Thessalonica umumnya berasal dari sumber polutan begerak atau sektor transportasi. Pertumbuhan kendaraan bermotor pada kawasan kota tersebut
memberi dampak meningkatnya unsur pencemar yang terdapat pada udara ambien. Adapun dalam mengontrol tingkat pencemaran yang terjadi pemerintah
setempat berupaya melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap pemenuhan baku mutu sumber pencemar bergerak maupun memperbaiki sistem transportasi
umum yang ada disana Kassomenos et al. 2012.
2.5 Hubungan Alokasi Anggaran Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup
Perkotaan
Kualitas lingkungan hidup suatu kota akan berbanding lurus terhadap upaya ataupun intensitas kegiatan yang mendukung kelestarian lingkungan hidup
kota tersebut, sehingga melalui pendekatan pola pikir yang sederhana dipahami bahwa pada keadaan ideal dengan meningkatkan jumlah anggaran pada kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup, keluaran maupun hasil pencapaian dari program dan kegiatan tersebut juga akan meningkat. Bentuk hubungan positif tersebut
tentu secara umum dapat langsung dapat dimengerti dan diterima oleh berbagai pihak. Namun bila dilihat pada sisi lain, nilai dari pengaruh tersebut perlu
dikuantitatifkan guna melihat dan membandingkan besarnya tingkat pengaruh suatu komponen input terhadap output yang diharapkan. Besar alokasi anggaran
lingkungan hidup atau secara lebih spesifik pada kegiatan pengelolaan kebersihan dan pengelolaan ruang terbuka hijau masing - masing dapat dianalogikan sebagai
representasi jumlah ukuran luas daerah pelayanan maupun tingkat kualitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau yang dapat disediakan.
Oleh sebab itu peambahan alokasi anggaran untuk kegiatan - kegiatan tersebut berimplikasi pada semakin luasnya daerah yang dapat terlayani serta semakin baik
sarana dan prasarana yang tersedia Kementerian Lingkungan Hidup 2008.
Bentuk investasi pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian anggaran bagi kegiatan
terkait yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup suatu kawasan. Dalam kegiatan monitoring kualitas lingkungan yang
dilakukan di negara Mongolia pada tahun 2004 disampaikan bahwa alokasi anggaran baik untuk kebutuhan operasional maupun dalam bentuk investasi
berupa penyediaan fasilitas pendukung memiliki peran vital dalam menentukan tingkat pengelolaan lingkungan hidup terutama dalam aspek pengelolaan limbah
padat atau persampahan. Meski belum didukung oleh informasi pengalokasian anggaran pengelolaan lingkungan secara detail, rendahnya tingkat pengelolaan
limbah padat pada rentang waktu tertentu merupakan implikasi langsung dari minimnya alokasi anggaran pengelolaan sampah pada waktu yang bersamaan.
Buruknya pengelolaan limbah padat pada waktu tersebut banyak terjadi pada tahapan distribusi sampah dari sumber maupun pada akhir pengelolaan sampah.
Tercatat pada tahun 1996 hingga 2000 pada tingkat pemerintah lokal maupun pusat di negara Mongolia belum dialokasikan anggaran yang mendukung kegiatan
pengelolaan limbah padat hasil kegiatan domestik masyarakat World Bank 2004.
Rendahnya kualitas lingkungan hidup perkotaan terlihat dari tingkat kebersihan dan keteduhan merupakan masalah yang umum dijumpai pada kota -
kota di Indonesia, tidak terkecuali untuk wilayah Kalimantan. Hal ini terjadi
karena pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten kota pada umumnya belum optimal. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu upaya
khusus disamping program pemantauan tingkat pengelolaan lingkungan hidup perkotaan yang terintegrasi dalam bentuk program pengawasan kualitas
lingkungan hidup kota, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi maupun panduan bagi pemerintah kabupaten kota dalam hal pengelolaan
lingkungan hidup kota yang baik. Salah satu hal yang dapat menjadi jalan keluar ataupun solusi bagi keadaan ini adalah dengan melakukan pengalokasian APBD
secara optimal untuk kegiatan - kegiatan berikut : 1 Pengelolaan kebersihan atau sampah, 2 Pengelolaan ruang terbuka hijau, dan 3 Manajemen lingkungan
hidup. Dalam upaya optimalisasi anggaran bagi kegiatan - kegiatan di atas terlebih dahulu perlu diketahui keterkaitan alokasi APBD kegiatan - kegiatan tersebut
terhadap hasil pengelolaan lingkungan hidup kota melalui pendekatan statistik. Melalui konsep pikir yang logis peningkatan anggaran pada kegiatan - kegiatan
tersebut dapat mendorong peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan. Secara kuantitatif besarnya pengaruh kegiatan - kegiatan tersebut dapat diketahui
melalui metode analisis yang sesuai Kementerian Lingkungan Hidup 2008.
Kao et al. 2009 dalam penelitiannya menunjukkan hubungan alokasi anggaran terhadap salah satu indikator kuliatas lingkungan yakni kualitas air
dalam lingkup kawasan. Studi tersebut dilakukan pada kota Hsinchu di Taiwan yang dilalui oleh tiga sungai utama yaitu Sungai Touchien, Sungai Keya and
Sungai Yenkang. Upaya untuk menjaga keberlanjutan kualitas air kota Hsinchu tersebut didasari atas sistem yang dikenal dengan nama Regional Water
Environmental Sustainability
RWES. Sistem RWES sendiri melingkupi indikator - indikator visi, tujuan, dan besaran alokasi anggaran dalam program -
program terkait upaya pelestarian kualitas air kota. Tujuan pelaksanaan studi tersebut adalah untuk melihat besar pengaruh alokasi anggaran pada sistem
manajemen pengelolaan air kota dalam menjaga kelestarian air tanah maupun lingkungan daerah sumber air bagi kota. Hasil dari studi tersebut kedepan oleh
pemerintah daerah setempat digunakan untuk kebutuhan dalam evaluasi pemanfaatan anggaran, perencanaan alokasi anggaran serta penentuan prioritas
program - program yang akan dilakukan.
Hasil studi menunjukkan hubungan positif antara pengalokasian anggaran terhadap pencapaian indikator kualitas air tertentu. Hasil studi tersebut juga
membantu dalam pengembangan metode analisis kualitas air kawasan berbasis alokasi anggaran. Metode ini penting dalam penentuan indikator - indikator utama
maupun dalam proses efisiensi pengalokasian anggaran yang tergambar dari kecenderungan tingkat pencapaian indikator kualitas air terhadap besaran alokasi
anggaran itu sendiri Kao et al. 2009.
Konsep yang serupa juga dilakukan di Luksemburg untuk menghubungkan indikator lingkungan dengan pengeluaran anggaran bidang perlindungan kawasan.
Indikator - indikator yang terintegrasi ke dalam sistem anggaran alokasi keuangan yang ada digunakan dalam menganalisis penerapan alokasi anggaran untuk tiap
indikator lingkungan, dan konsistensi dari alokasi anggaran dalam memenuhi visi dan tujuan. Sistem yang dibuat bertujuan memfasilitasi proses pengambilan
keputusan dan evaluasi untuk alokasi anggaran secara efektif untuk jangka pendek dan visi pencapaian kelestarian lingkungan jangka panjang Eurostat 2002.
Dalam melakukan analisis hubungan alokasi anggaran dengan indikator kualitas lingkungan, banyak organisasi dan negara - negara di seluruh dunia telah
membentuk berbagai sistem analisis indikator. Namun sistem analisis indikator tersebut sebagian besar dikembangkan secara spesifik untuk negara atau tempat
indikator tersebut dibuat. Kondisi ini menyebabkan indikator yang sama tidak sepenuhnya cocok digunakan bagi negara atau daerah lain. Penentuan kualitas
lingkungan maupun faktor - faktor yang menentukan keberlanjutan lingkungan untuk suatu negara berbeda dengan negara atau daerah lain. Oleh karena itu,
pemerintah atau lembaga yang bertanggung jawab atas hal ini perlu menetapkan sistem analisis indikator yang sesuai dengan karakteristik spesifik daerah setempat
Best et al. 1998.
2.6 Hubungan Penduduk Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan
Banyak studi dan penelitian telah dilakukan untuk melihat tingkat potensi pencemaran yang diakibatkan aktivitas penduduk. Upaya tersebut merupakan
bentuk antisipasi terjadinya dampak signifikan aktivitas penduduk pada lingkungan. Pada studi pengukuran jumlah limbah padat yang terproduksi di
Kucing, Negara Bagian Serawak, Malaysia yang dilakukan oleh Lim 2012 dinyatakan bahwa pertumbuhan penduduk mendorong peningkatan produksi
limbah padat, sehingga perlu adanya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Lim juga menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat di Kucing dapat
menurunkan produksi sampah domestik disamping juga memberi dampak positif penurunan biaya pengelolaan lingkungan kota khususnya bidang persampahan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Naïma et al. 2012 bahwa produksi limbah padat kawasan perkotaan bertambah seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk, baik dari urbanisasi yang terjadi maupun peningkatan angka kelahiran di kota Chlef, Aljazair. Sistem pengelolaan sampah yang kurang tepat disertai
produksi sampah yang terus meningkat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, khususnya di wilayah sekitar landfill limbah padat TPA.
Min et al. 2011 dalam penelitiannya di Semenanjung Macau, China menyebutkan bahwa pertambahan jumlah penduduk yang mendorong tingginya
pemanfaatan lahan suatu kawasan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan kawasan tersebut. Penurunan yang terjadi disebabkan semakin
tingginya kepadatan penduduk yang menyebabkan berkurangnya luas kawasan penyangga yakni kawasan RTH. RTH pada suatu kawasan memiliki peran dalam
menjaga daya dukung lingkungan atas suatu kegiatan penduduk yang berlangsung didalamnya, atau dalam arti lain berperan dalam mendukung keberlanjutan
kawasan tersebut secara keseluruhan.
Secara umum, melalui studi yang berkaitan dengan kualitas lingkungan suatu kawasan perkotaan, diketahui bahwa kualitas lingkungan akan berbanding
terbalik dengan tingkat pencemaran ataupun tingkat kerusakan yang ada. Pada sisi lain, tingkat pencemaran akan semakin tinggi sejalan dengan semakin tingginya
aktivitas manusia yang terjadi pada kawasan tersebut, sehingga secara sederhana dapat diasumsikan peningkatan jumlah penduduk akan memiliki pengaruh negatif
terhadap nilai kualitas lingkungan.