3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data kuantitatif dilakukan terhadap data yang diambil dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada ibu-ibu penerima PKH dengan
bantuan program komputer SPSS 16. Pengujian dilakukan dengan menggunakan statistika non parametrik. Statistika non parametrik merupakan uji statistik yang
biasa digunakan untuk penelitian-penelitian sosial karena prosedur pengujian dengan menggunakan statistik non parametrik ini tidak bergantung kepada
asumsi-asumsi yang kaku, namun keshahihannya mensyaratkan hanya cukup dengan asumsi umum saja. Jenis data yang digunakan pada uji statistik non
parametrik pada umumnya adalah jenis data dengan skala pengukuran nominal dan ordinal. Dilatarbelakangi penelitian ini bertujuan ingin mengetahui ketepatan
alokasi dana PKH dan bentuk alokasi dana PKH yang diperoleh RTSM, maka dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif melalui tabel frekuensi yang
disajikan dalam bentuk tabel atau diagram. Dalam menganalisis ketepatan alokasi dana, maka dilakukan analisis data
terhadap 90 responden dengan menggunakan 3 kategori RTSM. RTSM penerima PKH didapatkan dari SPDKP yang disesuaikan dengan kriteria penerima PKH
dengan menggunakan 14 variabel kemiskinan menurut BPS. Dari 14 variabel tersebut kemudian dilakukan proses penyederhanaan dengan menggunakan 5
indikator, yaitu: a. Pendapatan rumah tangga; hal ini didasarkan karena tingkat pendapatan
masyarakat per kapita itu memang merupakan indikator kemiskinan. Jadi kemiskinan memang terhapus dengan meningkatnya pendapatan masyarakat
sehingga meningkatnya pendapatan masyarakat adalah titik tolak atau modal bagi perkembangan ekonomi selanjutnya Susanto, 2006.
b. Pengeluaran rumah tangga; hal ini didasarkan karena kemiskinan di Indonesia dikur dengan melihat pada sisi pengeluaran, dimana BPS menggunakan
definisi penduduk miskin sebagai penduduk yang mempunyai pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan Susanto, 2006.
c. Tanggungan; hal ini didasarkan terkait masalah kependudukan di Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak. Keberhasilan program KB telah
memberikan kesempatan kepada keluarga Indonesia mengurangi jumlah
anggota keluarga yang menjadi tanggungan sehingga setiap keluarga bisa lebih longgar merancang masa depannya Suyono, 2005
d. Kepemilikan aset; kepemilikan aset ini berkaitan dengan sejauh mana aset- aset pribadi yang dimiliki. Kemiskinan tidak selamanya berasal dari kebijakan
saja melainkan juga persoalan yang sifatnya struktural, artinya seseorang yang berusaha sekeras apapun menjadi tidak ada artinya karena kendala struktural
yang ia hadapi. Misalnya, keterbatasan infrastruktur aset yang memadai berupa penunjang kebutuhan hidup mereka Susanto, 2006
e. Kondisi rumah; kondisi rumah yang dimaksudkan adalah berupa gabungan indikator yang terdiri dari status kepemilikan rumah, kondisi dinding, lantai,
tempat BAB, dan penggunaan bahan bakar. Dalam melihat sejauhmana hubungan antara Program Keluarga Harapan
PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan keluarga, maka dilakukan uji korelasi dengan menggunakan model korelasi.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel kadang lebih dari dua variabel dengan skala tertentu, karena skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal maka menggunakan Korelasi Spearman. Kuat lemahnya hubungan diukur diantara jarak range 0-1 dan
korelasi akan bernilai searah jika nilai koefisien korelasi postif dan korelasi akan bernilai tidak searah jika koefisien korelasi negatif Sarwono, 2009.
Analisis data kualitatif dilakukan terhadap dokumen, arsip, dan hasil wawancara kepada responden dan informan PKH dengan mengumpulkan data
yang sudah ada, karena penelitian ini juga akan melihat sejauh mana peran, keterlibatan, dan hubungan para aktor maka penjabaran peran dan keterlibatan
masing-masing aktor juga diadakan analisis implementasi kebijakan PKH dan menganalisis implementasi kebijakan PKH di Desa Tegal dengan menggunkan
konsep teori kebijakan publik.
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1. Kondisi Geografis
Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas
sekitar 616.45 ha dengan areal sawah sebesar 371.032 ha dan areal darat sebesar 245.013 ha. Desa ini berbatasan sebelah utara dengan Desa Babakan Kecamatan
Ciseeng. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pabuaran Kecamatan Kemang,
dan berbatasan sebelah barat dengan Desa Cibeteng Udik Kecamatan Ciseeng. Sepanjang perjalanan ke Desa Tegal banyak dijumpai lahan atau kebun
dengan luas total sebesar 137.15 ha. Umumnya masyarakat menggunakan sepeda motor untuk beraktifitas dan menjangkau satu lokasi dengan lokasi yang lain, hal
ini disebabkan tidak ada alat transportasi umum yang masuk ke daerah ini, selain kendaraan bermotor. Desa Tegal dapat dijangkau dari arah jalan Parung atau
melalui jalan alternatif dari arah Ciampea, dimana disepanjang jalan menuju Desa Tegal banyak terdapat Kelapa Sawit. Waktu tempuh untuk mencapai Desa Tegal
sekitar 60 menit dari pusat Kota Bogor. Banyak lahan yang berada di Desa Tegal dimanfaatkan masyarakat untuk
berbagai macam aktivitas, mulai dari pertanian, perumahan, pendidikan, bahkan sarana perkantoran. Dominasi lahan di Desa Tegal banyak dimanfaatkan sebagai
lahan permukiman dan pekarangan dengan luas 317.52 ha atau sekitar 51.51, kemudian perkebunanladang sebesar 137.15 ha atau 22.25 dan sawah kolam
empang 101.41 ha atau 16.45. Kondisi lahan Desa Tegal yang banyak digunakan sebagai lahan permukimanpekarangan mendukung desa ini untuk
banyak ditempati sehingga mengakibatkan memiliki banyak penduduk. Di daerah ini juga terdapat beberapa perumahan yang berdiri berdampingan dengan
permukiman warga bahkan untuk menuju desa ini juga melalui kawasan Perumahan Kahuripan Parung. Data tersebut menunjukan bahwa wilayah Desa
Tegal banyak dipergunakan untuk permukiman dan pekarangan sehingga