Hasil Analisis Mutu Air Beban Pencemaran

70 Gambar 33 Nikel pada stasiun pemantauan di laut.

5.4. Hasil Analisis Mutu Air

Dengan menggunakan Moteda STORET, seperti tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003, berikut ini ditampilkan rekapitulasi hasil pada hitungan Indeks STORET tiap stasiun pada Tabel 7. Hasil analisis storet dari 12 stasiun pengukuran, terdapat 1 stasiun tergolong tercemar ringan yaitu stasiun 4 Sungai Kumoro, sedangkan stasiun yang termasuk kategori sedang sebanyak 11 stasiun yakni; stasiun 1 Sungai Huko-huko, 2 Sungai Pelambua, 5 Dermaga Pomalaa dan stasiun 7 Dermaga Slag Dawi-dawi. 6 Galangan Kapal, 8 Laut Pomalaa, 9 Laut Tambea, 10 Laut Latumbi, 11 Laut Sopura dan 12 Laut Tanjung Leppe, dan terdapat 1 stasiun tergolong tercemar berat yaitu stasiun 3 Outlet Pabrik. Banyaknya lokasistasiun pengamatan yang tergolong tercemar sedang menggambarkan betapa tingginya aktivitas buangan limbah dan semakin kritisnya wilayah perairan Pomalaa. Secara grafis status perairan lokasi pertambangan ditampilkan pada Gambar 34. 71 Tabel 7 Rekapitulasi skor indeks STORET dan status mutu air Stasiun Skor Status mutu air 1 Sungai Huko-Huko - 12 tercemar sedang 2 Sungai Pelambua - 10 tercemar ringan 3 Outlet Pabrik - 49 tercemar berat 4 Sungai Komuro - 23 tercemar sedang 5 Dermaga Pomalaa - 21 tercemar sedang 6 Galangan Kapal - 20 tercemar sedang 7 Dermaga Slag Dawi-dawi - 21 tercemar sedang 8 Laut Pomalaa - 19 tercemar sedang 9 Laut Tambea - 19 tercemar sedang 10 Laut Latumbi - 15 tercemar sedang 11 Laut Sopura - 17 tercemar sedang 12 Laut Tanjung Leppe - 17 tercemar sedang Gambar 34 Status pencemaran stasiun pengukuran selama penelitian. 72

5.5. Beban Pencemaran

Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat risiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan teknologi tinggi, padat modal, dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari beberapa sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai daya ubah lingkungan yang besar, sehingga memerlukan perencanaan total yang matang sejak tahap awal sampai pasca tambang. Beban pencemaran dihitung berdasarkan perkalian antara debit air sungai dengan konsentrasi parameter kualitas air yang diteliti. Secara umum beban pencemar yang masuk pada perairan pesisir lokasi pertambangan terdiri dari 4 sumber utama yaitu terdiri dari 3 sungai besar Sungai Huko-huko, Sungai Pelambua, Sungai Komoro dan satu outlet pabrik. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, besarnya beban pencemar yang masuk ke perairan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara ditampilkan pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8, TSS merupakan bahan pencemar tertinggi konsentrasinya yang masuk ke perairan yang mencapai 2.612,80 tonbulan. Kontribusi TSS tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 731.02 tonbulan. Hal ini diduga sebagai akibat dari tidak maksimalnya fungsi dari IPAL pada pabrik pengolahan nikel. Sementara kontribusi tertinggi kedua terdapat pada stasiun 4 Sungai Kumoro. Tingginya TSS pada sungai ini merupakan konsekuensi logis adanya kegiatan pembukaan lahan yang sangat masif pada wilayah-wilayah yang menjadi target eksploitasi. Lahan yang semula bervegetasi, setelah dilakukan eksploitasi menjadi areal yang terbuka tanpa vegetasi. Selain itu, khusus cekdam-cekdam yang berada pada wilayah tambang tengah memanfaatkan sungai ini sebagai saluran penghubungnya dengan laut. Keadaan ini apabila didukung dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan laju erosi semakin tinggi pula sehingga sedimen yang terbawa bersama run-off semakin tinggi pula. Untuk BOD 5 menempati urutan kedua dalam memberikan kontribusi terbesar dalam beban pencemaran yaitu sebesar 291,9 tonbulan. Parameter ini menggambarkan jumlah bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba untuk mendekomposisi bahan 73 organik. Pada parameter ini, stasiun 3 memberikan kontribusi yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan stasiun yang lain yaitu sebesar 223,8 tonbulan. Hal ini diduga disebabkan oleh banyaknya kandungan bahan organik berupa minyakoli mesin yang terbawa bersama air pendingin mesi-mesin pembangkit dan air pendingin slag. Hasil penentuan BOD 5 dapat memberikan gambaran keberadaankandungan pencemar dari golongan bahan organik. Tabel 8 Beban pencemaran perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa No Parameter Satuan Beban Pencemaran tonbulan Total BP I II III IV 1 TSS mgl 1.270,87 19,84 731,02 591,08 2.612,80 2 BOD 5 mgl 39,56 1,31 223,8 27,26 291,88 3 Nitrat mgl 7,92 0,31 3,74 5,16 17,12 4 NH 3 -N mgl 0,05 0,01 0,06 0,03 0,14 5 Besi Fe mgl 1,42 0,05 0,82 1,33 3,62 6 Seng Zn mgl 0,02 0,001 0,36 0,013 0,39 7 Khrom Cr mgl 0.99 0,03 0,57 0,30 1,89 8 Timbal Pb mgl 0,33 0,03 0,38 0,24 0,97 9 Nikel Ni mgl 0,07 0,004 1,04 0,54 1,66 Beban limbah yang berasal dari golongan nutrient yaitu nitrat sebesar 17,1 tonbulan dan amoniak sebesar 0,14 tonbulan. Kontribusi terbesar berasal dari stasiun 3. Hal ini diduga sebagai akibat tingginya kandungan minyak yang berasal dari sisa aktivitas mesin-mesin pembangkit yang terbawa bersama air pendingin mesin. Selain itu, juga diduga sebagai akibat masuknya limbah-limbah domestik yaitu karbohidrat, lemak dan protein yang berasal dari rumah tangga sekitar lokasi tambang. Penguraian nutrisi lemak dan protein akan menghasilkan amoniak dan nitrat. Parameter logam berat yang memberikan kontribusi paling besar terhadap beban pecemaran adalah besi sebesar 3,6 tonbulan. Kontribusi tertinggi disumbang oleh Sungai Huko-huko sebesar 1,4 tonbulan dan Sungai Kumoro yaitu sebesar 1,333 tonbulan. Untuk Sungai Kumoro, tingginya konsentrasi besi diduga disebabkan oleh pemanfaatan sungai tersebut sebagai saluran pembuangan limbah cair yang berasal dari rumah sakit aneka tambang. Disamping itu, sungai tersebut juga berhubungan langsung dengan saluran drainase bengkel yang berfungsi sebagai tempat reparasi dan perbaikan mesin-mesin dan atau kendaraan- 74 kendaraan operasional pertambangan. Selain itu, tempat tersebut juga menjadi tempat penampungan bangkai-bangkai kendaraan yang sudah tidak terpakai dan dalam kondisi berkarat, sehingga kuat dugaan, tingginya kandungan besi pada Sungai Kumoro disebabkan oleh hal tersebut. Beban pencemaran untuk nikel sebesar 1,66 tonbulan dengan kontribusi terbesar yaitu berasal dari stasiun 3 sebesar 1,04 tonbulan. Tingginya konsentrasi beban pencemar nikel pada stasiun ini diduga berasal dari sisa-sisa slag yang terlarut bersama air pendingin slag dan kemudian masuk ke perairan.

5.6. Kapasitas Asimilasi