nilai observasi dan nilai harapan responden dengan nilai koreksi sebesar 100. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara responden yang secara aktual dan
potensial akan bersedia atau tidak bersedia menerima peningkatan nilai pembayaran.
8.2. Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Contingent Valuation
Method Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis WTA
responden terhadap adanya program pembayaran jasa lingkungan DAS Cidanau. Hasil pelaksanaan enam langkah kerja adalah sebagai berikut:
1. Membangun Pasar Hipotetis Setting Up The Hypothetical Market
Seluruh responden diberi informasi bahwa sehubungan dengan peran penting DAS Cidanau, dibuatlah program pembayaran jasa lingkungan yang melibatkan
PT. Krakatau Tirta Industri KTI dan Kelompok Tani Karya Muda II. Anggota Kelompok Tani Karya Muda II diharuskan mengkonservasi atau menjaga setiap
pohon yang terikat kontrak di atas lahan miliknya. Usaha konservasi tersebut mendapat pembayaran Rp 1.200.000,00 per ha per tahun atau Rp 2.400,00 per
pohon per tahun. Besarnya nilai pembayaran ditetapkan melalui negosiasi. Proses pengambilan keputusan dalam negosiasi hanya diwakili oleh suara dari Kepala
Tani bukan didasarkan pada keinginan masyarakat untuk menerima nilai pembayaran.
Nilai pembayaran terlalu rendah bila dibandingkan dengan fungsi hidrologi yang dihasilkan. Hal ini dikhawatirkan akan memicu masyarakat untuk kembali pada
pola aktivitas ekonomi sebelumnya yang tidak mengindahkan upaya konservasi terhadap pohon di atas lahan miliknya. Oleh karena itu, dalam rangka
pengelolaan DAS Cidanau yang lebih baik akan diajukan suatu kebijakan baru untuk meningkatkan nilai pembayaran program pembayaran jasa lingkungan
berdasarkan keinginan masyarakat. Kebijakan tersebut disertai dengan persyaratan bahwa masyarakat penyedia jasa harus meningkatkan upaya
konservasi terhadap lahan dan tegakan pohon di atas lahan miliknya. Kebijakan ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan insentif serta kesadaran
masyarakat dalam usaha mengkonservasi daerah hulu DAS Cidanau.
2. Memperoleh Nilai WTA Obtaining Bids
Besarnya nilai WTA didapatkan dari hasil wawancara tatap muka kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam kuisioner. Berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, maka didapat pilihan nilai pembayaran yang bersedia diterima responden. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh rata-
rata nilai WTA responden sebesar Rp 5.056,98 per pohon per tahun.
3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA Estimating Mean WTAEWTA
Dugaan nilai rataan WTA EWTA responden dihitung berdasarkan data distribusi WTA responden. Data distribusi WTA responden dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi WTA Responden No
Nilai WTA Rppohontahun
Frekuensi Orang
Frekuensi relatif
Mean WTA Rp
1 2.400,00 2
0,05 111,63
2 3.650,00 1
0,02 84,88
3 3.900,00 1
0,02 90,70
4 4.150,00 2
0,05 193,02
5 4.650,00 4
0,09 432,56
6 4.900,00 7
0,16 797,67
7 5.150,00 6
0,14 718,60
8 5.400,00 8
0,19 1.004,65
9 5.650,00 4
0,09 525,58
10 5.900,00 8
0,19 1.097,67
Total 43 1,00
5.056,98
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Perhitungan terhadap dugaan nilai rataan WTA EWTA menghasilkan nilai sebesar Rp 5.056,98 per pohon per tahun. Nilai ini bila dikonversikan untuk
pembayaran satu hektar lahan dengan jumlah pohon per hektar 500 pohon maka didapat nilai sebesar Rp 2.528.490,00 per ha per tahun. Nilai tersebut berada di
atas nilai pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diberikan kepada penyedia jasa lingkungan.
Nilai pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diberikan bersumber pada hasil negosiasi antara Kelompok Tani Karya Muda II dengan FKDC. Negosiasi
menghasilkan nilai pembayaran sebesar Rp 1.200.000,00 per ha per tahun. Hasil penelitian terhadap Kelompok Tani Karya Muda II sebagian besar merasa tidak
puas terhadap besarnya dana pembayaran hasil negosiasi. Pangkal permasalahannya adalah pada proses penetapan pembayaran jasa lingkungan
secara negosiasi yang dinilai buruk oleh sebagian besar masyarakat. Masyarakat merasa dengan cara penetapan seperti itu masyarakat tidak dapat
mengungkapkan secara terbuka nilai pembayaran yang diinginkan. Nilai pembayaran yang sesungguhnya diinginkan masyarakat saat proses negosiasi
lebih tinggi dari yang berlaku saat ini. Dilatarbelakangi ketidakpercayaan tim Ad hoc
akan komitmen dari PT. KTI untuk menepati kesepakatan pembayaran yang telah dibuat, maka nilai pembayaran didasarkan pada perhitungan kasar yang
menghasilkan nilai sebesar Rp 1.200.000,00 per ha per tahun
16
. Terdapat unsur keterpaksaan dari masyarakat dalam menerima nilai pembayaran. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui faktor masyarakat menerima nilai pembayaran hasil negosiasi adalah karena masyarakat membutuhkan sumber pendapatan untuk
menutupi biaya kebutuhan hidup, sehingga berapa pun besarnya terpaksa mereka terima.
Nilai kompensasi dari hasil analisis WTA berbeda dengan nilai pembayaran hasil negosiasi. Nilai hasil analisis WTA mencerminkan nilai kompensasi yang
sebenarnya ingin diterima masyarakat. Hasil perhitungan terhadap nilai WTA menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai pembayaran yang selama ini
diterima. Ini menunjukkan keinginan masyarakat untuk menerima kompensasi akibat upaya konservasi yang harus dilakukan lebih besar daripada nilai
kompensasi yang selama ini diterima. Hal ini selain disebabkan oleh faktor ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil pembayaran secara negosiasi juga
disebabkan oleh kebutuhan hidup yang semakin tinggi
17
Program pembayaran jasa lingkungan sudah berjalan selama hampir lima tahun di Citaman. Dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi kenaikan harga barang
termasuk harga kebutuhan sehari-hari. Sementara harga kebutuhan meningkat, di lain pihak kebutuhan masyarakat tetap bahkan cenderung meningkat. Hal ini
menyebabkan besarnya pembayaran yang semula diharapkan menjadi sumber pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirasa tidak banyak
16
Proses perumusan nilai pembayaran terhadap penyedia jasa lingkungan dapat dilihat pada Bab VI Subbab 6.2.
17
Hasil wawancara dengan masyarakat Desa Citaman selama penelitian
membantu. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan memacu masyarakat untuk kembali menebang pohon untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka peningkatan pembayaran jasa lingkungan dirasa perlu dilakukan.
4. Menduga Bid Curve
Kurva WTA responden dibentuk berdasarkan nilai WTA responden terhadap dana kompensasi atau nilai pembayaran jasa lingkungan yang diinginkan. Kurva
WTA ini menggambarkan hubungan tingkat WTA yang diinginkan dalam Rppohontahun dengan jumlah responden yang bersedia menerima pada tingkat
WTA tersebut orang. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden, maka nilai WTA dapat digolongkan menjadi sepuluh kelompok seperti dijelaskan
pada Tabel 12 dan didapat kurva tawaran WTA yang dapat dilihat pada Gambar 22.
Tabel 12. Besaran Nilai WTA Responden No
Nilai WTA Rppohontahun
Frekuensi Orang
Jumlah Responden Orang
1 2.400,00 2
2 2 3.650,00
1 3
3 3.900,00 1
4 4 4.150,00
2 6
5 4.650,00 4
10 6 4.900,00
7 17
7 5.150,00 6
23 8 5.400,00
8 31
9 5.650,00 4
35 10 5.900,00
8 43
Total 43 43
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Gambar 22. Dugaan Kurva Tawaran WTA Responden 5. Menentukan Total WTA Agregating Data
Hasil perhitungan WTA total dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTA Kelompok Tani Karya Muda II sebesar
Rp 217.450,00 per pohon per tahun.
Tabel 13. Total WTA TWTA Responden
No Nilai WTA
Rppohontahun Frekuensi
Orang Jumlah WTA
Rppohontahun 1 2.400,00
2 4.800,00
2 3.650,00 1
3.650,00 3 3.900,00
1 3.900,00
4 4.150,00 2
8.300,00 5 4.650,00
4 18.600,00
6 4.900,00 7
34.300,00 7 5.150,00
6 30.900,00
8 5.400,00 8
43.200,00 9 5.650,00
4 22.600,00
10 5.900,00 8
47.200,00
Total 43 21.7450,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
2 3
4 6
10 17
23 31
35 43
Jumlah Responden Orang W
T A
R p
poh on
t a
h un
WTA
Lokasi model penyedia jasa lingkungan mempunyai luas lahan sebesar 25 ha dengan tiap ha lahan ditumbuhi pohon berjumlah 500 pohon, sehingga untuk 25
ha terdapat 12.500 pohon. Hasil perhitungan terhadap TWTA responden diperoleh nilai sebesar Rp 217.450,00 per pohon per tahun. Mengacu pada
jumlah pohon yang terdapat di lokasi penyedia jasa lingkungan, maka diperoleh nilai sebesar Rp 2.718.125.000,00. Nilai tersebut merupakan nilai total kesediaan
Kelompok Tani Karya Muda II untuk menerima kompensasi terhadap upaya konservasi yang harus dilakukan.
6. Evaluasi Pelaksanaan
CVM
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh nilai R
2
sebesar 89. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai
R
2
hingga 15 Mitchell dan Carson, 1989 dalam Garrod dan Willis, 1999. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian mengenai WTA ini
dapat diyakini kebenarannya atau keandalannya reliable.
8.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness To Accept