Hipotesa Pengujian Parameter METODE PENELITIAN

4.5. Hipotesa

Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Nilai WTA masyarakat diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, nilai pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diterima, jumlah tanggungan, lama tinggal, jumlah yang termasuk dalam program PJL, status kepemilikan lahan yang digunakan untuk berpartisipasi dalam program PJL, ada tidaknya biaya yang harus dikeluarkan responden untuk mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya, penilaian responen terhadap cara penetapan nilai pembayaran, dan kepuasan responden terhadap besarnya dana kompensasi. 2. Jumlah tanggungan, status kepemilikan lahan yang digunakan untuk berpartisipasi dalam program PJL, lama tinggal, jumlah pohon yang termasuk dalam program PJL, ada tidaknya biaya yang harus dikeluarkan responden untuk mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya diduga akan berkorelasi positif terhadap nilai WTA. 3. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, nilai pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diterima, penilaian responden terhadap cara penetapan nilai pembayaran, dan kepuasan responden terhadap besarnya dana kompensasi yang diterima diduga akan berkorelasi negatif dengan nilai WTA..

4.6. Pengujian Parameter

Uji kebaikan dari model yang telah dibuat dapat dilakukan melalui pengujiian secara statistik. Uji yang dilakukan adalah:

1. Uji Keandalan

Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai R- squares R 2 dari OLS Ordinary Least Square WTA.

2. Uji Terhadap Kolinear Ganda Multicolinearity

Model yang melibatkan banyak peubah bebas sering terjadi masalah muticolinearity , yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer, dimana apabila nilai VIF Varian Inflation factor 10 maka tidak ada masalah multicollinearity .

3. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas , yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan uji glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya Gujarati, 2003. Sebagai pengertian dasar, residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi; dan absolut adalah nilai mutlaknya. Jika nilai signifikan dari hasil uji glejser lebih besar dari α 5 maka tidak terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α 5 maka terdapat heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov- Smirnov. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 5 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, artinya data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 5 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data tersebut normal.

5. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Jika kita mengabaikan adanya autokorelasi, maka akan berdampak terhadap pengujian hipotesis dan proses peramalan. Autokerasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil dari pada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar overestimates. Walaupun demikian, hasil estimasi dan peramalannya masih bersifat konsisten dan tidak bias. Uji yang paling sering digunakan dalam mendeteksi adanya autorelasi dalam suatu model adalah uji DW Durbin Watson test. Nilai statistik DW berada pada kisaran 0 sampai 4, dan jika hasilnya mendekati 2 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi ordo kesatu Juanda, 2009.

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Umum

Lokasi Penelitian Desa Citaman secara administratif terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Desa ini berbatasan dengan Desa Pondok Kahuru dan Sungai Cibarugbug di sebelah utara, Desa Sukabares dan Sungai Cidanghian di sebelah barat, Kabupaten Pandeglang di sebelah selatan, dan Desa Cisitu, Lebak dan Sungai Cikempong di sebelah timur. Citaman merupakan daerah hulu DAS Cidanau dengan ketinggian berada pada 600 meter dpl. Luas area Desa Citaman sebesar 509 ha dan proporsi peruntukan lahannya terbagi ke dalam sawah tadah hujan sebesar tujuh ha, ladang sebesar 95 ha, pemukiman sebesar 100 ha, tanah perkebunan rakyat sebesar 200 ha, tanah fasilitas umum sebesar tujuh ha, hutan lindung dan hutan produksi masing-masing sebesar 50 ha Potensi Desa Citaman, 2008. Orbitrasi Desa Citaman dari kantor kecamatan tiga km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Aksesibilitas menuju kantor kecamatan tergolong sulit karena jalan cenderung rusak dan transportasi umum yang ada hanyalah motor sewaan. Orbitrasi desa dari kantor Pemda 24 km dengan waktu tempuh sekitar satu jam dan dapat dilalui oleh angkutan umum. Desa Citaman merupakan desa sekitar hutan. Vegetasi didominasi oleh beraneka macam pepohonan. Kualitas udara tergolong baik karena tingkat polusi udara rendah. Aksesibilitas menuju desa tergolong sulit karena kondisi jalan utama menuju desa sebagian besar rusak. Kondisi ini disebabkan oleh buruknya drainase di sepanjang jalan. Keberadaannya yang dapat dikatakan terpencil dan jauh dari pusat perekonomian menyebabkan hal-hal yang bersifat mempermudah akses tidak terlalu

Dokumen yang terkait

JUDUL INDONESIA: KESEDIAAN MENERIMA PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN AIR SUB DAS WAY BETUNG HULU OLEH MASYARAKAT KAWASAN HUTAN REGISTER 19 (Studi Kasus di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran) JUDUL INGGRIS: WILLINGNESS TO ACCEPT PAYMEN

1 11 61

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus : DAS Cidanau, Banten)

0 3 106

Analisis willingness to pay dan willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor

3 16 155

Analisis nilai ekonomi lahan sebagai dasar bagi upaya peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan (kasus desa Citaman DAS Cidanau)

1 20 137

Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

2 19 126

Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)

1 15 213

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas

4 18 166

Dampak Pembayaran Jasa Lingkungan Daerah Aliran Sungai Cidanau Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Citaman, Serang

0 11 84

Peran pembayaran jasa lingkungan (PJL) hutan terhadap sifat hidrologi lahan di DAS Cidanau, Banten

0 3 34

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus DAS Cidanau, Banten)

0 2 96