diperuntukkan bagi orang tidak mampu sehingga kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut.
Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka
pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Anak penerima PKH yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun
harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang- kurangnya 85 waktu tatap muka. Setiap anak peserta PKH berhak menerima
bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal. Bantuan PKH bukanlah pengganti program-program lainnya karenanya tidak cukup membantu
pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat mengirim anak-anak ke sekolah.
Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik
komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat
memenuhi syarat yang ditentukan. Tabel 2. Jumlah Bantuan per RTSM per Tahun Rp menurut Pedoman Umum
PKH, Tahun 2008
Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per Tahun Rp
Bantuan tetap 200.000,00
Bantuan bagi RTSM yang memiliki a. Anak usia di bawah 6 tahun
800.000,00 b. Ibu hamil menyusui
800.000,00 c. Anak usia SD MI
400.000,00 d. Anak usia SMP MTS
800.000,00 Rata-rata bantuan per RTSM
1.390.000,00 Bantuan minimum per RTSM
600.000,00 Bantuan maksimum per RTSM
2.200.000
Sumber: Departemen Sosial RI Tahun 2008
Catatan: Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun
danatau ibu hamilnifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. Besar bantuan adalah 16 rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas
minimum dan maksimum adalah antara 15-25 pendapatan rata-rata RTSM per tahun.
2.1.5.3 Stakeholders Dalam Program Keluarga Harapan PKH
Program Keluarga Harapan dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH KabupatenKota dan Pendamping PKH. Masing-masing pelaksana memegang
peran penting dalam menjamin keberhasilan PKH. Mereka adalah:
a. UPPKH Pusat merupakan badan yang merancang dan mengelola persiapan dan
pelaksanaan program.
UPPKH Pusat
juga melakukan
pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang
dibutuhkan.
b. UPPKH KabupatenKota melaksanakan program dan memastikan bahwa alur
informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH KabupatenKota juga berperan dalam mengelola dan
mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan.
c. Pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat
dengan pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupatenkota. Tugas pendamping termasuk didalamnya melakukan
sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya.
Dalam pelaksanaan PKH terdapat Tim Koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan
informasi berupa undangan pertemuan, perubahan data, pengaduan dan seterusnya serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung
4
.
2.1.6 Kualitas Ibu: Kesehatan dan Pendidikan
Akhir-akhir ini disadari oleh pemerintah maupun ilmuwan bahwa pembangunan nasional akan berhasil bila upaya ini beriringan dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagai aktor utama pembangunan. Menurut UNDP 1995 untuk menjamin tercapainya pembangunan manusia
terdapat empat pokok yang perlu diperhatikan, yaitu produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan. Sumberdaya manusia adalah seluruh
4
Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2010. Mari Kita Mengenal Program PKH.
http:www.depsos.go.id
[diunduh 3 Maret 2011].
kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri demografis, sosial, maupun ekonominya yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Jadi dalam membahas sumberdaya manusia berarti membahas penduduk dengan segala potensi atau kemampuannya.
Potensi manusia menyangkut dua aspek yaitu aspek kuantitas dan kualitas. Sumodiningrat 1999 dalam Aly dkk 2005 mengemukakan bahwa kita
memerlukan suatu strategi baru dari kebijaksanaan pembangunan yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan.
Mutu sumberdaya manusia bukan semata-mata ditentukan oleh seberapa kadar pengetahuan, keterampilan, kejujuran, kemahiran, dan keahlian yang
dikuasai melainkan juga harus disertai orientasi dan produktifitas. Dalam berbagai perbincangan tentang mutu SDM, kuat sekali kecenderungan orang untuk
memulangkan permasalahannya pada upaya pendidikan, lebih khususnya apa yang dapat dan mungkin harus disajikan melalui sistem pendidikan bahkan yang
lebih khusus adalah apa yang dapat dihasilkan oleh berbagai jenjang dan jenis pendidikan Hassan, 1995.
Dalam menunjang mutunya sebagai subjek pembangunan, maka diperlukan upaya pengembangan SDM sejak dini, salah satunya melalui
pendidikan dengan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk secara massal, misalnya wajib belajar 9 tahun atau mengarahkan orientasi pendidikan kepada
kebutuhan daerah masing-masing. Disamping itu, derajat kesehatan penduduk juga perlu ditingkatkan terutama kesehatan balita, ibu, dan anak. Kesadaran akan
pentingnya kesehatan, menjaga lingkungan agar tetap sehat dan pemberian makanan tambahan kepada siswa merupakan upaya yang harus sungguh- sungguh
diperhatikan Alkadri dkk, 2001. Kualitas ibu dalam hal membangun SDM yang bermutu teramat penting, hal ini disebabkan karena ibu relatif memiliki waktu
lebih banyak bersama anak sehingga dapat memberikan arahan, bimbingan, dan meningkatkan potensi anak Musbikin, 2009. Penelitian Rahmaulina 2007
dalam Hastuti 2009 terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan ibu tentang gizi dengan tumbung kembang anak.
Guna mencapai kualitas ibu yang optimal dalam menunjang kesehatan dan pendidikan anak, maka diperlukan penguatan kapasitas ibu. Penguatan kapasitas