Kelompok key players memiliki kewenangan legal dalam menentukan kebijakan tata ruang sehingga secara nyata mempengaruhi penyusunan RTRW sektor kehutanan. Kementerian Kehutanan memiliki kepentingan yang tinggi terhadap kelestarian fungsi ekosistem hutan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Stakeholder pada kelompok key players memiliki pengaruh yang tinggi dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan, Ditjen Planologi Kehutanan berwenang dalam merumuskan kebijakan tata ruang sektor kehutanan, melaksanakan kebijakan tata ruang, serta mengawasi implementasi tata ruang untuk sektor kehutanan, TNGHS, TNGGP dan BKSDA berwewenang melakukan perlindungan terhadap kawasan konservasi, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dan pelayanan perizinan pada kawasan hutan konservasi. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor yaitu Bappeda Kabupaten Bogor memiliki pengaruh yang besar saat penyusunan RTRW Kabupaten Bogor karena mempunyai kekuasaan untuk mengatur tata ruang dalam wilayahnya, termasuk dalam proses perencanaan tata ruang pada skala makro dalam rangka pembangunan daerah, sedangkan Dinas Tata Ruang dan Pertanahan serta Dinas Pertanian dan Kehutanan bertugas melaksanakan kebijakan tata ruang di Kabupaten Bogor Berdasarkan aspek keterlibatan dalam perencanaan tata ruang, maka stakeholder pada kelompok key players terlibat pada semua tahap penyusunan, yaitu mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai pengawasanevaluasi. Pengawasan dalam implementasi RTRW dilakukan oleh seluruh stakeholder sesuai tupoksinya masing-masing. Bentuk partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan berupa sumberdaya manusia, dana, fasilitasi pembinaan tata ruang informasi dan kepatuhan dalam pelaksanaan RTRW. Kelompok ini memiliki kemampuan berinteraksi yang tinggi dan mampu mempengaruhi stakeholder lain. Pemerintah Kecamatan umumnya hanya berperan dalam pelaksanaan kebijakan RTRW, sehingga dapat dilihat pada pemetaan stakeholder bahwa posisi pihak Kecamatan berada di antara Subjects dan player dengan lebih dominan kearah subjects karena memiliki pengaruh yang rendah dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan. Berdasarkan analisis tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh stakeholders, diketahui bahwa tidak ada stakeholders yang termasuk dalam kuadran III context setters, karena kebijakan tata ruang bersifat multistakeholders sehingga tidak ada stakeholders yang memiliki pengaruh dominan dalam penyusunan RTRW. Kuadran IV crowd ditempati oleh pihak akademisi dan LSM, kelompok ini memiliki kepentingan yang rendah terhadap sumberdaya hutan serta pengaruh yang rendah dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan di Kabupaten Bogor. Kelompok ini tidak memiliki kepentingan secara langsung terhadap kebijakan tata ruang, tetapi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah. Pihak akademisi dan LSM berperan dalam memberikan masukan normatif tentang penataan ruang sektor kehutanan berdasarkan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan sosial agar dapat tercapai pembangunan yang berkelanjutan. Gambar 9 Pemetaan stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor I II III IV