jalannya PKH, hambatan, dan rekomendasi- rekomendasi dalam rangka memperbaiki PKH. Target minimal PKH adalah masyarakat sangat miskin
menjadi masyarakat miskin melalui upaya pemberdayaan.
Setiap triwulan juga diserahkan laporan pencairan kepada Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bappeda, Bupati, Kominfo, Polres,
BPKB. BPS, Depag. Menurut penuturan Ketua UPPKH Kabupaten Bogor mengacu pada pedoman umum PKH, PKH berakhir di tahun 2015 dengan target
nasional 8 penurunan kemiskinan. Sejauh ini evaluasi pencapaian sudah ada perbaikan 21 dari rapat umum yang disampaikan oleh para ahli.
5.1.2.4 UPPKH Kabupaten Bogor
UPPKH Kabupaten dibentuk di setiap kabupaten dimana PKH dilaksanakan. UPPKH Kabupaten merupakan kunci untuk menyukseskan
pelaksanaan PKH dan akan menjadi saluran informasi terpenting antara UPPKH Kecamatan dengan UPPKH Pusat serta tim koordinasi provinsi dan kabupaten.
Dalam pelaksanaan UPPKH KabupatenKota tidak terlepas dari peran UPPKH secara keseluruhan yang meliputi Ketua UPPKH KabupatenKota, Koordinator
UPPKH KabupatenKota, Administrasi, Data EntriOperator komputer, dan sistem pengaduan masyarakat.
UPPKH Kabupaten Bogor langsung berada dibawah koordinasi UPPKH pusat juga Dinas Sosial Kabupaten Bogor, dalam menjalankan tugasnya para
pengurus UPPKH juga terlibat sebagai pendamping di desa penerima PKH. Mereka bertugas untuk menginput semua data yang diterima dari para
pendamping di setiap desa, misalnya berkaitan dengan pemutakhiran data atau pencairan dana, mereka juga turut aktif berkoordinasi dengan tim kecamatan
guna melakukan evaluasi pelaksanaan PKH.
Gambar 9. Struktur Kepengurusan UPPKH Kabupaten Bogor, Tahun 2011 5.1.2.5
Hubungan antar Aktor
Pemaparan tentang peran aktor yang terlibat di lapangan dalam pelaksanaan PKH dapat dihubungkan dalam adanya fungsi koordinasi dan
instruksi mulai dari tahap perencaan, pelaksanaan, hingga evaluasi yang dibatas pembahasannya di wilayah kabupaten.
a. Proses perencaan dimulai oleh Badan Pusat Statistika Kabupaten Bogor yang melalukan survei kepada masyarakat Desa Tegal yang didampingi oleh
pendamping PKH dan pemerintah setempat fungsi koordinasi. Dalam hal ini terdapat koordinasi antara pihak BPS dengan pendamping dan pemerintah
desa. BPS Kabupaten melakukan pendataan setelah mendapatkan instruksi dari BPS pusat yang telah koordinasi dengan UPPKH pusat fungsi koordinasi
dan instruksi. Data yang telah didapatkan BPS kemudian diserahkan kepada BPS pusat untuk kemudian diteruskan kembali ke Departemen Sosial dan
UPPKH pusat yang menentukan kuota penerima PKH tiap wilayah fungsi koordinasi. Pada penentuan RTSM penerima PKH, pelaksana tingkat
kabupaten tidaklah memiliki kewenangan untuk menentukan karena langsung dari pusat.
b. Tahap pelaksanaan PKH dibagi dalam taahap pencairan dana, ada koordinasi antara Dinasi Sosial, UPPKH, pendamping, dan kantor pos. Tahap
pelaksanaan untuk mengkontrol pemanfaatan dana PKH lebih banyak
Ketua UPPKH Kabupaten Bogor
Dian Mulyadianta
Koordinator UPPKK Kabupaten Bogor
Moch. Dede Soleh
Petugas Data Entri
Dian Anugerah, Asep Syaefudin, Iis Hanisah, Dede Haryanti, Neni Nurhaeni
Petugas SPM
-
Petugas Administrasi
Galih Sekar
Petugas SIM PKH
Donny Anugerah P
dilakukan pendamping dengan ketua kelompok PKH, kader posyandu, pihak sekolahkepala sekolah juga UPPKH garis koordinasi. Misalnya pendamping
melakukan pengecekan kehadiran anak RTSM ke pihak sekolah dan kehadiran ibu ke posyandu kepada kader posyandu, dimana data ini kemudian akan
digunakan untuk menilai keaktifan peserta yang berpengaruh pada dana PKH yang diterima.
c. Tahap evaluasi dilakukan per pencairan dana yang dikoordinasikan oleh Dinas Sosial Kabupaten Bogor yang mengundang semua aktor yang terlibat di
tataran teknis. Hubungan aktor dalam tahapan ini terlihat hanya berupa garus koordinasi pelaporan atas pelaksanaan pencairan dana, dimana akhisnya akan
ada sebuah bentuk solusi atas permasalahan yang dihadapi di lapangan.
5.1.3 Keterlibatan Pemerintahan Desa Tegal dalam Pelaksanaan Program
Keluarga Harapan
Jika melihat stuktur organisasi PKH di tingkat pusat hingga kecamatan, tidak tergambarkan peran pemerintah desa disana. Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005, pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan
permusyawarahan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama lain pemerintah desa adalah Kepala Desa dan perangkat desa yang membantu di
dalamnya. Menurut penuturan mantan Ketua BPD Desa Tegal, disampaikan bahwa memang desa tidak banyak terlibat dalam proses perencanaan hingga
pelaksanaan dan evaluasi, hanya saja memang desa turut tergabung saat melakukan survei dengan BPS saat memilih RTSM yang layak sebagai penerima
PKH. Namun pasca itu para pendamping dan Dinas terkait sifatnya hanya koordinasi dan itupun tidak sering, melainkan hanya berupa pelaporan per
pencairan saja. Sejauh ini pihak pemerintah desa memang tidak terlalu dilibatkan dalam
Program Keluarga Harapan PKH, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pihak desa memang secara kewenangan tidak terlalu banyak
sehingga hanya menerima laporan PKH saja secara keseluruhan. Menurut penuturan Bapak AP Sekretaris BPD Desa Tegal bahwa:
Banyak warga yang tergolong RTSM tapi tidak menerima bantuan, sehingga ia menilai bahwa program ini belumlah optimal. Pernyataan ini,
ia kuatkan karena proses di awal pemilihan RTSM yang tidak begitu baik, karena proses survei yang dilakukan BPS hanya didamping oleh pihak
warga yang sebenarnya diantara mereka memiliki kekerabatan satu sama lain. Di samping itu, alokasi dana yang dikeluarkan dari dana PKH pun
banyak dikeluarkan RTSM penerima untuk memenuhi kebutuhan lain sandang.
Keterlibatan pemerintah desa, dalam hal ini pemerintah Desa Tegal jika dibagi dalam tahap perencanaan permulaan, pelaksanaan, dan evaluasi, maka
pada tahap perencanaan permulaan pemerintah desa terlibat dalam proses rekomendasi nama RTSM yang kemudian disurvei secara langsung oleh pihak
BPS dan pendamping di desa tersebut. Kemudian di tahap pelaksanaan, pemerintah desa memang berperan hanya pada fungsi pelaporan dan koordinasi
tekait pelaksanaan Program Keluarga Harapan PKH, misalnya pelaporan bulanan per pencairan yang diberikan oleh pendamping dan fungsi koordinasi jika
ada beberapa agenda atau kegiatan terkait sedangkan dalam fungsi evaluasi, pemerintah desa juga tidak turut terlibat secara langsung karena evaluasi PKH
dilakukan per periode pencairan melalui rapat koordinasi di level kabupaten yang menghadirkan UPPKH kabupaten, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, POLRI dan sebagainya. Keterlibatan pemerintah desa merupakan hal yang penting untuk sebuah
program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan pemerintah desa merupakan pihak yang paling mengetahui kondisi masyarakatnya
dibandingkan dengan pihak luar yang sebelumnya belum pernah terlibat langsung di daerah tersebut. Khususnya terkait proses pemilihan RTSM penerima PKH, hal
ini dikarenakan ini merupakan fase permulaan program, jika PKH diberikan secara tidak tepat maka akan berpengaruh pula terhadap optimalisasi pencapaian
tujuan.