9.09 An analysis of environmental quality of medium and small cities in Kalimantan
Perbandingan kategori berdasarkan hasil analisis gerombol dan kategori nilai indeks kualitas lingkungan dilakukan berdasarkan urutan tingkatan kategori
tertinggi hingga terendah. Kluster 1 dengan kategori “sangat baik” dalam analisis gerombol dibandingkan dengan kategori nilai indeks “sangat tinggi”. Kluster 2
dengan kategori “baik” dibandingkan dengan kategori nilai indeks “tinggi”. Kluster 3 dengan kategori “cukup” dibandingkan dengan kategori nilai indeks
“sedang”. Kluster 4 dengan kategori “buruk” dibandingkan dengan kategori nilai indeks “rendah”. Kluster 5 dengan kategori “sangat buruk” dibandingkan dengan
kategori nilai indeks “sangat rendah”.
Berdasarkan Tabel 33, didapatkan kemiripan dalam jumlah anggota masing - masing kluster. Kluster 1, 3 dan 5 memiliki jumlah anggota yang sama
dengan masing - masing kategori nilai indeks “sangat tinggi”, “sedang” dan “sangat rendah”. Perbedaan terjadi pada Kluster 2 dan 4 yang masing - masing
beranggotakan 7 dan 11 kota, sedangkan dalam kategori nilai indeks “tinggi” dan “rendah” keduanya beranggotakan 9 kota.
Melalui kedua analisis yang digunakan juga didapatkan kemiripan keanggotaan kota - kota dalam suatu kelompok. Berdasarkan Tabel 23, 27 dan 31,
diketahui seluruh anggota pada kluster 1 merupakan kota - kota dengan kategori nilai indeks “sangat tinggi” serta seluruh anggota pada kluster 5 merupakan kota -
kota dengan kategori nilai indeks “sangat rendah”. Berdasarkan Tabel 24, 25, 26 dan 31 diketahui terdapat sedikit perbedaan keanggotaan kluster 2, 3, 4 dengan
kategori nilai indeks “tinggi”, “sedang” dan “rendah”. Perbedaan ditunjukkan oleh Kota Batulicin dan Tanjung Redeb anggota kluster 2 yang memiliki kategori nilai
indeks “tinggi” serta Kota Kandangan dan Tenggarong anggota kluster 4 yang memiliki kategori nilai indeks “sedang”. Disamping keempat kota tersebut tidak
terdapat perbedaan, kota - kota lain yang berada pada kluster 2, 3 dan 4 termasuk dalam masing - masing kategori nilai indeks “tinggi”, “sedang” dan “rendah”.
Berdasarkan perbandingan dari analisis gerombol dengan pembagian kategori kota berdasarkan nilai indeks kualitas lingkungan yang dilakukan pada
47 kota sedang dan kecil di Kalimantan didapatkan sebanyak 43 atau 91.49 kota berada pada kategori yang sama atau setara, sedangkan 4 kota lainnya terpaut
satu kategori dibawah atau diatas dari hasil kedua metode analisis yang digunakan. Kondisi ini menggambarkan bahwa kedua jenis metode analisis data
tersebut dapat digunakan untuk tujuan serupa. Meskipun demikian, terdapat perbedaaan pada masing - masing metode tersebut yaitu :
Pengelompokan hasil analisis gerombol : a. Proses lebih sederhana
b. Tidak dapat secara langsung diketahui peringkat individu, namun didapatkan kedekatan “jarak” antar individu
c. Hasil yang diperoleh menjelaskan kondisi umum obyek analisis Pengelompokan berdasarkan kategori nilai indeks kualitas lingkungan :
a. Proses lebih kompleks harus melalui beberapa tahapan b. Diketahui peringkat individu
c. Hasil yang diperoleh menjelaskan kondisi individu masing - masing obyek analisis
Dalam penyusunan kebijakan pada skala kawasan, pengelompokan kota dapat memberikan informasi kluster yang ada pada suatu wilayah. Upaya
pengelompokan yang dilakukan merupakan bentuk penyederhanaan masalah, dimana kebijakan serupa yang diberlakukan pada kota - kota yang berada pada
kelompok yang sama, diharapkan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Sebaliknya untuk kota - kota yang berada dalam kelompok yang tidak sama, harus
diberlakukan kebijakan yang sesuai dengan perbedaan kondisi kota - kota tersebut. Pengelompokan kota yang dilakukan dengan menggunakan analisis
gerombol maupun yang dilakukan berdasarkan kategori nilai indeks kualitas lingkungan dapat membantu penyusunan kebijakan untuk kota - kota yang berada
pada satu kelompok maupun kota - kota pada kelompok yang berlainan. Dua hal yang membedakan antar keduanya adalah tingkat kecepatan dan tingkat
kedetailan informasi yang diperoleh dari masing - masing metode analisis. Pengelompokan hasil analisis gerombol dapat dipilih bila perlu dilakukan
pengelompokan secara cepat tanpa harus melihat secara detail masing - masing kota yang menjadi obyek analisis. Sebaliknya pengelompokan berdasarkan
kategori nilai indeks lebih sesuai bila faktor waktu pengolahan data tidak menjadi kendala, dan tingkat kedetailan informasi masing - masing kota menjadi tujuan
analisis.
5.4 Analisis Pengaruh Alokasi Anggaran Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan terhadap Nilai Indeks Kualitas Lingkungan Kota
- Kota Sedang dan Kecil di Kalimantan Kualitas lingkungan suatu wilayah bergantung pada tinggi rendahnya
tingkat pencemaran media tanah, air dan udara serta daya tampung dan daya dukung yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dalam mengelola lingkungan diasumsikan mampu menekan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi, sehingga dilakukan juga analisis pada
besarnya alokasi anggaran yang telah dikeluarkan terkait dengan pengelolaan lingkungan dan kebersihan kota.
Analisis data panel dilakukan untuk melihat hubungan perubahan nilai indeks kualitas lingkungan kota terhadap alokasi anggaran satuan kerja daerah
yang berkaitan langsung dengan pengelolaan lingkungan hidup kota tersebut. Sehubungan dengan keterbatasan data yang dimiliki, analisis hanya mencakup
peubah alokasi anggaran kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan alokasi anggaran kegiatan pengelolaan kebersihan pada 37 tiga puluh tujuh kota sedang
dan kecil di Kalimantan seperti ditunjukkan pada Lampiran 5. Dalam analisis tersebut, nilai indeks kualitas lingkungan IKL merupakan peubah respon,
sedangkan persentase anggaran kegiatan pengelolaan lingkungan hidup LH dan persentase anggaran kegiatan pengelolaan kebersihan KBR merupakan peubah
bebas.
Dalam analisis data panel yang dilakukan pada rentang tahun 2006 hingga 2010, tahapan analisis didahului dengan uji korelasi antar peubah bebas seperti
ditujukkan pada Lampiran 6. Nilai korelasi antar peubah bebas menunjukkan angka lebih kecil dari 0.8. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar peubah bebas LH dan KBR. Analisis dilanjutkan dengan Likelihood ratio test
dan Hausman - test yang menunjukkan bahwa model fixed effects
merupakan model yang paling sesuai untuk menjelaskan hubungan -