Mekanisme Berbasis Pasar Market-Based Mechanisms untuk Konservasi Hutan Persepsi

2.2. Mekanisme Berbasis Pasar Market-Based Mechanisms untuk Konservasi Hutan

Tujuan mendasar dari mekanisme berbasis pasar adalah untuk memperbaiki kegagalan pasar. Mekanisme dengan menjual jasa yang disediakan oleh hutan, baik secara perorangan atau dalam suatu kelompok bertujuan untuk menyebabkan timbulnya dana yang kemudian bisa dipakai baik untuk Pagiola et al, 2002 : 1. Meningkatkan keuntungan konservasi secara pribadi menuju pengelolaan hutan perseorangan, dan juga mengubah insentif mereka; atau 2. Menyebabkan timbulnya sumber penghasilan yang bisa digunakan untuk membiayai usaha konservasi oleh publik atau privat conservation groups. Pembayaran ini pada hakekatnya mentransfer beberapa keuntungan yang diterima oleh pemanfaat jasa lingkungan kepada pengelola hutan lokal. Akibatnya, total keuntungan dari mengkonservasi hutan dirasa meningkat oleh pengelola hutan lokal. Dengan asumsi bahwa keuntungan mengubah hutan untuk penggunaan lain tidak mengalami perubahan, pengelola hutan lokal akan memilih untuk memelihara hutan. Lebih lanjut, pendukung dari pasar jasa lingkungan hutan pada kebanyakan kasus memperdebatkan, bahwa yang menyediakan jasa sebagian besar pengguna tanah di pedesaan atau mainly rural land users lebih miskin daripada penerima atau konsumen jasa lingkungan. Pada kenyataannya klaim terhadap hal tersebut benar, dan mekanisme keuangan baru sebenarnya memindahkan sumber penghasilan dari konsumen jasa lingkungan hutan yang relatif kaya kepada penyedia jasa yang relatif miskin.

2.3. Pembayaran Jasa Lingkungan

2.3.1. Pengertian Pembayaran Jasa Lingkungan

Secara umum, pembayaran jasa lingkungan payment environment services didefinisikan sebagai mekanisme kompensasi di mana penyedia jasa service providers dibayar oleh penerima jasa service users The Regional Forum on Payment Schemes for Environmental Services in Watersheds, the Third Latin American Congress on Watershed Management, 2003 1 . Menurut Wunder 2005, pembayaran jasa lingkungan didefinisikan sebagai sebuah transaksi sukarela voluntary yang melibatkan paling tidak satu penjual one seller, satu pembeli one buyer dan jasa lingkungan yang terdifinisi dengan baik well-defined environmental service , di mana di sini berlaku pula prinsip-prinsip bisnis “hanya membayar bila jasa telah diterima”. Sebuah pembayaran jasa lingkungan bisa didefinisikan sebagai sebuah transaksi yang sukarela atau mengikat secara hukum di mana sebuah jasa lingkungan yang jelas dan bisa teridentifikasi dibeli oleh pembeli dari penyedia jasa lingkungan 2 . 2.3.2 Prinsip Pembayaran Jasa Lingkungan Bentuk penggunaan lahan yang berbeda bisa menyebabkan timbulnya berbagai jenis jasa lingkungan Pagiola dan Platais, 2002. Penggunaan lahan dengan level perlindungan pohon yang tinggi, misalnya, bisa menolong dalam hal pengaturan aliran air di DAS dan mengurangi risiko banjir atau longsor. Namun pemilik lahan biasanya tidak mendapat kompensasi apa pun untuk jasa lingkungan seperti itu. 1 http:www.esp.or.idwp-contentuploadspdffsesf-en.pdf . Diakses pada 24 Agustus 2009 pukul 04.26 2 http:www.esp.or.idindex.phpprogramsfsf-3sf-3-1 . Diakses pada 24 Agustus 2009 pukul 04.30 Akibatnya, mereka biasanya mengabaikan masyarakat hilir dalam membuat keputusan terhadap penggunaan lahan miliknya. Sering kali, hal ini dapat menyebabkan keputusan penggunaan lahan yang secara sosial sub-optimal. Respon terhadap masalah ini cenderung sering mengandalkan usaha perbaikan, seperti memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh banjir atau pembuatan yang dimaksudkan untuk melindungi daerah hilir terhadap banjir, atau atas regulasi yang ditujukan untuk menentukan pola khusus penggunaan lahan. Pendekatan ini pada kenyataannya tidak ada satu pun yang terbukti efektif. Usaha perbaikan sering tidak sempurna dan mahal, bahkan lebih mahal daripada tindakan pencegahan. Pendekatan regulasi menjadi sulit dalam hal enforcement dan memaksakan biaya tinggi pada pemilik lahan miskin dengan mencegah mereka untuk tidak melakukan aktivitas yang menguntungkan secara pribadi Pagiola dan Platais, 2002. Beberapa tahun belakangan ini, pengakuan masalah ini dan kegagalan pendekatan sebelumnya untuk menangani masalah ini menyebabkan timbulnya usaha untuk mengembangkan sistem pemberian ganti rugi payment of environmental services kepada pemilik lahan untuk jasa lingkungan yang dihasilkan. Dengan begitu, pemilik lahan akan mempunyai insentif langsung untuk mempertimbangkan jasa lingkungan tersebut dalam menentukan keputusan terhadap penggunaan lahan miliknya, dan hal tersebut menghasilkan lebih banyak penggunaan lahan secara sosial-optimal Pagiola dan Platais, 2002. Prinsip penting dari payment of environmental services adalah bahwa yang menyediakan jasa lingkungan sebaiknya menerima kompensasi atas usaha konservasi yang dilakukan dan bahwa yang menerima jasa lingkungan sebaiknya membayar penyediaan mereka Pagiola dan Platais, 2002. Pendekatan ini lebih lanjut memberikan keuntungan dalam hal menyediakan tambahan sumber pendapatan bagi pemilik lahan miskin, dan menolong untuk memperbaiki mata pencaharian mereka. Gambar 2 menjelaskan ilmu ekonomi mengenai metode ini. Sumber: Pagiola dan Platais, 2002 Gambar 1. Logika Sederhana Payments for Environmental Services Seperti yang terlihat pada gambar, pemilik lahan mendapat sedikit keuntungan dari usaha konservasi hutan forest conservation, bahkan kurang dari keuntungan yang akan mereka terima dari alternatif penggunaan lahan lain, seperti konversi untuk lahan gembala conversion to pasture. Di lain pihak, deforestasi dapatmembebankan biaya terhadap penduduk hilir, bagi siapa yang tidak mendapat keuntungan dari jasa ekologi seperti water filtration. Pembayaran oleh penduduk hilir dapat membuat Keuntungan bagi pemilik lahan Biaya bagi masyarakat hilir Payment of services conservation Conversion to pasture Conservation with service payment ha usaha konservasi menjadi pilihan yang lebih menarik bagi pemilik lahan. Pembayaran secara nyata harus lebih dari tambahan keuntungan yeng diterima pemilik lahan dari penggunaan alternatif penggunaan lain atau pemilik lahan tidak akan merubah prilaku mereka dan kurang dari nilai keuntungan untuk penduduk hilir atau penduduk hilir tidak akan bersedia membayarnya.

2.4. Persepsi

Persepsi dalam arti sempit merupakan penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, persepsi merupakan pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu Leavitt, 1978. Persepsi seseorang ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan mereka. Orang-orang akan melihat sesuatu secara berbeda satu sama lain. Oleh karena itu persepsi merupakan faktor penentu yang utama dari perilaku. Menurut Sarwono 1999, persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Selanjutnya Sarwono 1999 juga menyatakan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam individu, seperti jenis kelamin, perbedaan generasi umur, motif, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan di luar yang mempengaruhi persepsi seseorang, seperti lingkungan sosial budaya misalnya suku bangsa dan media komunikasi dimana seseorang memperoleh informasi tentang sesuatu. Menurut Atkinson 1983, persepsi merupakan proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Studi tentang persepsi sangat berkaitan dengan studi tentang proses kognitif, seperti ingatan dan pikiran. Fenomena persepsi berhubungan dengan bagaimana satu bagian dari stimulus muncul sehubungan dengan stimulus lainnya.

2.5. Teori Ekonomi Mengenai Barang-Barang Lingkungan

Dokumen yang terkait

JUDUL INDONESIA: KESEDIAAN MENERIMA PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN AIR SUB DAS WAY BETUNG HULU OLEH MASYARAKAT KAWASAN HUTAN REGISTER 19 (Studi Kasus di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran) JUDUL INGGRIS: WILLINGNESS TO ACCEPT PAYMEN

1 11 61

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus : DAS Cidanau, Banten)

0 3 106

Analisis willingness to pay dan willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor

3 16 155

Analisis nilai ekonomi lahan sebagai dasar bagi upaya peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan (kasus desa Citaman DAS Cidanau)

1 20 137

Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

2 19 126

Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)

1 15 213

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas

4 18 166

Dampak Pembayaran Jasa Lingkungan Daerah Aliran Sungai Cidanau Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Citaman, Serang

0 11 84

Peran pembayaran jasa lingkungan (PJL) hutan terhadap sifat hidrologi lahan di DAS Cidanau, Banten

0 3 34

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus DAS Cidanau, Banten)

0 2 96