Klasifikasi RTSM Penerima PKH
menggunakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang mempunya rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan di bawah garis kemiskinan. Data kemiskinan yang bersifat makro ini hanya menunjukkan jumlah agregat dan pesentase penduduk miskin, tetapi tidak
menunjukan siapa si miskin dan dimana alamat mereka sehingga kurang operasional di lapangan. Meskipun demikian, data ini sangat bermanfaat untuk
mengevaluasi pertambahan pengurangan jumlah penduduk miskin dari waktu ke waktu. Selain itu, banyak informasi penting lainnya yang bisa digali dan sangat
bermanfaat untuk program pengentasan kemiskinan. Kedua, dengan melakukan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk PSE tahun 2005 yang kemudian
digunakan untuk menentukan SDM penerima BLT yang memuat informasi nama kepala rumah tangga yang berhak menerima bantuan dan lokasi tempat
tinggalnya. Dalam menentukan rumah tangga penerima PKH, BPS juga menggunakan
data PSE 2005 yang menjadi bahan pendataan berikutnya yaitu Survei Pelayanan Dasar Kesehatan dan Pendidikan SPDKP pada tahun 2007 yang merupakan data
awal PKH yang disesuaikan dengan kriteria penerima PKH, , yaitu ibu hamil, ibu balita, dan ibu dengan anak usia SD dan SMP hingga munculah data yang disebut
SPDKP untuk kepentingan PKH. Dalam pengukuran itu, BPS melakukan pendataan rumah tangga miskin dengan menggunakan 14 variabel kemiskinan
dimana varibel ini memiliki hubungan sangat erat dengan kemampuan memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan dasar non makanan basic needs approach.
tabel 1, dimana varibel ini memiliki hubungan sangat erat dengan kemampuan memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan dasar non makanan basic needs
approach, Melalui
pendekatan ini,
kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengetahuan sehingga kemiskinan adalah suatu kondisi yang selalu ada di setiap masa dan di setiap tempat.
Penuturan AS Staf Badan Pusat Statistika Kabupaten Bogor menyampaikan bahwa
dimana jika posisi rumah tangga tersebut hanya memenuhi minimal 9 variabel maka dikategorikan RTSM ditambah dengan hasil estimasi permodelan
dengan menggunakan faktor statistik lainnya.
Pemilihan RTSM di Desa Tegal relatif banyak dibandingkan daerah lain, total RTSM penerima PKH di Desa Tegal sebanyak 611 RTSM. Secara luas
wilayah Desa Tegal memang memiliki luas wilayah 616.45 ha sehingga memungkinkan banyak penduduk yang tinggal disana, mulai dari lapisan atas
yang tinggal di perumahan sekitar atau masyarakat asli pribumi yang umumnya menempati tempat sederhana yang rata-rata masih beratapkan bilik dan beralaskan
tanah. Pemilihan RTSM ini juga didasarkan dari data survei hal PPLS 2008, yaitu survei peningkatan pendidikan dan kesehatan yang menunjukan bahwa rumah
tangga di Desa Tegal berada pada posisi terbanyak rumah tangga yang layak menerima bantuan dengan penjabaran dalam tabel berikut:
Tabel 7. Jumlah Rumah Tangga Layak PPLS 2008 Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Kode 01
Nama Kecamatan
02 Kode
3 Nama Desa
4 Rumah Tangga
Layak 5
Tambahan 6
Jumlah 7
230 Kemang
006 Semplak Barat
558 13
571 007
Atang Senjaya 33
2 35
008 Parankanjaya
432 5
437 009
Bojong 743
20 763
010 Kemang
1084 14
1098 011
Pabuaran 693
693 013
Tegal 1124
9 1133
014 Pondok Udik
405 1
406 015
Jampang 791
47 838
Jumlah 5863
111 5974
Sumber : BPS Kabupaten Bogor Tahun 2011
Catatan Kolom 6 : adalah data yang disiapkan atas permintaan Menko Kesra dalam rangka
optimalisasi distribusi raskin Tabel 7 menjelaskan bahwa untuk Kecamatan Kemang, terdapat 1133
rumah tangga di Desa Tegal yang layak mendapatkan bantuan pendidikan dan kesehatan sehingga tidak aneh bila dibandingkan dengan desa lain, di Desa Tegal
banyak ditemukan RTSM yang layak menerima PKH dan menunjukan status ekonomi mereka yang masih rendah. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di
Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor telah dilakukan perhitungan skor untuk melihat karakteristik RTSM penerima PKH.
Dalam menganalisis ketepatan sasaran, maka dilakukan analisis data terhadap 90 responden dengan menggunakan 3 kategori RTSM. RTSM penerima
PKH didapatkan dari SPDKP yang disesuaikan dengan kriteria penerima PKH dengan menggunakan 14 variabel kemiskinan menurut BPS. Dari 14 variabel
tersebut kemudian dilakukan proses penyederhanaan dengan menggunakan 5 indikator, yaitu:
a. Pendapatan rumah tangga; hal ini didasarkan karena tingkat pendapatan masyarakat per kapita itu memang merupakan indikator kemiskinan. Jadi
kemiskinan memang terhapus dengan meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga meningkatnya pendapatan masyarakat adalah titik tolak atau modal
bagi perkembangan ekonomi selanjutnya Susanto, 2006. b. Pengeluaran rumah tangga; hal ini didasarkan karena kemiskinan di Indonesia
dikur dengan melihat pada sisi pengeluaran, dimana BPS menggunakan definisi penduduk miskin sebagai penduduk yang mempunyai pengeluaran per
kapita per bulan di bawah garis kemiskinan Susanto, 2006. c. Tanggungan; hal ini didasarkan terkait masalah kependudukan di Indonesia
dengan jumlah penduduk yang banyak. Keberhasilan program KB telah memberikan kesempatan kepada keluarga Indonesia mengurangi jumlah
anggota keluarga yang menjadi tanggungan sehingga setiap keluarga bisa lebih longgra merancang masa depannya Suyono, 2005
d. Kepemilikan aset; kepemilikan aset ini berkaitan dengan sejauh mana aset- aset pribadi yang dimiliki. Kemiskinan tidak selamanya berasal dari kebijakan
saja melainkan juga persoalan yang sifatnya struktural, artinya seseorang yang berusaha sekeras apapun menjadi tidak ada artinya karena kendala struktural
yang ia hadapi. Misalnya, keterbatasan infrastruktur aset yang memadai berupa penunjang kebutuhan hidup mereka Susanto, 2006
e. Kondisi rumah; kondisi rumah yang dimaksudkan adalah berupa gabungan indikator yang terdiri dari status kepemilikan rumah, kondisi dinding, lantai,
tempat BAB, dan penggunaan bahan bakar.
Pemilihan 5 variabel diatas dilakukan terhadap 14 indikator BPS tabel 1 dengan rincian sebagai berikut:
1. Sumber penerangan rumah tangga dan sumber air minum tidak dimasukan dalam variabel dikarenakan mayoritas masyarakat Desa Tegal menggunakan
listrik sebagai sumber penerangannya dan menggunakan air sumur sebagai sumber air minum sehingga tidak ada keragamanan yang bisa menjadi
indikator pembeda antara RTSM yang satu dengan lainnya. 2. Bahan bakar memasak, konsumsi daging, pembelian pakaian baru, frekuensi
makan, kemampuan membayar untuk berobat, lapangan pekerjaan juga disederhanakan menjadi variabel pendapatan rumah tangga. Karena variabel-
variabel tersebut bisa dilihat diukur dari pendapatan yang dimiliki. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, dan papan akan semakin mudah tercukupi. 3. Pendidikan kepala rumah tangga tidak dimasukan dalam variabel ini
dikarenakan rata-rata kepala rumah tangga RTSM di Desa Tegal hanya lulusan SD, paling tinggi SMP atau bahkan tidak sekolah. Namun yang tidak
sekolah malah memiliki sawah sedangkan lulusan SMP hanya bekerja sebagai buruh sehingga tidak cukup signifikan untuk menggambarkan kemiskinan
RTSM. Dengan 3 klasifikasi yang dilakukan terhadap RTSM penerima PKH di
Desa Tegal, maka kita akan melihat sejauhmana dana PKH disalurkan secara tepat sasaran, langsung kepada klasifikasi RTSM yang berada pada level yang paling
rendah. Tabel 8. Klasifikasi RTSM Penerima PKH di Desa Tegal, Tahun 2011
Kategori RTSM
Frekuensi Persen
Validasi Persen Total Persen
Valid Rendah 68
75.6 75.6
75.6 Sedang
22 24.4
24.4 100.0
Total 90
100.0 100.0
Gambar 10. Klasifikasi RTSM Penerima PKH di Desa Tegal, Tahun 2011
Data diatas menunjukan bahwa 76 RTSM penerima PKH berada pada kategori RTSM rendah dan 24 kategori sedang. Penentuan klasifikasi RTSM
dilakukan dengan menjumlahkan skor dari masing-masing 5 indikator yang diguanakan, yaitu pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga,
tanggungan, kepemilikan aset dan kondisi rumah dengan rincian sebagai berikut:
Rendah : nilai minimum ≤x nilai minimum+1 IK
Sedang : nilai minimum+1 IK ≤x nilai minimum+2 IK
Tinggi : ≥nilai minimum+2 IK
IK = nilai maksimum-nilai minimum
kategori = 15-5 = 3.3= 3 setelah dibulatkan
3 sehingga didapatkan
RTSM Rendah : 5 ≤x 8
= skor 1 RTSM Sedang
: 8 ≤x 11 = skor 2
RTSM Tinggi :
x≥ 11 = skor 3
Maksudnya bahwa RTSM kategori rendah lebih besar dari RTSM kategori sedang yang menunjukan bahwa Program Keluarga Harapan di Desa Tegal
dialokasikan tepat pada kelas Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM dengan indikator yang BPS tetapkan. Adapun definisi RTSM rendah adalah dengan
indikator pendapatan dan pengeluaran rendah disertai jumlah tanggungan tinggi, status rumah rendah, dan kepemilikan asetnya pun rendah. Hasil wawancara dari
pihak Dinas Sosial Kabupaten Bogor, UPPKH Kabupaten Bogor, BPS Kabupaten Bogor, dan pendamping PKH menyampaikan bahwa proses awal pemilihan
RTSM dilakukan dengan berbagai tahapan, mulai dari data survei BPS yang kemudian dikunjungi langsung rumah-rumah yang bersangkutan guna melihat
kondisi ekonomi keluarga tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa juga terjadi beberapa RTSM yang membutuhkan malah tidak mendapatkan dana
PKH, hal ini didasarkan karena kuota atau adanya pembatasan jumlah penerima di setiap daerah.
5.2 Alokasi Dana PKH 5.2.1 Program Keluarga Harapan sebagai Program Penanggulangan
Kemiskinan
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan PKH di Desa Tegal Kecamatan Kemang ternyata sudah dilakukan sejak tahun 2007, berarti saat ini PKH sudah
berjalan selama 4 tahun. Sejak awal program ini digulirkan pada masyarakat, mereka berharap bisa terbantu secara ekonomi. Program Keluarga Harapan masuk
kedalam kluster I “Program Bantuan dan Perlindungan Sosial” bersama dengan Program Beras Miskin Raskin, Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jamkesmas, dan Program Beasiswa. Dalam arti luas, perlindungan sosial dapat diartikan segala inisiatif baik
yang dilakukan pemerintah, swasta maupun masyarakat yang bertujuan untuk menyediakan transfer pendapatan atau konsumsi pada orang miskin, melindungi
kelompok rentan terhadap resiko-resiko penghidupan dan meningkatkan status dan hak sosial kelompok yang terpinggirkan di dalam suatu masyarakat
5
. Jika disejajarkan dengan ketiga program bantuan tersebut, maka dapat dinyatakan
bahwa program ini sifatnya berupa bantuan langsung kepada penerima bantuan. Keuntungannya adalah masyarakat langsung menerima bantuan, namun
kerugiannya bahwa program ini hanya sebatas pada stimulus yang kemudian belum berkelanjutan serta belum mampu memberikan optimalisasi dalam edukasi
pada penerima bantuan sehingga informasi yang ditemukan di lapangan pada
5
Edi Suharto. Tanpa tahun. Perlindungan Sosial. http:www.policy.husuhartoNaskah20PDF PerlindunganSosialTansosmas.pdf. Kebijakan Perlindungan Sosial Bagi Kelompok Rentan dan
Kurang Beruntung [diunduh 8 Oktober 2011].
RTSM penerima PKH di Desa Tegal bahwa di sela-sela wawancara, program ini memang membantu mereka secara finansial untuk membeli perlengkapan sekolah
dan biaya kesehatan mereka, namun ketika kemudian ditanyakan lebih mendalam mereka menggunakan dana-dana ini untuk kemudian membayar hutang dan tidak
berpengaruh signifikan pada perubahan perilaku mereka khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan. Walaupun mereka mengakui dapat menyekolahkan
anak mereka hingga SMP. Padahal untuk kebijakan publik terbaik adalah kebijakan yang mendorong setiap warga untuk membangun daya saingnya dan
bukan menjerumuskan ke dalam pola ketergantungan Dwijowijoto, 2003.