sehingga hanya menerima laporan PKH saja secara keseluruhan. Menurut penuturan Bapak AP Sekretaris BPD Desa Tegal bahwa:
Banyak warga yang tergolong RTSM tapi tidak menerima bantuan, sehingga ia menilai bahwa program ini belumlah optimal. Pernyataan ini,
ia kuatkan karena proses di awal pemilihan RTSM yang tidak begitu baik, karena proses survei yang dilakukan BPS hanya didamping oleh pihak
warga yang sebenarnya diantara mereka memiliki kekerabatan satu sama lain. Di samping itu, alokasi dana yang dikeluarkan dari dana PKH pun
banyak dikeluarkan RTSM penerima untuk memenuhi kebutuhan lain sandang.
Keterlibatan pemerintah desa, dalam hal ini pemerintah Desa Tegal jika dibagi dalam tahap perencanaan permulaan, pelaksanaan, dan evaluasi, maka
pada tahap perencanaan permulaan pemerintah desa terlibat dalam proses rekomendasi nama RTSM yang kemudian disurvei secara langsung oleh pihak
BPS dan pendamping di desa tersebut. Kemudian di tahap pelaksanaan, pemerintah desa memang berperan hanya pada fungsi pelaporan dan koordinasi
tekait pelaksanaan Program Keluarga Harapan PKH, misalnya pelaporan bulanan per pencairan yang diberikan oleh pendamping dan fungsi koordinasi jika
ada beberapa agenda atau kegiatan terkait sedangkan dalam fungsi evaluasi, pemerintah desa juga tidak turut terlibat secara langsung karena evaluasi PKH
dilakukan per periode pencairan melalui rapat koordinasi di level kabupaten yang menghadirkan UPPKH kabupaten, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, POLRI dan sebagainya. Keterlibatan pemerintah desa merupakan hal yang penting untuk sebuah
program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan pemerintah desa merupakan pihak yang paling mengetahui kondisi masyarakatnya
dibandingkan dengan pihak luar yang sebelumnya belum pernah terlibat langsung di daerah tersebut. Khususnya terkait proses pemilihan RTSM penerima PKH, hal
ini dikarenakan ini merupakan fase permulaan program, jika PKH diberikan secara tidak tepat maka akan berpengaruh pula terhadap optimalisasi pencapaian
tujuan.
5.1.4 Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan
Menurut Grindle 1980 dalam Dwijowijoto 2003 menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks kebijakan.
Turunan dari kebijakan yang dimaksud dapat berupa program. Isi kebijakan meliputi kepentingan yang dipengaruhi, tipe manfaat, derajat perubahan, letak
pengambilan keputusan, pelaksanaan program, dan sumberdaya yang dilibatkan. Sementara untuk konteks kebijakan mencakup kekuasaan, kepentingan dan
strategi aktor yang terlibat dan karakter lembaga dan penguasa. Jika dianalisis berdasarkan model implementasi kebijakan menurut
Grindle 1980 dalam Dwijowijoto 2003, maka : a. Kepentingan yang dipengaruhi, bahwa setiap kebijakan yang akan diambil
akan mempertimbangkan dampak terhadap aktivitas politik yang distimulasi oleh proses pengambilan keputusan. Maksudnya yang tercermin dalam
pelaksanaan PKH di Desa Tegal bahwa masing-masing aktor khususnya yang berkaitan dengan ranah politik sebelumnya mereka akan mempertimbangkan
bagaimana dampak yang ditimbulkan. b. Tipe manfaat. Bahwa program yang memberikan manfaat secara kolektif akan
mendapatkan dukungan dalam implementasi dan sebaliknya. Misalnya tujuan PKH adalah mengurangi kemiskinan melalui peningkatan kualitas
sumberdaya RTSM dalam bidang kesehatan dan pendidikan juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, yaitu Departemen Sosial, Pendidikan dan
Kesehatan hingga turut mendukung program ini BPS dan Kantor Pos. c. Derajat perubahan yang diharapkan, bahwa program yang ditetapkan yang
mengharapkan akan adanya sedikit perubahan perilaku di masyarakat akan mudah untuk diimplementasikan tetapi untuk pogram yang mengharapkan
adanya perubahan yang mendasar di masyarakat dalam jangka panjang akan sulit untuk diimplementasikan. Hal ini tercermin dari PKH dimana perubahan
yang diharapkan adalah peningkatan kualitas sumberdaya RTSM dalam bidang kesehatan dan pendidikan namun yang dialami oleh RTSM Desa Tegal
adalah belum pada peningkatan secara signifikan. d. Letak
pengambilan keputusan,
bahwa setiap
keputusan akan
mempertimbangkan dimana keputusan tersebut akan diambil, misalnya di
tingkat departemen atau di tingkat dinas dan akan berdampak pada tingkat implementasi kebijakan tersebut. Kondisi ini tercermin dalam implementasi
dalam menentukan RTSM penerima bantuan PKH, dimana BPS Kabupaten Bogor dibantu pendamping dan pemerintah desa hanya berfungsi dalam
melakukan pendataan yang kemudian data itu diajukan kepada BPS pusat dan Depertemen Sosial yang berkoordinasi dengan UPPKH pusat sehingga ada
beberapa RTSM yang seharusnya layak mendapat bantuan malah terhapus karena kuota yang ditentukan oleh pihak pusat.
e. Pelaksana program, bahwa keputusan yang dibuat dalam tahapan formulasi kebijakan akan mengindikasikan siapa yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan berbagai macam program, dan keputusan itu juga akan mempengaruhi bagaimana kebijakan tersebut dicapai. Berdasarkan struktur
organisasi PKH tidak tercantum pemerintah desa sebagai pelaksana program sehingga kondisi ini mempengaruhi implementasi PKH di lapangan, bahkan
sempat terjadi konflik akibat pencairan dana PKH di Desa Tegal. f. Sumberdaya yang dilibatkan, bahwa setiap keputusan yang diambil akan
berakibat pada
pemenuhan sumberdaya
yang dibutuhkan
untuk mengimplementasikan program yang telah ditetapkan. PKH melibatkan
sumberdaya manusia meliputi para aktor terkait dan alokasi dana, karena dana termasuk dalam sumberdaya yang dilibatkan maka akibat adanya keterbatasan
dana PKH tiap wilayah, maka berakibat pada adanya beberapa RTSM yang tidak jadi mendapatkan bantuan walaupun mereka sempat didata oleh BPS.
Pada prinsipnya ada “empat tepat” yang harus dipenuhi dalam keefektifan implementasi kebijakan atau program, yaitu tepat secara kebijakan, tepat secara
pelaksanaan, tepat target, tepat lingkungan Dwijowijoto, 2003. a. Tepat kebijakan; Tepat kebijakan dapat ditinjau dari apakah kebijakan yang
ada telah bermuatan hal-hal untuk memecahkan masalah, apakah kebijakan sudah dirumuskan sesuai karakter masalah yang akan dipecahkan, dan dibuat
oleh lembaga yang mempunya wewenang terhadap masalah yang akan dipecahkan. Kebijakan PKH merupakan kebijakan yang bertujuan mengurangi
kemiskinan melalui peningkatan kualitas RTSM dalam hal kesehatan dan pendidikan yang dibuat oleh Departemen Sosial bekerjasama dengan