Pengetahuan Responden Mengenai Program Pembayaran Jasa

Tuntutan ekonomi yang mengakibatkan semua tindakan yang dilakukan akhirnya tidak mengindahkan konservasi 8,00 Tidak paham akan konservasi 36,00 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Namun, selisih persentase antara responden yang menganggap usaha konservasi penting dan tidak penting sangat kecil. Hal ini terjadi karena sering diadakannya penyuluhan di desa ini mengenai pentingnya usaha konservasi, baik oleh pemerintah maupun lembaga yang berhubungan dengan program pembayaran jasa lingkungan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat Desa Citaman akan pentingnya upaya konservasi lebih baik dari daerah lain di sekitar kawasan DAS Cidanau. Selain itu, perubahan lingkungan yang semakin baik akibat adanya upaya konservasi dari program pembayaran jasa lingkungan juga menyebabkan masyarakat merasa perlu untuk terus melakukan usaha konservasi.

7.4. Pengetahuan Responden Mengenai Program Pembayaran Jasa

Lingkungan Program PJL melibatkan PT. KTI sebagai konsumen jasa lingkungan ketersediaan air dan Kelompok Tani Karya Muda II sebagai penyedia jasa lingkungan. Guna mengidentifikasi pengetahuan responden mengenai program PJL, dirancang beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan responden tentang pihak yang selama ini membayarkan jasa lingkungan, alasan pihak tersebut membayarkan jasa lingkungan dan peran responden dalam program. Mengenai pihak yang selama ini membayarkan pembayaran jasa lingkungan, sebanyak 32,56 responden mengetahui bahwa PT. KTI merupakan perusahaan yang selama ini membayarkan jasa lingkungan. Sebanyak 67,44 responden tidak mengetahui secara pasti bahwa PT. KTI yang selama ini membayarkan jasa lingkungan. Terdapat jawaban beragam diantara responden yang tidak mengetahui pasti pihak yang membayarkan jasa lingkungan, yang responden tahu pasti adalah pihak tersebut berasal dari Cilegon. Sebagian besar dari mereka mengarah pada satu nama, yaitu Bapak Nana Pra Rahadian, Sekertaris Jenderal FKDC sekaligus Direktur Eksekutif LSM Rekonvasi Bhumi. Pendugaan ini dapat disebabkan LSM ini merupakan pihak yang sering terlibat langsung membina masyarakat. Selain itu, hal ini disebabkan pula oleh kurangnya intensitas pertemuan secara langsung antara pihak dari PT. KTI dengan masyarakat. Intensitas yang rendah ini terjadi akibat disepakatinya metode indirect payment dalam pembayaran jasa lingkungan kepada penyedia jasa. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 15. Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Gambar 15. Pengetahuan Responden Mengenai Pihak yang Membayarkan Pembayaran Jasa Lingkungan Mengenai pertanyaan alasan pihak tersebut membayarkan jasa lingkungan, hampir seluruh responden menganggap bahwa alasannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebanyak responden mengetahui bahwa alasan 32.56 67.44 Tahu, PT.KTI Tidak tahu perusahaan membayarkan pembayaran jasa lingkungan adalah karena usahanya bergantung pada kelestarian DAS Cidanau. Sebanyak 11,63 dari 41,86 responden mengetahui bahwa alasan perusahaan membayarkan pembayaran jasa lingkungan adalah karena masyarakat model penyedia jasa lingkungan merupakan produsen jasa lingkungan dan PT. KTI merupakan konsumen dari jasa lingkungan ketersediaan air. Sebanyak 6,98 persen responden mengaku tidak tahu alasan perusahaan membayarkan pembayaran jasa lingkungan. Identifikasi mengenai pengetahuan responden menghasilkan kesimpulan bahwa masih sedikit masyarakat yang paham akan alasan sebenarnya dilakukan pembayaran jasa lingkungan. Hal ini terbukti hanya 11,63 persen responden yang mengetahui pasti bahwa alasan perusahaan membayarkan pembayaran jasa lingkungan adalah karena masyarakat model penyedia jasa lingkungan merupakan produsen jasa lingkungan dan PT. KTI merupakan konsumen dari jasa lingkungan ketersediaan air. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Alasan Perusahaan Membayarkan Jasa Lingkungan Alasan Perusahaan Membayarkan Jasa Lingkungan Jumlah Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 51,16 Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan karena sadar bahwa usahanya bergantung pada kelestarian DAS Cidanau 30,23 Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena sadar bahwa usahanya bergantung pada kelestarian DAS Cidanau dan karena masyarakat model penyedia jasa lingkungan merupakan seller dan PT. KTI merupakan buyer dari jasa lingkungan air 11,63 Lainnya 6,98 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Mengenai pertanyaan peran responden dalam program pembayaran jasa lingkungan, sebanyak 79,07 responden mengetahui peran mereka dalam program. Sebanyak 20,93 responden menjawab tidak tahu peran mereka dalam program . Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 16. Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Gambar 16. Pengetahuan Responden Mengenai Perannya dalam Program Pembayaran Jasa Lingkungan Sebagian besar responden paham kewajiban mereka dalam program ini adalah untuk menjaga tegakan pohon yang temasuk ke dalam kontrak PJL. Pemahaman tersebut dibuktikan dengan pernyataan masyarakat bahwa solusi mereka ambil apabila sedang mengalami kekurangan finansial bukan dgn menebang kayu, tetapi lebih baik mereka tutupi dengan meminjam uang 13 . Masyarakat sangat mengerti bahwa pohon yg mereka miliki di lokasi model PJL telah dikontrak untuk tidak ditebang. Pemahaman responden mengenai kontrak didapat dari pendampingan oleh LSM yang berlangsung sekitar dua tahun sebelum berjalannya kontrak dan dari Ketua Tani. Peran Ketua Tani sangat besar dalam membentuk pemahaman masyarakat akan kontrak, karena sebagian besar responden mengaku kesulitan memahami bahasa yang dipakai penyuluh. Ketua Tani mengadakan pertemuan setiap satu minggu sekali 13 Hasil wawancara dengan anggota Kelompok Tani Karya Muda II, pada tanggal 19 Maret 2009 79.07 20.93 Tahu Tidak tahu untuk menyampaikan berbagai informasi mengenai program PJL, berdiskusi apabila ada suatu masalah atau hal yang tidak dimengerti, dan untuk menjaga kerukunan antar anggota kelompok 14 . 7.5. Penilaian Responden terhadap Program Pembayaran Jasa Lingkungan Program pembayaran jasa lingkungan di Desa Citaman telah berlangsung lima tahun. Lamanya kontrak yang telah berlangsung diharapkan dapat membuat masyarakat dapat memberi penilaian akan jalannya program pembayaran jasa lingkungan yang telah berlangsung. Sebanyak 67,44 responden memberi penilaian baik untuk jalannya program pembayaran jasa lingkungan dan 32,56 responden responden menyatakan tidak baik. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 17. Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Gambar 17. Penilaian Responden terhadap Program Pembayaran Jasa Lingkungan yang Sedang Berjalan Sebagian besar responden memberikan penilaian baik terhadap jalannya program pembayaran jasa lingkungan. Alasan responden dalam memberikan 14 Hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Karya Muda II, Bachrani pada tanggal 20 Maret 2009 67.44 32.56 Baik Buruk penilaian baik terhadap jalannya program adalah karena hingga tahun terakhir kontrak nilai pembayaran sampai kepada kelompok sesuai dengan kesepakatan yang ada. Responden yang menilai buruk terhadap program memberi alasan bahwa terkadang terjadi keterlambatan dalam pembayaran jasa lingkungan.

7.6. Penilaian Responden terhadap Cara Penetapan Nilai Pembayaran Jasa

Dokumen yang terkait

JUDUL INDONESIA: KESEDIAAN MENERIMA PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN AIR SUB DAS WAY BETUNG HULU OLEH MASYARAKAT KAWASAN HUTAN REGISTER 19 (Studi Kasus di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran) JUDUL INGGRIS: WILLINGNESS TO ACCEPT PAYMEN

1 11 61

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus : DAS Cidanau, Banten)

0 3 106

Analisis willingness to pay dan willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor

3 16 155

Analisis nilai ekonomi lahan sebagai dasar bagi upaya peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan (kasus desa Citaman DAS Cidanau)

1 20 137

Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

2 19 126

Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)

1 15 213

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas

4 18 166

Dampak Pembayaran Jasa Lingkungan Daerah Aliran Sungai Cidanau Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Citaman, Serang

0 11 84

Peran pembayaran jasa lingkungan (PJL) hutan terhadap sifat hidrologi lahan di DAS Cidanau, Banten

0 3 34

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus DAS Cidanau, Banten)

0 2 96