Analisis Kesediaan Menerima Responden terhadap Nilai Pembayaran

VIII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT

8.1. Analisis Kesediaan Menerima Responden terhadap Nilai Pembayaran

Sesuai Skenario yang Ditawarkan Ketidakpuasan responden akan nilai pembayaran jasa lingkungan yang ada dikhawatirkan akan mendorong masyarakat untuk kembali pada pola aktivitas ekonomi yang tidak mengindahkan kelestarian hutan. Terkait rencana akan dilanjutkannya program pembayaran jasa lingkungan di lokasi model Desa Citaman, maka diperlukan instrumen ekonomi yang dapat mendekati nilai kesediaan masyarakat untuk menerima pembayaran akibat upaya konservasi yang harus dilakukan terhadap lahan miliknya. Hal ini salah satunya dapat didekati dengan analisis Willingness To Accept WTA. Sebelum melakukan analisis Willingness To Accept perlu identifikasi terhadap kesediaan responden dalam menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang ditawarkan. Sebanyak 43 responden yang dimintai pendapatnya mengenai kesediaan atau ketidaksediaan menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang ditawarkan, terdapat 95,35 responden bersedia menerima dan 4,65 responden tidak bersedia menerima nilai pembayaran. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 21. Sumber: Data Primer Diolah, 2009 95.35 4.65 Bersedia Tidak bersedia Gambar 21. Kesediaan Responden dalam Menerima Nilai Pembayaran Sesuai Skenario yang Ditawarkan Hampir seluruh responden bersedia menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang ditawarkan. Alasan responden menerima nilai pembayaran yang baru adalah: 1. Tidak puas terhadap nilai pembayaran jasa lingkungan yang ditetapkan dengan jalan negosiasi. 2. Biaya kebutuhan hidup semakin tinggi. Nilai pembayaran jasa lingkungan yang pada awalnya diharapkan dapat membantu masyarakat menutupi kebutuhan hidup sudah tidak dapat menutupinya lagi. 3. Nilai kayu di lokasi model pembayaran jasa lingkungan semakin tinggi, sehingga diperlukan peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan. Peningkatan nilai pembayaran ini sebagai insentif agar masyarakat tetap menjaga tegakan pohon di atas lahan miliknya. Terdapat dua orang responden yang tidak bersedia menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang ditawarkan. Alasan dua responden tersebut adalah karena keduanya menganggap nilai pembayaran tersebut merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Keduanya merasa tidak ada yang dikorbankan dalam mengikuti program PJL, program ini tidak membuat anggota kelompok kehilangan tegakan pohon yang ada di atas lahan miliknya. Kondisi frekuensi potensial dan aktual dari jumlah responden yang bersedia atau tidak bersedia menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang ditawarkan dapat dilihat pada Tabel 9 dan koreksi nilai potensial dan aktual dapat dilihat pada Tabel 10. Kondisi potensial ditunjukkan dengan nilai harapan expectation dan kondisi aktual persepsi responden ditunjukkan dengan nilai observasi observation. Kedua tabel tersebut memberikan informasi mengenai jumlah responden yang secara aktual dan potensial akan bersedia atau tidak bersedia menerima peningkatan nilai pembayaran. Tabel 9. Frekuensi Observasi dan Harapan Peluang Responden Bersedia atau Tidak Bersedia Menerima Peningkatan Nilai Pembayaran Group Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Value 1 Obs 2,0 4,0 4,0 5,0 4,0 4,0 5,0 4,0 4,0 5,0 41,0 Exp 2,0 4,0 4,0 5,0 4,0 4,0 5,0 4,0 4,0 5,0 41,0 Value 0 Obs 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 Exp 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 Total 4,0 4,0 4,0 5,0 4,0 4,0 5,0 4,0 4,0 5,0 43,0 Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kondisi aktual dan kondisi potensial jumlah responden yang bersedia atau tidak bersedia menerima peningkatan nilai pembayaran. Tabel 10. Koreksi Nilai Observasi dan Harapan Peluang Responden Bersedia atau Tidak Bersedia Menerima Peningkatan Nilai Pembayaran Observasi Harapan Koreksi Bersedia Tidak Bersedia Total Bersedia 41 41 95,35 Tidak bersedia 2 2 4,65 Total 41 2 43 100 Nilai Keseluruhan Terkoreksi 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Tabel 10 menunjukkan nilai observasi dan harapan peluang responden bersedia menerima peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan secara keseluruhan. Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan antara nilai observasi dan nilai harapan responden dengan nilai koreksi sebesar 100. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara responden yang secara aktual dan potensial akan bersedia atau tidak bersedia menerima peningkatan nilai pembayaran.

8.2. Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Contingent Valuation

Dokumen yang terkait

JUDUL INDONESIA: KESEDIAAN MENERIMA PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN AIR SUB DAS WAY BETUNG HULU OLEH MASYARAKAT KAWASAN HUTAN REGISTER 19 (Studi Kasus di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran) JUDUL INGGRIS: WILLINGNESS TO ACCEPT PAYMEN

1 11 61

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus : DAS Cidanau, Banten)

0 3 106

Analisis willingness to pay dan willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor

3 16 155

Analisis nilai ekonomi lahan sebagai dasar bagi upaya peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan (kasus desa Citaman DAS Cidanau)

1 20 137

Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

2 19 126

Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)

1 15 213

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas

4 18 166

Dampak Pembayaran Jasa Lingkungan Daerah Aliran Sungai Cidanau Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Citaman, Serang

0 11 84

Peran pembayaran jasa lingkungan (PJL) hutan terhadap sifat hidrologi lahan di DAS Cidanau, Banten

0 3 34

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus DAS Cidanau, Banten)

0 2 96