Kualitas Lingkungan Hidup An analysis of environmental quality of medium and small cities in Kalimantan

berperan dalam menjaga kualitas udara dalam wilayah perkotaan Kementerian Lingkungan Hidup 2008. Permasalahan lingkungan hidup perkotaan menjadi semakin penting untuk dikelola, tidak hanya karena wilayah perkotaan menjadi daya tarik penduduk di wilayah sekitar untuk datang. Hal tersebut juga berdampak pada tekanan terhadap sumber daya lingkungan kota. Permasalahan lingkungan di wilayah perkotaan bersifat kompleks karena mencakup interaksi dinamis antara lingkungan buatan, lingkungan alami serta aktivitas manusia didalamnya. Sejalan dengan hal tersebut di atas dilakukan pemantauan dan inventarisasi kualitas lingkungan hidup kota - kota di Kalimantan. Adapun dalam mendukung kebutuhan tersebut dilakukan secara rutin pemantauan minimal 2 dua kali tiap tahun pada skala provisi hingga lingkup nasional Kementerian Lingkungan Hidup 2008. Sejalan dengan makin tingginya kesadaran akan pentingnya aspek lingkungan dalam pembangunan wilayah perkotaan yang keberlanjutan, upaya pengendalian aktivitas - aktivitas yang memiliki potensi menimbulkan pencemaran maupun kerusakan lingkungan telah banyak dilakukan di berbagai negara di dunia. Pola perubahan maupun gambaran tingkat pencemaran dan kerusakan yang terjadi dapat dilihat melalui upaya - upaya pemantauan kualitas lingkungan hidup. Aspek - aspek yang cukup beragam dipantau secara berkala guna memenuhi kebutuhan tersebut. Aspek - aspek yang lebih umum dikenali sebagai indikator kualitas lingkungan ini umumnya berbeda antara satu wilayah terhadap wilayah lainnya dan bergantung pada jenis aktivitas sumber pencemaran maupun tinggi rendahnya volume limbah atau bahan pencemar yang dihasilkan. Bian dan Yang 2010 dalam menentukan kualitas lingkungan pada 30 provinsi di negara China melihat aspek - aspek sumber daya manusia yakni jumlah tenaga kerja, sumber daya ekonomi berupa modal dan GDP, pemanfaatan energi dan air, serta tingkat pencemaran yang terjadi pada media air dan udara. Aspek - aspek tersebut dianggap representatif dengan pola aktivitas sosial ekonomi masyarakat di negara China yang banyak didukung oleh kegiatan industri. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bian dan Yang, pada kawasan di wilayah barat negara China, indikator - indikator seperti produksi limbah padat, produksi limbah cair, produksi gas emisi, tingkat polusi suara noise production serta konversi kawasan hutan dipilih untuk menggambarkan tingkat kualitas lingkungan di wilayah tersebut Sun et al. 2012. Gabungan dari berbagai dampak aktivitas masyarakat yang diwakili indikator - indikator tersebut dianggap lebih mewakili baik tidaknya maupun gambaran perubahan kualitas lingkungan hidup wilayah barat negara China tersebut. Pemantauan kualitas lingkungan hidup merupakan bentuk upaya pengawasan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat di suatu wilayah yang diwakili suatu media lingkungan pada wilayah yang dianggap mengalami dampak langsung ataupun tidak langsung akibat dari aktivitas tersebut. Dengan latar belakang wilayah maupun jenis aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang berbeda antara wilayah satu dan lainnya, pengaruh yang terjadi akan berbeda pula. Untuk dapat melihat pengaruh tersebut, indikator - indikator yang dipilih harus dapat menggambarkan pengaruh aktivitas masyarakat terhadap lingkungan yang menjadi wilayah studi. Adapun dalam studi pengamatan kondisi lingkungan yang dilakukan Farrow dan Winograd 2001 menyatakan bahwa indikator - indikator yang dapat menggambarkan kondisi lingkungan suatu wilayah harus memenuhi kriteria : 1 terukur, 2 relevan, 3 sensitif terhadap perubahan serta 4 memiliki hubungan sebab akibat yang jelas. Pada penelitian yang mencakup wilayah kota sedang dan kecil di Kalimantan, indikator - indikator yang dipilih harus dapat merepresentasikan kondisi lingkungan setempat. Indikator - indikator yang sesuai dan mewakili gambaran potensi beban pada media lingkungan dipilih sesuai kondisi setempat lebih dapat mencerminkan kualitas lingkungan yang ada. Indikator - indikator yang berkenaan dengan pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau di kawasan kota dalam hal ini dianggap lebih dapat merepresentasikan kualitas lingkungan kota sedang dan kecil di Kalimantan yang memiliki pola aktivitas masyarakat yang relatif belum kompleks serta tidak didominasi oleh kegiatan industri Kementerian Lingkungan Hidup 2008.

2.4 Berbagai Aspek dalam Pemantauan Kualitas Lingkungan Perkotaan

Masyarakat yang tinggal pada lingkungan perkotaan memiliki aktivitas yang beragam, baik pada sektor perdagangan, jasa atau kegiatan lain yang berhubungan dengan penyediaan layanan publik. Keragaman aktivitas masyarakat ini memiliki pengaruh berbeda lingkungan kota. Jenis kegiatan atau aktivitas masyarakat tertentu akan memberikan dampak beragam pada aspek - aspek lingkungan yang ada. Oleh sebab itu dalam melakukan pemantauan lingkungan, perlu ditetapkan aspek - aspek lingkungan yang sifatnya dapat terukur dan mencerminkan perubahan lingkungan yang terjadi. Aspek - aspek yang dipilih dalam pemantauan kualitas lingkungan kota secara umum dapat dibagi menjadi bidang - bidang tertentu berdasarkan karakteristik potensi pencemaran maupun media lingkungan yang terkena dampak pencemaran yang terjadi. Kota sedang dan kecil Kalimantan merupakan kota - kota yang tingkat aktivitas masyarakatnya dapat dilihat dari jumlah produksi limbah padat dan cair serta pemanfaatan lahan kawasan urban yang terjadi. Oleh sebab itu aspek - aspek obyek pemantauan yang dipilih untuk mewakili kualitas lingkungan kota - kota sedang dan kecil di Kalimantan terdiri atas : 1 Pengelolaan sampah domestik, 2 Ketersediaan ruang terbuka hijau dan 3 Pencemaran badan air Kementerian Lingkungan Hidup 2008.

2.4.1 Sampah Domestik

Tiap individu manusia merupakan penghasil sampah, dalam melaksanakan kegiatan kesehariannya, manusia akan selalu memproduksi sampah baik dalam jumlah sedikit maupun banyak. Dalam lingkup wilayah dengan kepadatan penduduk rendah seperti pada daerah rural secara umum, akumulasi sampah yang terproduksi tidak signifikan terhadap luas wilyah, namun berbeda dengan wilayah perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi, produksi sampah akan menjadi permasalahan yang cukup signifikan akibat terbatasnya ketersediaan lahan yang digunakan sebagai sarana pengolahan maupun landfill sampah domsetik ini. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang terjadi di wilayah perkotaan produksi sampah juga akan turut meningkat, sehingga dibutuhkan solusi cermat untuk mengantisipasi peningkatan produksi sampah yang memiliki dampak minimal pada pencemaran lingkungan, ekonomis serta efisien dalam hal pemanfaatan lahan Kementerian Lingkungan Hidup 2006. Tidak berbeda dengan permasalahan sampah yang dihadapi oleh wilayah perkotaan di Indonesia, kota Dar es Salaam di Tanzania juga menghadapi hal yang serupa. Limbah padat hasil kegiatan domestik masyarakat di wilayah perkotaan telah menjadi permasalahan lingkungan yang serius. Sejalan dengan pembangunan sosial ekonomi kurun waktu terakhir, ditambah dengan liberalisasi ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang cepat, produksi limbah padat yang dihasilkan penduduk kota Dar es Salaam telah meningkat dengan kecepatan yang cukup tinggi. Namun peningkatan volume sampah tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan kemampuan pemerintah setempat dalam mengelola sampah yang terproduksi. Secara rata - rata hanya 20 - 30 sampah wilayah perkotaan di negara Tanzania yang mampu dikumpulkan dan dibuang ke landfill oleh pemerintah daerah setempat. Krisis yang dihadapi dalam penyusunan kebijakan masalah persampahan wilayah perkotaan di Tanzania secara umum melingkupi masalah - masalah : 1 Pengelolaan limbah padat, 2 Privatisasi sektor persampahan, 3 Dampak lingkungan dari pembuangan limbah dan 4 Peningkatan kapasitas kelembagaan. Untuk menyelesaikan permasalahan - permasalahan di atas diperlukan kerangka konseptual didasarkan pada aplikasi pengelolaan sampah yang berkelanjutan di Tanzania. Upaya pengurangan produksi sampah, pemanfaatan ulang hingga upaya daur ulang diusulkan sebagai solusi bagi pengelolaan limbah padat perkotaan. Perbaikan manajemen pengelolaan sampah dan peningkatan kapasitas kelembagaan juga dianggap memiliki peran penting dalam tujuan yang sama Yhdego 1995. Studi serupa juga dilakukan oleh Bhuiyan 2010, menggunakan data empiris yang dikumpulkan pada tahun 2000, 2003 and 2009 dilakukan analisis pengelolaan sampah padat perkotaan yang dilakukan oleh pemerintah di Bangladesh. Studi ini difokuskan pada kelembagaan pemerintahan sebagai kunci dalam pengelolaan sampah di Bangladesh. Analisis juga dilakukan pada sektor swasta yang bergerak dalam bidang pelayanan kebersihan dan keterlibatan masyarakat disana. Hasil studi menyimpulkan bahwa kemitraan pemerintah- swasta berkontribusi terhadap pengelolaan limbah padat yang efektif, begitupula pemberdayaan masayarakat dalam pengelolaan sampah turut memberikan kontribusi yang positif. Bentuk kemitraan pemerintah - swasta dan pemerintah - masyarakat dalam pengelolaan sampah diharapkan dapat menjadi solusi masalah persampahan Bangladesh di masa mendatang. Secara umum dipahami masalah persampahan hanya mencakup upaya pengangkutan sampah dari sumber hingga tempat landfill sampah. Namun, disamping permasalahan tersebut masih dimungkinkan pula kondisi - kondisi tertentu pada saat sebagian dari sampah kota tidak dapat terangkut hingga tempat landfill , ataupun sampah yang telah ditimbun pada landfill menyebabkan terjadinya pencemaran wilayah sekitar. Rao dan Shantaram 1995 dalam studi yang dilakukannya di Hyderabad, India menjelaskan potensi pencemaran lingkungan berupa kontaminasi logam berat pada media tanah dan air yang dihasilkan dari sampah atau limbah padat perkotaan. Logam berat seperti Cu, Pb, Ni dan Zn secara umum banyak dihasilkan dari limbah padat perkotaan di India. Hyderabad adalah kota besar India dengan jumlah penduduk lebih dari 45 juta jiwa dan jumlah limbah padat yang dihasilkan dari kota diperkirakan 1 _ 200 - 1 _ 800 ton hari. Limbah padat yang dihasilkan di kota Hyderabad tersebut sebagian besar timbun pada daerah landfill sampah di daerah dataran rendah. Meskipun demikian kondisi tersebut menyebabkan terjadinya potensi pencemaran secara langsung pada lahan pertanian untuk budidaya tanaman. Dampak yang