15 dipengaruhi pertumbuhan, pengembangan dan kelangsungan hidup organisme
Duruibe et al., 2007. Logam-logam berat pada dasarnya hasil dari proses pengolahan mineral bijih Peplow, 1999. Pencemaran logam berat permukaan dan
air bawah tanah merupakan hasil sumber dari polusi tanah meningkat akibat dari penambangan bijih yang dibuang ditempat permukaan untuk penutupan permukaan
galian Garbarino et al., 1995.
2.5.1. Nikel Ni
Nikel Ni pada kerak bumi sekitar 75 mgkg Moore, 1991. Nikel merupakan elemen transisi yang dapat menghambat campuran logam feros dan
fros. Kelimpahan nikel pada kulit bumi berada pada urutan ke 21 yaitu sebesar 0,02, dan pada air laut berada pada urutan ke-40 yaitu diperkirakan mengandung
540 mgm³. Nikel ditemukan di alam dalam dua bentuk bijih yang dapat diekplorasi yaitu bijih sulfida dan bijih laterik. Bijih sulfida mengandung 1-3 Nikel. Bijih
laterik ditemukan dalam dua bentuk senyawa, yaitu oksida dan silikat Alam Z, 2003.
Logam nikel murni tidak ditemukan di alam, tetapi dihasilkan dari proses pemisahan yang cukup rumit di dalam industri Parker, 1987. Nikel yang terdapat
dalam sistem akuatik berada alam bentuk garam terlarut, padatan tersuspensi, dan membentuk kombinasi dengan bahan organik yang berasal dari sumber-sumber
biologi. Nikel juga terdapat dalam sedimen dan biota perairan. Kebanyakan dari garam nikel umumnya relatif mudah larut dan masuk ke dalam badan air sebagai
hasil pelindian alamiah dari bijih logam dan tanah. Pembentukan nikel yang terlokalisasi dalam air mungkin juga akibat dari proses-proses industri seperti
peleburan, pelapisan, dan manufaktur atau dari pembakar dan penambangan minyak bumi. Dalam tubuh makhluk hidup perairan terutama alga dan bakteri,
logam nikel berperan penting dalam mengkatalisis reaksi pembentukan urea dan hidrogen.
Kadar nikel Ni pada kerak bumi sekitar 75 mgkg Moore, 1991. Pada proses pelapukan, nikel membentuk mineral hidrolisat yang tidak larut. Di perairan
nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-garam nikel misalnya nikel amonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam air. Pada kondisi aerob dan
pH 9, nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida, karbonat, dan
16 sulfat. Pada pH 9 nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida dan
karbonat, dan selanjutnya mengalami presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut Moore, 1991.
Secara umum nikel di perairan merupakan unsur yang bersifat nonkonservatif, akan tetapi menunjukan sifat konservatif di muara sungai Chester,
1993. Sumber utama nikel berasal dari pengikisan batuan yang ada di sungai Bryan, 1976. Nikel di muara sungai menunjukan konsetrasi yang semakin
meningkat dengan peningkatan kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi terjadi karena proses desorpsi dari partikel-
partikel yang ada di muara sungai dan proses resuspensi. Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mgliter Effendi, 2003; sedangkan pada perairan
laut berkisar antara 0,005 – 0,007 mgliter McNeely et al., 1979. Untuk melindungi kehidupan organisme di akuatik, kadar nikel sebaiknya tidak lebih
melebihi 0,025 mgliter Effendi, 2003. Nikel termasuk unsur yang memiliki toksisitas rendah. Nilai LC
50
nikel terhadap beberapa jenis ikan air tawar dan ikan air laut berkisar 1 – 100 mgliter. Urutan toksisitas beberapa logam dari yang
sangat rendah sampai yang sangat tinggi berturut-turut adalah SnNiPbCrCoCdZnCuAgHg Moore, 1991.
2.5.2. Besi Fe