66
5.3.3. Khrom Cr
Kromium tidak pernah ditemukan di alam sebagai logam murni. Sumber utama kromium sangat sedikit, yaitu batuan chromite FeCr
2
O
4
dan mic oxide Cr
3
O
3
Novotny dan Olem, 1994 in Effendi, 2003. Dalam penelitian ini, konsentrasi khrom yang ditemukan berada pada kisaran 0,023 mgl – 0,082 mgl,
seperti tampak pada Gambar 28. Pada stasiun 3 outlet pabrik khrom yang ditemukan telah melebihi ambang batas baku mutu Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran yang ditentukan yaitu 0,05 mgl.
Gambar 28 Total khrom pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik.
5.3.4. Khrom Heksavalen Cr
+6
Khromium Cr termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mgl Effendi, 2003.
Dalam penelitian ini, kromium yang ditemukan adalah kromium heksavalen Cr
+6
. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi 2003 yang menyatakan bahwa kromium yang ditemukan di perairan adalah kromium trivalen Cr
+3
dan kromium heksavalen Cr
+6
; namun, pada perairan yang memiliki pH kurang dari 5, kromium kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila masuk di perairan,
kromium trivalent akan dioksidasi menjadi kromium heksavalen. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan konsentrasi
kromium heksavalen yang cukup variatif pada tiap stasiun sebagaimana terlihat pada Gambar 29. Dari hasil penelitian, konsentrasi khrom yang melebihi baku
67 mutu Kepmen-LH No. 51 Tahun 2004 terdapat pada stasiun 6, 9, 10, 11 dan
stasiun 12. Konsentrasi tertinggi ditemukan pada stasiun 12 Tanjung Leppe dengan konsentrasi 0,016 mgl.
Gambar 29 Khrom heksavalen pada stasiun pemantauan di laut.
5.3.5. Timbal Pb
Logam ini dapat bersifat racun dan mengakibatkan anemia, sakit ginjal, kerusakan sistem saraf serta merusak kehidupan binatang. Logam ini berada
dalam darah dapat bereaksi dengan reaktif terhadap oksigen dan membentuk senyawa PbO yang sangat tidak dibutuhkan oleh hemoglobin darah.
Konsentrasi Pb pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik berada pada kisaran 0,014 mgl – 0,038 mgl. Konsentrasi Pb terendah ditemukan
pada stasiun 1 Sungai Huko-huko. Sedangkan konsentasi tertinggi ditemukan pada stasiun 3 outlet pabrik sebesar 0,038 mgl Gambar 30. Tingginya
konsentrasi timbal pada stasiun ini diduga akibat dari sisa proses pembakaran di pabrik yang kemudian. Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, hanya stasiun 3 yang melewati ambang batasan maksimun konsentrasi timbal di perairan yaitu sebesar
0.03 mgl. Hasil pengukuran stasiun pangamatan di laut, konsentrasi timbal pada
stasiun 5 Dermaga Pomalaa, 6 Galangan Kapal, 7 Laut Pomalaa dan 8 Dermaga Slag Dawi-dawi telah melewati ambang batas maksimum Gambar
31. Keadaan ini diduga akibat posisi stasiun yang secara tegak lurus berhadapan
68 dengan lokasi pabrik dengan kondisi mesin-mesin disel yang beroperasi 24 jam
penuh. Akibatnya sisa-sisa pembakaran diduga ikut masuk ke perairan. Mengacu pada baku mutu Kepmen-LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk
biota laut yaitu sebesar 0,008 mgl, maka hanya stasiun 9 Laut Tambea, stasiun 10 Laut Latumbi, stasiun 11 Teluk Sopura dan stasiun 12 Laut Tanjung
Leppe yang masih dibawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan.
Gambar 30 Timbal pada stasiun pemantauan di sungai dan outlet pabrik.
Gambar 31 Timbal pada stasiun pengamatan di laut.
5.3.6. Nikel Ni