33.33 An analysis of environmental quality of medium and small cities in Kalimantan
pada kawasan urban, disisi lain dapat menimbulkan pencemaran dalam skala besar pada kawasan TPA dan lingkungan disekelilingnya. Untuk dapat mencegah
pencemaran serta mengurangi dampak yang mungkin timbul, perlu dilakukan upaya - upaya pengelolaan limbah padat di TPA. Upaya - upaya tersebut
melingkupi penyediaan sarana pengendalian pencemaran serta kegiatan pengelolaan limbah padat sisa hasil kegiatan masyarakat kota di TPA. Semakin
baik upaya yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan sarana pengendalian pencemaran dan kegiatan pengelolaan limbah padat di TPA semakin kecil
pancemaran yang timbul dan semakin kecil dampak lingkungan dapat terjadi. Karena perannya pada hilir pengelolaan limbah padat sisa kegiatan masyarakat,
TPA pada umumnya menjadi tumpuan pengelolaan sampah bagi suatu kota, sehingga baik atau tidaknya pengelolaan kawasan TPA dapat mencirikan kualitas
pengelolaan kota secara umum Yhdego 1995; Bhuiyan 2010.
Serupa dengan kota - kota lainnya, pengelolaan sampah kota - kota sedang dan kecil di Kalimantan juga bertumpu pada TPA yang menjadi hilir proses
tersebut. Kawasan TPA memiliki luasan yang cukup besar dan biasanya bergantung pada tingginya produksi limbah padat suatu kota. Akibat besarnya
luasan tempat kegiatan pembuangan sampah tersebut, maka dampak lingkungan yang berupa pencemaran media tanah dan badan air akibat kegiatan ini juga cukup
tinggi Rao dan Shantaram 1995. Berdasarkan nilai bobot variabel pengendalian pencemaran TPA, pengelolaan sampah TPA dan variabel kualitas kualitas
penghijauan TPA yang masing - masing nilainya 12.95 , 13.01 dan 9.19 . Nilai ini menunjukkan bahwa kegiatan pada kawasan hilir pengelolaan limbah
padat ini memberikan dampak cukup besar pada kualitas lingkungan kota.
5.3 Perbandingan Pengelompokkan Kota - Kota Berdasarkan Hasil Analisis Gerombol dan Kategori Nilai Indeks Kualitas Lingkungan
Pengelompokan kota - kota sedang dan kecil di Kalimantan didapatkan melalui dua metode yang berbeda, yaitu melalui analisis gerombol dan melalui
pembagian kategori nilai indeks kualitas lingkungan berdasarkan sebaran distribusi normal yang didapatkan dari analisis komponen utama. Perbandingan
jumlah anggota kelompok pada tiap kategori berdasarkan hasil analisis gerombol dan pembagian kategori kota berdasarkan nilai indeks kualitas lingkungan terlihat
pada Tabel 33.
Tabel 33 Perbandingan jumlah anggota kelompok kota sedang dan kecil di Kalimantan pada tiap kategori berdasarkan hasil analisis gerombol dan
kategori nilai indeks kualitas lingkungan tahun 2010
No Kluster Kota
Jumlah Kota Kategori Nilai Indeks
Lingkungan Hidup Kota Jumlah Kota
1 Kluster 1 kategori Sangat Baik
6 12.77
Kategori nilai Sangat Tinggi 6
12.77 2
Kluster 2 kategori Baik 7
14.89 Kategori nilai Tinggi
9 19.15
3 Kluster 3 kategori Cukup
19 40.43
Kategori nilai Sedang 19
40.43 4
Kluster 4 kategori Buruk 11
23.40 Kategori nilai Rendah
9 19.15
5 Kluster 5 kategori Sangat Buruk
4 8.51
Kategori nilai Sangat Rendah 4
8.51
Perbandingan kategori berdasarkan hasil analisis gerombol dan kategori nilai indeks kualitas lingkungan dilakukan berdasarkan urutan tingkatan kategori
tertinggi hingga terendah. Kluster 1 dengan kategori “sangat baik” dalam analisis gerombol dibandingkan dengan kategori nilai indeks “sangat tinggi”. Kluster 2
dengan kategori “baik” dibandingkan dengan kategori nilai indeks “tinggi”. Kluster 3 dengan kategori “cukup” dibandingkan dengan kategori nilai indeks
“sedang”. Kluster 4 dengan kategori “buruk” dibandingkan dengan kategori nilai indeks “rendah”. Kluster 5 dengan kategori “sangat buruk” dibandingkan dengan
kategori nilai indeks “sangat rendah”.
Berdasarkan Tabel 33, didapatkan kemiripan dalam jumlah anggota masing - masing kluster. Kluster 1, 3 dan 5 memiliki jumlah anggota yang sama
dengan masing - masing kategori nilai indeks “sangat tinggi”, “sedang” dan “sangat rendah”. Perbedaan terjadi pada Kluster 2 dan 4 yang masing - masing
beranggotakan 7 dan 11 kota, sedangkan dalam kategori nilai indeks “tinggi” dan “rendah” keduanya beranggotakan 9 kota.
Melalui kedua analisis yang digunakan juga didapatkan kemiripan keanggotaan kota - kota dalam suatu kelompok. Berdasarkan Tabel 23, 27 dan 31,
diketahui seluruh anggota pada kluster 1 merupakan kota - kota dengan kategori nilai indeks “sangat tinggi” serta seluruh anggota pada kluster 5 merupakan kota -
kota dengan kategori nilai indeks “sangat rendah”. Berdasarkan Tabel 24, 25, 26 dan 31 diketahui terdapat sedikit perbedaan keanggotaan kluster 2, 3, 4 dengan
kategori nilai indeks “tinggi”, “sedang” dan “rendah”. Perbedaan ditunjukkan oleh Kota Batulicin dan Tanjung Redeb anggota kluster 2 yang memiliki kategori nilai
indeks “tinggi” serta Kota Kandangan dan Tenggarong anggota kluster 4 yang memiliki kategori nilai indeks “sedang”. Disamping keempat kota tersebut tidak
terdapat perbedaan, kota - kota lain yang berada pada kluster 2, 3 dan 4 termasuk dalam masing - masing kategori nilai indeks “tinggi”, “sedang” dan “rendah”.
Berdasarkan perbandingan dari analisis gerombol dengan pembagian kategori kota berdasarkan nilai indeks kualitas lingkungan yang dilakukan pada
47 kota sedang dan kecil di Kalimantan didapatkan sebanyak 43 atau 91.49 kota berada pada kategori yang sama atau setara, sedangkan 4 kota lainnya terpaut
satu kategori dibawah atau diatas dari hasil kedua metode analisis yang digunakan. Kondisi ini menggambarkan bahwa kedua jenis metode analisis data
tersebut dapat digunakan untuk tujuan serupa. Meskipun demikian, terdapat perbedaaan pada masing - masing metode tersebut yaitu :
Pengelompokan hasil analisis gerombol : a. Proses lebih sederhana
b. Tidak dapat secara langsung diketahui peringkat individu, namun didapatkan kedekatan “jarak” antar individu
c. Hasil yang diperoleh menjelaskan kondisi umum obyek analisis Pengelompokan berdasarkan kategori nilai indeks kualitas lingkungan :
a. Proses lebih kompleks harus melalui beberapa tahapan b. Diketahui peringkat individu
c. Hasil yang diperoleh menjelaskan kondisi individu masing - masing obyek analisis