menggunakan metode kontingensi ini, bahwa semakin besar jumlah sampel yang mewakili populasi diambil dirandom maka semakin baik hasil
penelitian yang diperolehnya karena semakin mendekati kondisi yang sesungguhnya. Umumnya jumlah sampel yang dapat menghasilkan hasil
dengan baik berkisar antara 500 responden hingga 1.000 responden, yang mewakili unit rumah tangga.
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Pembayaran Jasa Lingkungan di DAS Cidanau masih sedikit ditemukan. Salah satu peneliti yang melakukan penelitian mengenai
pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau yaitu Agus Suryawan dari Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Suryawan 2005 melakukan penelitian dengan judul “Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Tekhnologi
Inderaja Studi Kasus: DAS Cidanau, Banten. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar perubahan lahan yang terjadi dengan membandingkan
manfaat kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat DAS Cidanau beserta berapa besar dasar penentuan biaya kegiatan yang harus dibayarkan untuk kegiatan
rehabilitasi dengan penanaman kebun campuran. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa ekonomi untuk
kegiatan penggunaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat dan perbandingan hasil klasifikasi terbimbing supervised classification. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kegiatan kebun campuran memiliki kelayakan lebih baik dibandingkan pertanian monokultur padi. Hal ini ditandai dengan besarnya nilai Net Present Value
NPV yang dihasilkan mencapai RP 40.584.168,00 BCR 6,624 berbeda jauh dengan kegiatan monokultur padi yang hanya menghasilkan NPV Rp
1.382.639,00 BCR 1,04. Diketahui dari hasil citra satelit bahwa perubahan luas cukup besar pada
wilayah padang rumput rawa di Cagar Alam Rawa Danau yang berubah menjadi areal persawahan mencapai 1.404,54 ha, sedangkan luas hutan relatif satabil.
Penentuan biaya kompensasi didasarkan atas matriks perubahan penggunaan lahan yang dikalikan dengan biaya rehabilitasi per ha. Besar biaya rehabilitasi yang
dipergunakan dalam penelitian ini sama untuk berbagai perubahan lahan, yaitu sebesar Rp 23.709.600,00ha. Akan tetapi besar biaya kompensasi sesungguhnya
akan sangat tergantung dari jenis perubahan lahan yang terjadi serta biaya rehabilitasi untuk jenis tersebut.
Penelitian ini pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai
penentuan dasar nilai pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau. Hal yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak
pada metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk menentukan nilai pembayaran jasa lingkungan adalah tahapan Contingent Valuation
Method CVM.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis
3.1.1. Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept WTA Masyarakat
Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing responden adalah:
1. Responden merupakan masyarakat yang terletak di lokasi model penyedia jasa lingkungan dan menerima pembayaran jasa lingkungan.
2. PT. KTI sebagai pemanfaat jasa lingkungan bersedia memberikan dana kompensasi atas upaya konservasi yang harus dilakukan Kelompok Tani Karya
Muda II. 3. Responden dipilih dari penduduk yang relevan dan merupakan kepala keluarga
dari masing-masing rumah tangga. 4. Harga yang ditawarkan kepada masyarakat dalam penentuan harga penawaran
dimulai dari Rp 2.400,00
3.1.2. Metode Mempertanyakan
Nilai Willingness to Accept Elicitation Method
Terdapat lima metode bertanya yang digunakan untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTPWTA responden Hanley dan Spash,1993, yaitu:
1. Metode tawar-menawar Bidding game
Metode mempertanyakan nilai WTA atau WTP dimana kepada konsumen ditawarkan harga yang semakin meningkat sampai nilai maksimum yang mampu
dibayarnya.
2. Metode Pertanyaan Terbuka Open-ended question