barang lingkungan yang lain. Kelebihan metode ini adalah memberikan semacam stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai
maksimum atau nilai minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar.
5. Referendum
Metode yang menggunakan sebuah alat pembayaran yang disarankan kepada responden, baik responden tersebut setuju maupun tidak setuju yatidak. Setiap
jawaban yang diberikan harus dianalisis dengan menggunakan teknik respon biner.
Selain keempat metode tersebut, terdapat pula metode bertanya Contingent
Ranking . Dengan metode ini responden tidak ditanya secara langsung berapa nilai
yang ingin dibayarkan atau diterima, tetapi responden diberi pilihan rangking dari kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda dengan nilai moneter yang berbeda.
Responden diminta mengurut beberapa pilihan dari yang paling disukai. Metode ini menggunakan skala ordinal sehingga diperlukan pengetahuan statistik yang sangat
baik dan jumlah sampel yang besar.
3.1.3. Langkah-Langkah untuk Mengetahui Nilai Willingness to Accept
Masyarakat
Nilai WTA masyarakat dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan CVM terdiri dari enam tahap pekerjaan
Hanley and Spash, 1993, yaitu:
1. Membangun Pasar Hipotetis
Pasar hipotetis dalam penelitian ini dibangun atas dasar rendahnya nilai kompensasi yang dibayarkan dalam mekanisme PJL bila dibandingkan dengan
nilai fungsi jasa lingkungan akibat adanya usaha konservasi yang dilakukan masyarakat. Pengelola DAS Cidanau telah menerapkan mekanisme PJL terhitung
sejak tahun 2005 di Desa Citaman. Mekanisme ini bertujuan untuk menjaga fungsi DAS Cidanau, terutama fungsinya dalam menjamin ketersediaan air.
Konsekuensi dari tujuan tersebut, masyarakat diharuskan untuk melakukan upaya konservasi terhadap pohon yang berada di atas lahan miliknya. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas hal tersebut, masyarakat mendapatkan dana kompensasi sebesar Rp 1.200.000,00 per ha per tahun atau setara dengan Rp
2.400,00 per pohon per tahun mengacu pada persyaratan persyaratan program PJL, bahwa lahan masyarakat yang berhak menerima PJL memiliki jumlah
tanaman tidak kurang dari 500 batang pohon pada tahun pertama. Nilai kompensasi tersebut dirasa terlalu rendah dan tidak mewakili keinginan seluruh
masyarakat karena dalam proses penetapannya masyarakat hanya diwakili oleh tokoh setempat bukan didasarkan atas keinginan masyarakat. Kondisi ini
dikhawatirkan dapat memicu keinginan masyarakat untuk kembali pada pola kehidupan mereka sebelumnya yang berpotensi mengancam kelestarian hutan
sepanjang DAS Cidanau. Oleh karena itu, kebijakan peningkatkan nilai kompensasi yang didasarkan pada keinginan masyarakat menjadi penting untuk
dilakukan dalam rangka pengelolaan DAS Cidanau yang lebih baik. Selanjutnya, pasar hipotetis dibentuk dalam skenario sebagai berikut,
Skenario:
Agar pengelolaan DAS Cidanau lebih baik, akan diajukan suatu kebijakan baru untuk meningkatkan dana kompensasi pembayaran jasa
lingkungan berdasarkan keinginan masyarakat dengan persyaratan bahwa masyarakat harus meningkatkan upaya konservasi terhadap lahan
mereka di lokasi model penyedia jasa lingkungan. Kebijakan ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan insentif masyarakat dalam usaha
mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi model penyedia
jasa lingkungan. Sehubungan dengan hal itu akan ditanyakan apakah masyarakat bersedia untuk menerima kebijakan tersebut dan berapa
besar dana kompensasi yang sebenarnya bersedia diterima masyarakat. 2. Memperoleh
Nilai Tawaran
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode referendum tertutup dishotomous choice. Metode ini dipilih karena dapat memudahkan
pengklasifikasian responden yang memiliki kecenderungan bersedia menerima pembayaran jasa lingkungan dengan yang tidak bersedia, sehingga dari
kemungkinan jawaban “ya” untuk setiap nilai yang diberikan dapat diestimasi.
3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA Estimating Mean WTA