Gambar 10 Peta distribusi kluster berdasarkan kondisi lingkungan kota sedang dan kecil di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010
Gambar 11 Peta distribusi kluster berdasarkan kondisi lingkungan kota sedang dan kecil di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010
Gambar 12 Peta distribusi kluster berdasarkan kondisi lingkungan kota sedang dan kecil di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010
Gambar 13 Peta distribusi kluster berdasarkan kondisi lingkungan kota sedang dan kecil di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010
Gambar 14 Diagram persentase jumlah dan distribusi kota - kota sedang dan kecil pada masing - masing kelompok di Provinsi Kalimantan Barat tahun
2010
Gambar 15 Diagram persentase jumlah dan distribusi kota - kota sedang dan kecil pada masing - masing kelompok di Provinsi Kalimantan Selatan tahun
2010 Berdasarkan distribusi kota - kota sedang dan kecil pada masing - masing
kluster untuk Provinsi Kalimantan Tengah pada Gambar 12, sebanyak 2 atau 15.38 kota ada pada kategori “sangat baik”, 1 atau 7.69 kota ada pada
kategori “baik”, 3 atau 23.08 kota ada pada kategori “sedang”, 4 atau 30.77 kota ada pada kategori “buruk” dan selebihnya 3 atau 23.08 kota ada pada
kategori “sanat buruk”. Kondisi ini menunjukkan bahwa kota - kota yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah mendominasi kluster 4 dan 5 atau kategori
“buruk” dan “sangat buruk”. Persentase distribusi kota - kota sedang dan kecil di Provinsi Kalimantan Tengah dalam bentuk diagram pada masing - masing kluster
tertera pada Gambar 16.
Gambar 16 Diagram persentase jumlah dan distribusi kota - kota sedang dan kecil pada masing - masing kelompok di Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2010
27.27 54.55
18.18
Kluster 1 Kluster 2
Kluster 3 Kluster 4
Kluster 5
16.67 16.67
33.33 33.33
Kluster 1 Kluster 2
Kluster 3 Kluster 4
Kluster 5
15.38 7.69
23.08 30.77
23.08
Kluster 1 Kluster 2
Kluster 3 Kluster 4
Kluster 5
Berdasarkan distribusi kota - kota sedang dan kecil pada masing - masing kluster untuk Provinsi Kalimantan Timur pada Gambar 13, sebanyak 2 atau
18.18 kota ada pada kategori “sangat baik”, 1 atau 9.09 kota ada pada kategori “baik”, 6 atau 54.55 kota ada pada kategori “sedang”, 1 atau 9.09
kota ada pada kategori “buruk” dan selebihnya 1 atau 9.09 kota ada pada kategori “sangat buruk”. Kondisi ini menunjukkan kota - kota di Provinsi
Kalimantan Timur dominan berada pada kluster 3 atau kategori “sedang”. Persentase distribusi kota - kota sedang dan kecil tersebut dalam bentuk diagram
pada masing - masing kluster tertera pada Gambar 17.
Gambar 17 Diagram persentase jumlah dan distribusi kota - kota sedang dan kecil pada masing - masing kelompok di Provinsi Kalimantan Timur tahun
2010 Berdasarkan distribusi kota - kota sedang dan kecil pada masing - masing
kluster pada Gambar 9, diketahui terdapat kemiripan distribusi jumlah kota pada Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, yaitu terjadi kecenderungan
kota - kota pada kedua provinsi tersebut berada pada kategori “sedang”. Selanjutnya untuk Provinsi Kalimantan Selatan terlihat kota - kota sedang dan
kecil hanya berada pada kluster 1 hingga 4, tidak terdapat kota pada provinsi ini yang berada pada kluster 5 atau kategori “sangat buruk”. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa hampir seluruh kota sedang dan kecil di Kalimantan tidak didominasi oleh kota - kota dengan kategori “buruk” dan “sangat buruk”, kecuali
kota - kota yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Kota sedang dan kecil di Provinsi Kalimantan Tengah cenderung menempati kluster 4 dan 5 yaitu
sebanyak 7 kota atau 53.85 kota ada pada kategori “buruk” dan “sangat buruk”. Keadaan ini menggambarkan adanya kecenderungan pengelolaan kebersihan dan
tanaman peneduh kota sedang dan kecil di Provinsi Kalimantan Tengah masih lebih rendah dibandingkan dengan ketiga provinsi lainnya di Kalimantan.
Kualitas lingkungan suatu wilayah perkotaan secara alami akan menurun sejalan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat yang mendiami wilayah
perkotaan tersebut. Kondisi serupa juga dialami oleh kota - kota sedang dan kecil di Kalimantan Tengah. Untuk mengantisipasi penurunan kualitas lingkungan
hidup wilayah perkotaan perlu dilakukan upaya - upaya pengendalian dampak lingkungan yang timbul akibat aktivitas masayarakat. Upaya - upaya pengendalian
dampak tersebut dapat dilakukan melalui program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten kota, baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Semakin intensif pelaksanaan program dan kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten kota semakin kecil
dampak negatif yang terjadi pada lingkungan, sebaliknya semakin kurang intensif pelaksanaan program dan kegiatan pengendalian semakin besar pula dampaknya.
18.18 9.09
54.55 9.09
9.09
Kluster 1 Kluster 2
Kluster 3 Kluster 4
Kluster 5
Tinggi atau rendahnya intensitas pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di suatu wilayah berhubungan dengan kondisi ekonomi di suatu
wilayah. Bentuk pendekatan yang umum digunakan untuk melihat kondisi ekonomi suatu wilayah adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto
PDRB wilayah tersebut. PDRB merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, baik
atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.
Dengan menggunakan pendekatan pengeluaran konsumsi pemerintah dalam PDRB, dapat diketahui kondisi ekonomi suatu wilayah. Kondisi ekonomi
suatu wilayah dapat dianalogikan dengan tingkat pengeluaran pemerintah dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan secara umum, termasuk
didalamnya program dan kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas lingkungan wilayah perkotaan. Oleh sebab itu, PDRB dapat digunakan
sebagai perbandingan kondisi ekonomi antar wilayah. Kondisi ekonomi rata - rata kabupaten kota pada masing - masing provinsi di Kalimantan berdasarkan
perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku menurut provinsi di Kalimantan tahun 2010 tertera pada Tabel 28 dan Gambar 18.
Tabel 28 Perbandingan PDRB pengeluaran pemerintah atas dasar harga berlaku menurut provinsi di Kalimantan tahun 2010
Provinsi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Jutaan Rupiah
Kalimantan Barat 10 537 261.05
Kalimantan Selatan 12 141 099.72
Kalimantan Tengah 7 034 052.01
Kalimantan Timur 17 889 042.94
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah 2011
Gambar 18 Perbandingan PDRB pengeluaran pemerintah atas dasar harga berlaku menurut provinsi di Kalimantan tahun 2010
5 000 000 10 000 000
15 000 000 20 000 000
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
P D
R B
A ta
s D
as ar
H ar
ga B
er la
k u
Provinsi
PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku Jutaan Rupiah
Tabel 28 menunjukkan belanja pengeluaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah lebih rendah dibandingkan dengan provinsi lain di
Kalimantan. Nilai yang lebih rendah tersebut juga menunjukkan nilai alokasi anggaran untuk program dan kegiatan pembangunan kawasan urban di Provinsi
Kalimantan Tengah secara umum lebih rendah dibandingkan dengan kawasan urban
provinsi lain di Kalimantan. Oleh sebab itu, rendahnya tingkat ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan Tengah yang digambarkan oleh PDRB pengeluaran
pemerintah provinsi ini, dapat menjadi penyebab kota - kota di Kalimantan Tengah mendominasi kluster 3 atau berada pada kategori “buruk”.
5.2 Analisis Pengaruh Variabel - Variabel Kualitas Lingkungan Kota Sedang dan Kecil di Kalimantan
Kualitas lingkungan hidup suatu kota merupakan gambaran atau representasi dari kondisi fisik komponen - komponen makhluk hidup dan tidak
hidup yang menjadi bagian lingkungan kota itu sendiri. Bila komponen - komponen tersebut secara umum dalam kondisi baik maka kualitas lingkungan
akan baik pula, sebaliknya bila komponen - komponen tersebut secara umum dalam kondisi tidak baik maka kualitas lingkungan kota atau kawasan tersebut
bisa dikatakan buruk. Demikian pula dalam penelitian ini hasil analisis kualitas lingkungan suatu kota akan ditentukan oleh nilai dari komponen - komponen
wilayah yang menjadi bagian dari kota tersebut.
Nilai variabel - variabel untuk 47 kota sedang dan kecil Kalimantan pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 ditunjukkan pada Lampiran 1 lebih lanjut
digunakan dalam analisis komponen utama Principal Component Analysis PCA. Adapun variabel - variabel indikator kualitas lingkungan yang ada,
digunakan untuk mewakili nilai dari variabel - variabel dalam PCA. Analisis yang dilakukan tersebut mencakup variabel - variabel indikator kualitas
lingkungan berupa nilai indeks pengelolaan kebersihan dan tutupan peneduh yang terdiri atas sub komponen lokasi permukiman, pasar tradisional, taman kota dan
TPA. Dengan jumlah keseluruhan mencapai 9 sembilan variabel seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Melalui hasil analisis PCA diperoleh 7 tujuh
variabel baru yang mewakili variabel - variabel asal, yaitu Z
1
, Z
2
, Z
3
, Z
4
, Z
5
, Z
6
dan Z
7
ditunjukkan dalam Tabel 29. Tabel 29 Hasil perhitungan ragam dari analisis komponen utama
Komponen Utama Eigen value
Persentase Ragam Persentase Ragam
Kumulatif
Z
1
5.7288 81.84
81.84 Z
2
0.4152 5.93
87.77 Z
3
0.2979 4.26
92.03 Z
4
0.2024 2.89
94.92 Z
5
0.1843 2.63
97.55 Z
6
0.1033 1.48
99.03 Z
7
0.0681 0.97
100.00
Masing - masing komponen utama memiliki eigen value yang menunjukkan nilai keragaman bagi variabel baru tersebut. Melalui PCA
didapatkan pula nilai eigen vector yang mewakili koefisien untuk masing - masing
variabel asal, sehingga dapat digunakan dalam menyusun kombinasi linear dari komponen utama. Nilai eigen vector ditunjukkan secara langsung pada
Lampiran 3.
Nilai untuk tiap komponen yang dibentuk dihitung dengan melihat nilai koefisien untuk masing - masing variabel. Sebagai contoh untuk komponen Z
1
, kombinasi linear yang terbentuk sebagai berikut :
Z
1
= 0.48 X
1
+ 0.42 X
2
+ 0.50 X
3
+ 0.49 X
4
+ 0.54 X
5
+ 0.55 X
6
+ 0. 52 X
7
+ 0.52 X
8
+ 0.50 X
9
keterangan : X
1
= Variabel
kualitas kebersihan kawasan permukiman
X
2
= Variabel
sebaran dan tutupan tajuk peneduh kawasan permukiman
X
3
= Variabel
kualitas kebersihan kawasan pasar tradisional
X
4
= Variabel
sebaran dan tutupan tajuk peneduh kawasan pasar tradisional
X
5
= Variabel
sebaran dan tutupan tajuk peneduh kawasan taman kota
X
6
= Variabel
kualitas kebersihan kawasan taman kota
X
7
= Variabel
pengendalian pencemaran TPA
X
8
= Variabel
kualitas pengelolaan sampah TPA
X
9
= Variabel
kualitas penghijauan TPA
Untuk komponen Z
2
kombinasi linear yang terbentuk sebagai berikut : Z
2
= 0.33 X
1
- 0.31 X
2
- 0.46 X
3
- 0.15 X
4
+ 0.36 X
5
+ 0.39 X
6
- 0. 16 X
7
+ 0.25 X
8
- 0.22 X
9
Selanjutnya cara serupa dapat digunakan untuk mendapatkan nilai komponen utama lainnya Z
3
, Z
4
, Z
5
, Z
6
dan Z
7
. Berdasarkan Tabel 29 terlihat bahwa hanya komponen Z
1
yang memiliki eigen value
lebih besar dari 1, yaitu 5.7288. Komponen pertama ini Z
1
dapat menjelaskan 81.84 keragaman data. Komponen kedua Z
2
memiliki eigen value
0.4152 dan dapat menjelaskan 5.93 keragaman. Bersama dengan komponen pertama Z
1
, keduanya merepresentasikan 87.77 dari keragaman total seperti terlihat dalam nilai persentase ragam kumulatif. Begitupula
selanjutnya Z
1
, Z
2
, Z
3
, Z
4
, Z
5
, Z
6
hingga Z
7
dapat merepresentasikan 100 keragaman total.
Penentuan jumlah komponen yang akan digunakan sangat subjektif. Dalam studi ini, jika digunakan komponen Z
1
dan Z
2
dapat merepresentasikan 87.77 keragaman total. Namun jika dilihat dengan kriteria nilai eigen value
lebih besar dari 1, hanya dengan menggunakan komponen pertama Z
1
telah cukup menunjukkan struktur data. Oleh sebab itu komponen - komponen lainnya
yang memiliki proporsi keragaman kecil bisa dianggap tidak penting. Komponen utama pertama Z
1
merupakan satu - satunya komponen yang memiliki eigen value ≥ 1. Berdasarkan data koefisien Z
1
pada Tabel 29 diketahui nilai koefisien tertinggi ditunjukkan oleh variabel kualitas kebersihan kawasan
taman kota dan variabel sebaran dan tutupan tajuk taman kota yang masing - masing nilainya 0.5522 dan 0.5407. Nilai koefisien Z
1
terendah ditunjukkan variabel sebaran dan tutupan tajuk peneduh kawasan permukiman dan variabel
kualitas kebersihan kawasan permukiman yang masing - masing nilainya 0.4205 dan 0.4756. Kondisi ini menunjukkan variabel - variabel yang berasal dari
komponen lokasi taman kota memiliki pengaruh paling besar dalam menentukan nilai indeks kualitas lingkungan, sedangkan komponen lokasi permukiman
memiliki pengaruh paling kecil terhadap nilai komponen Z
1
. Kondisi di atas menggambarkan kawasan taman kota memiliki pengaruh
paling besar dibandingkan dengan kawasan - kawasan lain dalam menentukan nilai indeks kualitas lingkungan. Taman kota sebagai daerah penyangga perlu
lebih diperhatikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan wilayah urban kota kecil dan sedang di Kalimantan.
Melalui proses PCA juga dapat diketahui besar pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya, sehingga diperoleh bobot atau nilai perbandingan suatu
indikator terhadap indikator lainnya. Besarnya pengaruh atau bobot untuk masing - masing variabel asal tertera pada Tabel 30 dan persentase bobot masing - masing
tertera pada Gambar 19. Berdasarkan Tabel 30 diketahui nilai bobot tertinggi ditunjukkan oleh variabel kualitas kebersihan kawasan taman kota dan variabel
sebaran dan tutupan peneduh taman kota yang masing - masing nilainya 0.1371 dan 0.1332. Nilai terendah ditunjukkan variabel sebaran dan tutupan tajuk
peneduh kawasan permukiman yang masing - masing nilainya 0.0852 dan 0.0855.
Tabel 30 Nilai bobot variabel - variabel komponen kualitas lingkungan kota sedang dan kecil di Kalimantan tahun 2006 - 2010
No Variabel - variabel komponen kualitas lingkungan kota
Nilai Bobot
1 Kebersihan Kawasan Permukiman
0.0855 2
Sebaran Peneduh Kawasan Permukiman 0.0852
3 Kebersihan Kawasan Pasar
0.1175 4
Sebaran Peneduh Kawasan Pasar 0.0901
5 Sebaran Peneduh Kawasan Taman Kota
0.1332 6
Kebersihan Kawasan Taman Kota 0.1371
7 Pengendalian Pencemaran TPA
0.1295 8
Pengelolaan Sampah TPA 0.1301
9 Penghijauan Kawasan TPA
0.0919
Jumlah 1.0000
Nilai bobot yang didapatkan dari factor loading menunjukkan variabel - variabel yang berasal dari sub indikator lokasi taman kota memiliki pengaruh
paling besar dalam menentukan nilai indeks kualitas lingkungan, sedangkan sub indikator lokasi permukiman memiliki pengaruh paling kecil terhadap nilai indeks
kualitas lingkungan yang akan diperoleh. Berdasarkan nilai bobot variabel - variabel komponen kualitas lingkungan tersebut didapatkan indeks kualitas
lingkungan hidup kota seperti tertera pada Lampiran 4. Adapun kategori kualitas lingkungan hidup kota berdasarkan nilai indeks tahun 2010 tertera pada Tabel 31.
Dengan menggunakan sebaran distribusi normal, nilai indeks kota - kota sedang dan kecil di Kalimantan dibagi menjadi 5 lima kategori seperti pada
Gambar 20. Melalui pembagian kategori menggunakan sebaran distribusi normal, diperoleh selang nilai sebagai berikut :