Besi Fe Seng Zn

16 sulfat. Pada pH 9 nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida dan karbonat, dan selanjutnya mengalami presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut Moore, 1991. Secara umum nikel di perairan merupakan unsur yang bersifat nonkonservatif, akan tetapi menunjukan sifat konservatif di muara sungai Chester, 1993. Sumber utama nikel berasal dari pengikisan batuan yang ada di sungai Bryan, 1976. Nikel di muara sungai menunjukan konsetrasi yang semakin meningkat dengan peningkatan kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi terjadi karena proses desorpsi dari partikel- partikel yang ada di muara sungai dan proses resuspensi. Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mgliter Effendi, 2003; sedangkan pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007 mgliter McNeely et al., 1979. Untuk melindungi kehidupan organisme di akuatik, kadar nikel sebaiknya tidak lebih melebihi 0,025 mgliter Effendi, 2003. Nikel termasuk unsur yang memiliki toksisitas rendah. Nilai LC 50 nikel terhadap beberapa jenis ikan air tawar dan ikan air laut berkisar 1 – 100 mgliter. Urutan toksisitas beberapa logam dari yang sangat rendah sampai yang sangat tinggi berturut-turut adalah SnNiPbCrCoCdZnCuAgHg Moore, 1991.

2.5.2. Besi Fe

Besi dalam perairan merupakan salah satu jenis trace metals Chester, 1993. Konsentrasi besi Fe terlarut yang terdapat dalam di perairan alami tidak tercemar sekitar 0,00004 ppm Chester, 1993. Konsentrasi besi di muara sungai tercatat lebih besar, disebabkan adanya kontribusi unsur besi yang ditrasportasikan melalui sistem sungai yang bermuara di teluk. Di daerah muara, besi merupakan unsur yang bersifat konservatif Chester, 1993. Konsetrasinya secara umum menunjukan penurunan seiring peningkatan salinitas. Chester 1993 menggambarkan pola sebaran besi terlarut menurut salinitas membentuk kurva eksponensial negatif dengan konsentrasi besi di air sungai lebih dominan daripada di muara dan laut. Pada salinitas tinggi, terjadi proses flokulasi besi yang dapat menyebabkan besi terkoagulasi Chester, 1993, 17 dan selanjutnya akan menyebabkan besi terpartikulasi sehingga konsentrasi besi terlarut pada muara sungai dan laut akan berkurang.

2.5.3. Seng Zn

Seng zinc termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam. Kadar seng pada kerak bumi sekitar 70 mgkg Effendi, 2003. Kelarutan unsur seng dan oksida seng dalam air relatif rendah. Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah terlarut, sehingga kadar seng dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Ion seng mudah terserap ke dalam sedimen dan tanah. Silika terlarut dapat meningkatkan kadar seng, karena silika mengikat seng. Jika perairan bersifat asam, kelarutan seng meningkat. Kadar seng pada perairan alami 0,05 mgliter Moore, 1990; pada perairan asam mencapai 50 mgliter; dan pada perairan laut 0,01 mgliter McNeely et al., 1979. Sumber utama seng adalah calamine ZnCO 3 , sphalerite ZnS, smithsonite ZnCo 3 , dan wilemite Zn 2 SiO 4 Effendi, 2003. Seng banyak digunakan dalam industri besi, baja, cat, karet, tekstil, kertas, dan bubur kertas. Seng termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, yakni berfungsi untuk membantu kerja enzim. Seng juga diperlukan dalam proses fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam pembentukan protein. Davis dan Cornwell 1991 mengemukakan bahwa seng tidak bersifat toksik bagi manusia, akan tetapi pada kadar yang tinggi dapat menimbulkan rasa pada air. Toksisistas seng menurun seiring dengan meningkatnya kesadahan dan meningkat dengan meningkatnya suhu dan menurunnya oksigen terlarut. Toksisitas seng bagi organisme akuatik alga, avertebrata, dan ikan sangat bervariasi, 1 mgliter hingga 100 mgliter. Bersama-sama dengan K, Mg dan Cd, seng bersifat aditif. Toksisitasnya merupakan penjumlahan dari masing-masing logam Effendi, 2003. Toksisitas seng dan copper bersifat sinergetik, yaitu mengalami peningkatan, lebih toksik daripada penjumlahan keduanya.

2.5.4. Kromium Cr