VI. MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
6.1. Pihak yang Terlibat dalam Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
Model hulu-hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan DAS Cidanau melibatkan beberapa pihak sebagai pemeran utama dalam implementasi
mekanisme. Pihak-pihak yang terlibat diantaranya lembaga pengelola DAS Cidanau Forum Komunikasi DAS Cidanau, penyedia jasa lingkungan seller, dan pemanfaat
jasa lingkungan buyer.
1. Lembaga Pengelola DAS Cidanau
Pengelolaan DAS Cidanau pada awalnya ditangani oleh berbagai instansi, baik oleh lembaga atau institusi pemerintah, swasta maupun masyarakat. Masing-
masing instansi memiliki kepentingan berbeda dalam pengelolaan DAS Cidanau. Hal ini menyebabkan tidak adanya kesamaan visi dan misi dalam pengelolaan.
Di lain pihak, pengelolaan DAS Cidanau dihadapkan pada permasalahan yang sangat kompleks, diantaranya Forum Komunikasi DAS Cidanau, 2007:
1 Meningkatnya erosi, sedimentasi, dan suburnya pertumbuhan gulma di DAS Cidanau yang diakibatkan oleh pengelolaan lahan yang tidak seimbang
dengan daya dukung lahan; penebangan hutan rakyat; dan penggunaan pupuk- pupuk kimia dalam pertanian yang dilakukan masyarakat.
2 Terjadinya trend penurunan debit permukaan air Sungai Cidanau. Hasil pengukuran debit rata-rata per bulan antara tahun 1922-1936 sebesar 11,29 m
3
per detik, sedangkan antara tahun 1980-1992 sebesar 7,35 m
3
per detik.
3 Terjadinya perambahan kawasan Cagar Alam Rawa Danau oleh masyarakat untuk kepentingan budidaya pertanian yang memberikan dampak negatif pada
kelestarian Cagar Alam Rawa Danau. 4 Belum adanya perencanaan pengelolaan DAS Cidanau yang terpadu, yang
bisa dijadikan acuan oleh seluruh dinas dan instansi teknis serta stakeholder lainnya dalam melakukan kegiatan pengelolaan action plan.
5 Belum terkoordinasinya pelaksanaan pengelolaan DAS Cidanau, baik dari tingkat kabupaten, propinsi maupun pusat.
6 Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat. Terutama masyarakat hulu DAS Cidanau tentang arti penting dan manfaat DAS Cidanau bagi
keberlanjutan pembangunan. Kompleksnya masalah tersebut tidak dapat diselesaikan apabila tidak ada
kesatuan visi dan misi dalam pengelolaan. Oleh karena itu, diperlukan satu lembaga dengan satu visi dan misi yang dapat mengintegrasikan berbagai
kepentingan. Hal ini bertujuan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam pengelolaan DAS Cidanau. Atas alasan tersebut dibentuklah Forum
Komunikasi DAS Cidanau FKDC sebagai lembaga pengelola DAS Cidanau. Organisasi ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor
124.3Kep.64-Huk2002. Struktur kepengurusan terdiri dari berbagai instansi, baik instansi pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat LSM maupun
masyarakat. FKDC memiliki visi dan misi sebagai berikut FKDC, 2007: 1
Visi FKDC yaitu membangun keseimbangan ekologi, sosial dan ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya alam DAS Cidanau guna mendukung
keberlanjutan pembangunan dengan didasarkan pada konsep satu sungai, satu perencanaan dan satu pengelolaan one river, one plan and one
management .
2 Misi FKDC:
a. Melestarikan sumber daya alam DAS Cidanau b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan DAS Cidanau
c. Menjaga keberlanjutan tata air untuk mendukung keberlanjutan pembangunan
d. Menumbuhkan iklim investasi yang maju dan memiliki kemampuan bersaing.
FKDC memiliki andil besar dalam proses implementasi model hubungan hulu- hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Proses implementasi
dilakukan selama kurang lebih tiga tahun terhitung dari tahun 2002 hingga mekanisme PJL dilaksanakan pada tahun 2005. Peran FKDC dalam mekanisme
PJL sebagai berikut FKDC, 2007: 1
Mengelola dana hasil pembayaran jasa lingkungan dari pemanfaat buyer jasa lingkungan DAS Cidanau untuk rehabilitasi dan konservasi lahan di
DAS Cidanau melalui lembaga pengelola jasa lingkungan DAS Cidanau. 2
Mendorong pembangunan hutan secara lestari di lahan milik, oleh masyarakat dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan.
3 Menggalang dana dari potential buyer jasa lingkungan DAS Cidanau.
4 Mendorong pemerintah untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan di
DAS Cidanau.
2. Penyedia Jasa lingkungan
Model hulu-hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan DAS Cidanau menjadikan masyarakat di hulu DAS Cidanau sebagai penyedia jasa lingkungan
seller. Penyedia jasa lingkungan dalam program ini ditentukan dengan jalan
identifikasi oleh tim Pusat Studi dan Pengembangan Sumberdaya Air dan Lahan – Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial PSDAL
– LP3ES. Identifikasi ini menjadi penting agar pelaksanaan kegiatan berada di lokasi yang tepat. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam proses identifikasi
ini antara lain FKDC, 2007: 1 Pemilihan lokasi model didasarkan pada pengaruh lokasi dengan semua
aktivitas yang berada di atasnya pada kondisi lingkungan DAS Cidanau, terutama dengan fungsi hutan dan tata air.
2 Pemilihan lokasi model didasarkan pada kondisi sosio-kapital masyarakat yang tepat, disamping dapat menjadi bahan dalam proses belajar, juga
menjadi faktor penentu agar kegiatan dapat berjalan dengan baik. Proses identifikasi awal menghasilkan ketetapan bahwa Desa Citaman dan Desa
Cibojong, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang sebagai lokasi model penyedia jasa lingkungan. Lahan yang mendapat pembayaran jasa lingkungan masing-
masing seluas 25 ha. Luasan lahan yang menjadi lokasi model penyedia jasa lingkungan termasuk dalam sebagian kecil lahan kritis yang terdapat di DAS
Cidanau dari luas lahan kritis seluruhnya mencapai 2.000 ha
3
. Kontrak
3
Hasil wawancara dengan Sekjen FKDC, Nana P.R pada tanggal 13 Maret 2009
pembayaran terhadap lokasi model jasa lingkungan adalah selama lima tahun terhitung dari tahun 2005.
Setelah program berjalan selama satu tahun, Desa Cibojong melanggar kesepakatan yang telah dibuat
4
. Ditemukan sisa-sisa penebangan yang dilakukan secara sengaja di lokasi model penyedia jasa lingkungan. Kasus tersebut
menyebabkan diputusnya kontrak pembayaran jasa lingkungan di Desa Cibojong setelah sebelumnya diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan namun
tidak ada itikad baik dari peserta penyedia jasa lingkungan untuk memperbaikinya
5
. Pemutusan kontrak terhadap Desa Cibojong menyebabkan diperlukannya lokasi
model penyedia jasa lingkungan yang baru. Lokasi baru ini dimaksudkan untuk meneruskan kontrak yang telah ada dengan pemanfaat jasa lingkungan. Guna
mencari lokasi model baru dilakukan lagi proses identifikasi yang kali ini dilakukan oleh FKDC. Berdasarkan hasil identifikasi, pada tahun 2008
ditetapkan bahwa Desa Cikumbueun, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang dan Desa Kadu Agung, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Serang
sebagai lokasi model penyedia jasa lingkungan dan mendapat kontrak pembayaran selama lima tahun terhitung dari tahun 2008. Hingga saat ini lokasi
model penyedia jasa berada di tiga titik lokasi, yaitu Desa Citaman Kecamatan Ciomas, Desa Kadu Agung Kecamatan Gunung Sari yang keduanya berada di
4
Hasil wawancara dengan Sekjen FKDC, Nana P.R pada tanggal 12 Maret 2009
5
Hasil wawancara dengan Koordinator Jasa Lingkungan FKDC, Hardono pada tanggal 23 Maret 2009
wilayah Kabupaten Serang dan Desa Cikumbueun, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
3. Pemanfaat Jasa Lingkungan
Model hulu-hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan DAS Cidanau menempatkan pihak yang berada di wilayah hilir dan sekaligus memanfaatkan
jasa lingkungan DAS Cidanau sebagai pemanfaat jasa lingkungan potential buyer
. Dari proses identifikasi yang dilakukan oleh tim yang sama dengan proses identifikasi penyedia jasa lingkungan, ditetapkan bahwa PT. Krakatau
Tirta Industri PT. KTI sebagai pemanfaat jasa lingkungan. Penetapan PT. KTI sebagai pemanfaat jasa lingkungan didasari atas alasan bahwa PT. KTI
merupakan satu-satunya pemanfaat jasa lingkungan DAS Cidanau untuk tujuan komersil. Hal ini terkait dengan sektor usaha yang digelutinya, yaitu sebagai
perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan air bersih. Kebutuhan air baku PT. KTI untuk penyediaan air bersih bagi pelanggannya
adalah sebesar 1.130 liter per detik FKDC, 2007. Sungai Cidanau merupakan Sungai utama DAS Cidanau yang menjadi sumber utama air baku PT. KTI untuk
memproduksi air bersih. Degradasi yang terjadi di hulu DAS Cidanau membuat debit air Sungai Cidanau setiap tahunnya mengalami penurunan, sehingga
dikhawatirkan apabila tidak ada usaha untuk menjaga kelestarian DAS Cidanau maka debit air untuk produksi tidak terpenuhi. Selain itu, degradasi karena
pemakaian pupuk yang berlebihan juga menyebabkan kualitas air rendah, sehingga butuh biaya produksi yang tinggi untuk mengolah air baku menjadi air
bersih. Dua hal tersebut disadari benar oleh PT. KTI sebagai penghambat
keberlanjutan usahanya. Sebagai solusi dibutuhkan usaha untuk menjaga kelestarian hulu DAS Cidanau yang jasa lingkungannya dimanfaatkan untuk
bahan baku usaha. Kesadaran ini yang mendorong PT. KTI bersedia menjadi buyer
dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan.
6.2. Proses Perumusan Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan