kondisi lingkungan. Tujuan disusunnya indeks kualitas lingkungan adalah : 1 Memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat dan
daerah tentang kondisi lingkungan di daerah sebagai bahan evaluasi kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, 2 Sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian target program- program pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kementerian
Lingkungan Hidup 2010.
2.2 Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup
Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki kecenderungan saling membutuhkan satu sama lain, hidup berkelompok serta mendiami suatu kawasan
tertentu. Keadaan ini memberikan gambaran dasar bahwa dalam pola dan jenis interaksi antar individu manusia dalam suatu kelompok maupun antar kelompok
yang terjadi sangat terkait dengan kawasan tempat manusia atau kelompok tersebut beraktivitas atau berdiam. Sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk pada kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan timbul pengaruh positif pada aspek ketersediaan sumber daya manusia sebagai modal
perkembangan kawasan tersebut. Meskipun demikian, pengaruh yang berbeda, dirasakan pada aspek lingkungan. Pengaruh negatif yang terjadi berupa terjadi
peningkatan potensi pencemaran lingkungan sebagai dampak aktivitas ekonomi masyarakat. Jadi sebagai bentuk antisipasi atas hal ini, dirasa perlu dilakukan
pemantauan untuk melihat kecenderungan perubahan kualitas lingkungan akibat kegiatan tersebut. Pemantauan adalah usaha atau perbuatan untuk mengamati,
mengawasi, dan memeriksa perubahan kualitas lingkungan yang sesuai maupun tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Proses pemantauan dalam hal ini
merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan, baik bila ada pelanggaran maupun tidak ada pelanggaran pemanfaatan ruang Kementerian Lingkungan Hidup
2007.
Kegiatan pemantauan yang dilakukan merupakan suatu bentuk upaya awal pengendalian dampak lingkungan akibat aktivitas - aktivitas sosial dan ekonomi
masyarakat yang bertujuan menjaga kualitas sumber daya lingkungan di suatu wilayah. Proses pemantauan yang dilakukan dimulai dari penyeragaman aspek -
aspek komponen utama tingkat kualitas lingkungan wilayah dan dilanjutkan dengan mengukur perubahan tingkat kualitas lingkungan wilayah yang menjadi
obyek pengawasan. Kendali tersebut dibutuhkan guna menyeimbangkan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat dan kondisi lingkungan dalam
mendukung keberlangsungan suatu wilayah. Menurut Rustiadi et al. 2009 wilayah merupakan suatu sistem kompleks yang terbagi atas sistem ekologi
ekosistem, sistem sosial dan sistem ekonomi yang saling mempengaruhi satu terhadap yang lainnya. Oleh sebab itu melalui kegiatan pemantauan tersebut dapat
diketahui besarnya pengaruh perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap kondisi lingkungan tempat masyarakat tersebut berada.
Dalam melakukan pemantauan kualitas lingkungan suatu wilayah, perlu ditentukan aspek - aspek utama yang dapat menggambarkan pengaruh aktivitas
manusia terhadap kondisi lingkungan tempat dilaksanakannya aktivitas tersebut. Fauzi 2004 menyatakan aspek - aspek penting dalam melihat kualitas sumber
daya lingkungan secara umum mencakup : potensi maksimum sumber daya lingkungan, kapasitas lestari lingkungan, kapasitas penyerapan atau asimilasi
lingkungan, kapasitas daya dukung lingkungan, dan tingkat kelangkaan sumber daya lingkungan.
Secara umum kawasan tempat manusia berdiam serta melakukan segala aktivitas kesehariannya, terbagi atas dua jenis yaitu kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan. Masing - masing jenis kawasan tersebut memiliki perbedaan yang cukup jelas dilihat dari aspek kepadatan penduduk, pola pemanfaatan ruang
maupun jenis aktivitas manusia yang ada di tiap - tiap kawasan tersebut. Kawasan perkotaan atau urban dapat didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian namun lebih didominasi oleh kegiatan pelayanan jasa dan kegiatan perkonomian industri non pertanian. Secara umum wilayah
perkotaan dapat dicirikan melalui tingkat kepadatan penduduk yang tinggi serta penggunaan lahan yang intensif. Kawasan perdesaan atau rural dapat
didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan industri dan jasa yang
mendukung sektor primer. Secara umum wilayah perdesaan dapat dicirikan melalui tingkat kepadatan penduduk yang rendah serta pemanfaatan lahan yang
didominasi sektor pertanian.
Dalam melihat kecenderungan perubahan kualitas lingkungan hidup perlu dibedakan antara wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan. Keduanya memiliki
karakteristik berbeda terkait jenis kegiatan yang memiliki potensi pencemaran serta media lingkungan yang terkena dampak pencemaran tersebut. Untuk wilayah
perkotaan pencemaran timbul akibat kegiatan domestik masyarakat, pemanfaatan lahan, pencemaran udara dan air akibat kegiatan industri serta polusi udara akibat
kendaraan bermotor. Pada lingkungan perdesaan atau rural beban pencemaran yang terjadi secara umum akibat kegiatan di sektor primer berupa kegiatan
pertanian, perkebunan maupun peternakan. Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan pada wilayah negara - negara di Eropa Utara dan Barat, kegiatan
peternakan memberikan kontribusi eutrofikasi pada media air. Kegiatan pemantauan yang dilakukan menunjukkan bahwa kotoran dan sisa pakan ternak
menjadi sumber fosfor P dan nitrogen N yang masuk ke badan sungai Haygarth et al. 1998. Studi lain yang dilakukan pada daerah aliran sungai Taw
wilayah Selatan Barat negara Inggris, menyatakan kegiatan pertanian tanaman pangan yang menggunakan pupuk dan pestisida secara intensif juga dapat
menyebabkan dampak pada lingkungan. Pemantauan yang dilakukan pada badan air sungai Taw secara berkala 1996 hingga 1999 meninjukkan meningkatnya
kandungan bahan kimia akibat kegiatan pertanian tersebut Wood et al. 2005.
Adanya aktifitas yang dilakukan oleh penduduk pada kawasan perkotaan dan perdesaan menyebabkan perlunya kegiatan pemantauan pada kedua tipe
kawasan tersebut. Kegiatan pemantauan lingkungan kawasan perkotaan umumnya mencakup : pemantauan produksi dan pengelolaan sampah kota, pemantauan
pemanfaatan lahan termasuk ketersediaan ruang terbuka hijau, pemantauan kualitas badan air berupa sungai yang melintasi wilayah perkotaan, dan
pemantauan kualitas udara wilayah perkotaan Kementerian Lingkungan Hidup 2006. Sebaliknya pada kawasan perdesaan yang umumnya berbasis kegiatan
sektor primer, kegiatan pamantauan lingkungan diprioritaskan pada : pemantauan kualitas badan air berupa sungai dan danau pada kawasan pertanian
dan pemantauan pemanfaatan lahan daerah penyangga aliran sungai atau danau Haygarth et al. 1998 Eschner dan Satterlund 1966. Kegiatan pemantauan yang
dilakukan pada masing - masing kawasan diharapkan dapat menggambarkan besarnya tekanan yang terjadi pada media lingkungan akibat aktivitas yang
dilakukan oleh penduduk. Pada rentang waktu yang lebih panjang hasil pemantauan yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan perencanaan kedua
jenis kawasan tersebut.
2.3 Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan
Kota atau daerah urban telah diketahui sebelumnya memiliki kedudukan sebagai pusat konsentrasi aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Keadaan ini
memiliki implikasi langsung baik dalam bentuk pembangunan infrastruktur fisik lebih pesat dibandingkan daerah penyangga di sekitar, maupun semakin besarnya
beban yang terjadi pada lingkungan di kawasan tersebut. Tingginya beban lingkungan yang terjadi pada wilayah perkotaan memiliki hubungan positif
terhadap jumlah manusia maupun intensitas aktivitas yang dilakukan. Semakin tinggi jumlah penduduk, semakin tinggi pembangunan infrasturktur fisik serta
beban lingkungan yang terjadi. Secara umum beban lingkungan yang terjadi mencakup aspek tingginya pemanfaatan lahan, produksi limbah padat dan
pencemaran air Kementerian Lingkungan Hidup 2008.
Seperti pada wilayah lain di Indonesia, proses pembangunan juga terjadi di wilayah Kalimantan, terutama pada wilayah perkotaan. Proses pembangunan
terjadi sejalan dengan pemanfaatan kekayaan sumber daya yang dimiliki. Selain ditandai dengan pembangunan fisik infrastruktur yang ada, kegiatan
pembangunan juga dapat terlihat melalui peningkatan aktivitas sektor jasa, dan perdagangan. Kegiatan - kegiatan tersebut merupakan bentuk pembangunan
aktivitas ekonomi yang terjadi di wilayah perkotaan. Salah satu dampak dari proses pembangunan ini adalah bertambahnya jumlah penduduk yang tidak hanya
berasal dari pertambahan penduduk alami namun juga dari perpindahan penduduk wilayah lain. Adanya pertambahan penduduk tersebut meningkatkan beban
lingkungan perkotaan baik akibat pemanfaatan lahan serta pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah padat maupun cair tersebut ke media
lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup 2008.
Pada daerah perkotaan, kegiatan domestik yang tidak memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan dapat menimbulkan tingkat pencemaran
yang cukup mengkhawatirkan. Secara umum terdapat jenis pencemar limbah akibat kegiatan domestik yaitu limbah cair yang berupa air limbah sisa kegiatan
domestik grey water, air limbah tinja black water maupun limbah padat yang juga umum kita kenali sebagai sampah dapat berakibat menurunnya kualitas
lingkungan air maupun menimbulkan pencemaran pada tanah Kementerian Lingkungan Hidup 2006. Pencemaran sumber daya air juga menimbulkan
dampak lanjutan berupa meningkatnya biaya cost untuk penyediaan air bagi keperluan seperti perikanan dan pertanian, bahan baku air minum, dan industri
Rustiadi et al. 2009.
Selain masalah pencemaran di atas, terkait permasalahan pemanfaatan lahan, dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan dikenal ruang terbuka
hijau, seperti ketersediaan taman kota dan hutan kota, serta penghijauan di sepanjang jalan dan wilayah publik lainnya. Permasalahan ruang terbuka hijau ini
menjadi penting mengingat peran kawasan ini sebagai area resapan air disamping