Jenis Kelamin Usia Karakteristik Sosial Ekonomi Responden

Karakteristik sosial ekonomi responden diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap seluruh anggota Kelompok Tani Karya Muda II 43 orang. Karakteristik sosial ekonomi responden dinilai dari beberapa variabel diantaranya jenis kelamin, usia, lama tinggal, lama pendidikan formal yang pernah ditempuh, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan rumah tangga per bulan, dan status kepemilikan lahan di lokasi model penyedia jasa lingkungan.

5.3.1. Jenis Kelamin

Jumlah kelompok tani yang menjadi responden adalah 43 orang. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki karena target responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga. Pengambilan keputusan dalam suatu rumah tangga biasanya diambil alih oleh laki-laki sebagai kepala keluarga, sehingga dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei laki-laki lebih berperan. Menurut survei, perbandingan responden laki-laki dan perempuan sebesar 95,35 dan 4,65 perempuan. Keterangan dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Gambar 4. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin 95.35 4.65 Laki-laki Perempuan

5.3.2. Usia

Tingkat usia cenderung terkonsentrasi di dua sebaran usia, yaitu usia 33-45 dan 46-58 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia 33-45 tahun dengan presentase 37,21. Responden dengan sebaran usia 46-58 tahun memiliki persentase 32,56. Seluruh responden dalam penelitian ini merupakan responden yang telah menikah dan memiliki tanggungan. Hal ini yang menyebabkan tingkat usia yang didapat terbilang sudah tidak muda lagi. Perbandingan distribusi usia responden dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Gambar 5. Sebaran Responden Menurut Usia 5.3.3. Lama Pendidikan Formal Tingkat pendidikan diklasifikasikan menurut lama tahun menempuh pendidikan formal. Pengklasifikasian didasarkan atas alasan responden cenderung mempunyai latar belakang pendidikan yang sama, yaitu Sekolah Dasar SD atau sederajat. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan 4-6 tahun dan lebih kecil dari satu tahun. Komposisi masing-masing tingkat pendidikan adalah 55,82 dan 20,93. 16.28 37.21 32.56 13.95 33 33-45 46-58 58 Masih jarang sekali responden yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi dari SD atau sederajat. Sebanyak 4,65 responden yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih besar dari enam tahun atau tepatnya hanya dua orang yang memiliki latar belakang pendidikan hingga kelas satu SMP tujuh tahun. Hal itu berarti ditemukan hanya sedikit saja yang mempunyai latar belakang pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama SMP dan tidak ditemukan responden yang mempunyai latar belakang Sekolah Menengah Atas SMA atau pun sarjana. Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang cenderung masih rendah. Dominasi latar belakang pendidikan hingga tingkat SD disebabkan saat responden berada pada usia sekolah kesadaran masyarakat Citaman terhadap pentingnya pendidikan tergolong rendah. Selain itu, kondisi perekonomian yang tergolong sulit mendorong masyarakat untuk tidak menyekolahkan anaknya pada tingkat yang lebih tinggi. Masyarakat menilai bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka biaya yang dikeluarkan akan semakin tinggi. Perbandingan distribusi lama pendidikan formal responden dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Gambar 6. Sebaran Responden Menurut Lama Pendidikan Formal 20.93 18.60 55.82 4.65 1 1hingga 3 4 hingga 6 6

5.3.4. Jumlah Tanggungan

Dokumen yang terkait

JUDUL INDONESIA: KESEDIAAN MENERIMA PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN AIR SUB DAS WAY BETUNG HULU OLEH MASYARAKAT KAWASAN HUTAN REGISTER 19 (Studi Kasus di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran) JUDUL INGGRIS: WILLINGNESS TO ACCEPT PAYMEN

1 11 61

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus : DAS Cidanau, Banten)

0 3 106

Analisis willingness to pay dan willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor

3 16 155

Analisis nilai ekonomi lahan sebagai dasar bagi upaya peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan (kasus desa Citaman DAS Cidanau)

1 20 137

Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

2 19 126

Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)

1 15 213

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas

4 18 166

Dampak Pembayaran Jasa Lingkungan Daerah Aliran Sungai Cidanau Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Citaman, Serang

0 11 84

Peran pembayaran jasa lingkungan (PJL) hutan terhadap sifat hidrologi lahan di DAS Cidanau, Banten

0 3 34

Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Teknologi Inderaja (Studi Kasus DAS Cidanau, Banten)

0 2 96