Perilaku Pasar HASIL DAN PEMBAHASAN

66 penyimpanan serta untuk memenuhi kebutuhan petani dan usahatani selanjutnya. Harga jual jagung kering pipil di tingkat petani responden rata-rata sebesar Rp 161.600 per kuintal. Sedangkan harga jual jagung yang terjadi pada lembaga pemasaran yaitu pedagang besar rata-rata sebesar Rp 330.000 per kuintal kering pipil. 6.3.2. Praktek penjualan dan pembelian. Kegiatan usahatani jagung di daerah penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang petani yang membentuk suatu kelompok tani. Akan tetapi, kegiatan yang dilakukan oleh petani secara kelompok masih terbatas pada kegiatan informasi teknologi budidaya saja. Sedangkan kegiatan pemasaran jagung masih dilakukan secara perorangan, yaitu petani menjual jagung belum dilakukan secara berkelompok pada satu lembaga pemasaran. Hal ini dikarenakan petani terbentur dengan adanya kebutuhan yang mendesak yaitu diantaranya untuk kebutuhan usahatani selanjutnya. Selain itu dikarenakan penjualan dilakukan tidak berkelompok serta informasi pasar yang terbatas, sehingga seringkali petani dihadapkan juga dengan permainan harga yang ditawarkan oleh beberapa lembaga pemasaran pedagang jagung yang datang langsung ke lahan dan rumah masing- masing petani. Artinya, pedagang dalam menentukan harga beli yaitu sangat rendah dibandingkan lembaga pemasaran lainnya dengan berbagai alasan biaya pemasaran. Berdasarkan hal tersebut, petani pada akhirnya melakukan penjualan hasil panen jagungnya pada pedagang yang berani memberikan penawaran harga jagung tertinggi. Kegiatan penjualan jagung yang dilakukan oleh petani kepada pedagang baik tengkulak, makelar, maupun pedagang besar dalam bentuk kering panen beserta tongkolnya. Penjualan dilakukan langsung dengan sistim pembayaran tunai di lahan jagung petani rata-rata Rp 161.600 per kuintal. Pada tingkat lembaga pemasaran jagung, makelar melakukan kegiatan penjualan jagung seluruhnya dalam bentuk kering pipil pada pedagang besar. Tengkulak melakukan kegiatan penjualan jagung seluruhnya dalam bentuk kering panen beserta tongkol kepada pedagang besar. Dari semua jagung yang dibeli pada petani, makelar dan 67 tengkulak kemudian di jual oleh pedagang besar dalam bentuk kering pipil kadar air 14 persen dengan konfersi yaitu 70 persen. Pedagang besar sebagai pengumpul jagung yang akan memasarkan jagungnya pada konsumen pabrik yaitu pengusaha pakan ternak di luar Pulau Lombok Bali, melakukan kegiatan pembelian jagung dari makelar, tengkulak, dan petani jagung di sekitar wilayah kerjanya. Produk jagung yang dibeli oleh pedagang besar pada petani dan tengkulak rata-rata dalam bentuk kering panen beserta tongkolnya. Berbeda dengan produk jagung yang di beli pada makelar, rata-rata dalam bentuk jagung kering pipil. Dalam memperoleh produk yang akan dipasarkan, makelar rata-rata merasakan adanya kemudahan dalam memperoleh jagung untuk usahanya yang produknya bersumber dari petani. Sedangkan tengkulak seringkali merasakan adanya kesulitan dalam memperoleh jagung dari petani. Hal ini dikarenakan tengkulak kalah bersaing dalam hal modal untuk pembelian jagung dengan para makelar. Rata-rata makelar memperoleh pinjaman modal pembelian dari pedagang besar yang merupakan bos atau tempat makelar akan memasarkan jagungnya. Sama halnya dengan makelar, pedagang besar juga merasakan kemudahan dalam memperoleh jagung untuk di jual kembali kepada pedagang selanjutnya yaitu rata-rata pada pengusaha pakan ternak di Bali. 6.3.3. Sistem jaringan kerjasama antar lembaga pemasaran. Kegiatan perdagangan jagung tidak terlepas dari kegiatan yang dilakukan sejak awal penanaman dan budidaya jagung, hingga pemasaran jagung di Provinsi NTB. Kegiatan awal penanaman dan budidaya dilakukan oleh petani, sedangkan pemasaran jagung melibatkan lembaga pemasaran. Rata-rata petani responden menjadi petani jagung produsen dikarenakan melanjutkan usaha yang sudah dijalankan oleh orangtua sebelumnya. Sehingga faktor modal yang merupakan kendala utama petani tidak terlalu menjadi kendala bagi petani responden. Hal ini dikarenakan biaya yang digunakan dalam kegiatan usahatani yang terdiri dari biaya pembelian input dan tenaga kerja diantaranya sumber pembiayaan berasal dari hasil kegiatan usahatani sebelumnya. Sedangkan biaya lainnya seperti pembelian pestisida herbisida dikarenakan serangan hama dan input lainnya 68 diusahakan dari upah buruh tani maupun kegiatan sampingan petani seperti dagang maupun dari hasil ternak. Petani merupakan bagian dari kelompok tani yang melakukan kerjasamanya hanya pada pelaksanaan kegiatan budidaya jagung saja yaitu penerapan rekomendasi teknologi budidaya, sedangkan kegiatan pemasaran jagung ternyata belum dapat difasilitasi secara berkelompok. Adapun praktek kerjasama antara petani dengan lembaga pemasaran yang terbentuk di daerah penelitian hanya sebatas pada informasi harga yang itupun sifatnya kurang terbuka tidak transparan dari pihak pedagang. Maksudnya adalah tidak semua petani jagung mengetahui kondisi jenis produk jagung dengan harga yang berlaku di pasar. Petani responden di daerah penelitian dalam hal mencaritau harga yang berkembang, sangat tergantung pada makelar, tengkulak, serta pedagang besar yang melakukan penawaran harga jagung pada petani. Meskipun pada prakteknya terjadi kegiatan tawar menawar yang dilakukan oleh petani dengan tengkulak, makelar dan pedagang besar dengan menggunakan patokan harga jual jagung pada tahun sebelumnya dan pada musim tanam yang sama, akan tetapi petani harus puas dengan harga yang diberikan oleh pedagang selaku pembeli. Tengkulak, makelar dan pedagang besar memiliki ketergantung jaringan kerjasama pemasaran dengan pedagang di level berikutnya yaitu terhadap penentuan harga jual, dan pada level di bawahnya yaitu berupa ketersediaan bahan bakuproduk. Pada tingkat makelar dan pedagang besar, jaringan kerjasama pemasaran yang terjalin yaitu kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama tersebut berupa adanya kesepakatanperjanjian harga beli jagung oleh pedagang besar pada makelar sesuai standar mutu produk yang di tentukan oleh pedagang besar. Kesepakatan tersebut sudah berjalan sejak awal kerjasama. Pedagang besar juga memberikan kemudahan pada makelar, yaitu dengan memberikan modal berupa uang untuk membeli jagung pada petani sesuai kesepakatan harga dari pedagang besar. Untuk memudahkan proses kontrol produk jagung pipil, pedagang besar juga memberikan bantuan fasilitas gudang penyimpanan, pemipilan, dan lantai jemur yang diperhitung menjadi biaya proses pasca panen. Berdasarkan hal tersebut, di satu sisi pedagang besar dipermudah 69 dalam memperoleh produk yang diinginkan, dan di sisi lainnya makelar juga dipermudah dan memiliki jaminan pemasaran dari kegiatan usahanya yaitu menjual jagung. Selain lembaga pemasaran yang ada makelar, tengkulak, dan pedagang besar, di lokasi penelitian juga terdapat satu lembaga pemasaran komoditi pertanian yang pemasarannya memanfaatkan teknologi internet dengan sistim kontrak lelang. Produk yang dibeli berupa jagung kering pipil dengan kadar air 15-14 persen. Pemasaran online hasil pertanian ini di lakukan oleh sebuah perusahaan bernama iPasar, yang memiliki kantor cabang di Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur. Keberadaan lembaga pemasaran ini ternyata kurang mendapatkan respon positif dari para petani. Hal ini dikarenakan kurangnya komitmen kerjasama antara iPasar dengan petani dalam sistim pemasaran, terutama komitmen penetapan harga. Pada awal penanaman jagung, lembaga ini menjanjikan suatu kerjasama dalam hal pembelian hasil jagung petani dengan harga yang tinggi. Setelah melakukan kesepakatan, ternyata harga yang disepakati tidak di penuhi dengan alasan harga yang berlaku di pasar domestik dalam posisi tidak stabil bahkan turun. Harga yang diinformasikan tersebut berada di bawah harga yang diberikan oleh pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan hal tersebut, perlu perbaikan komitmen kerjasama antara iPasar dengan petani. terutama penetapan informasi harga.

6.4. Kinerja Pasar

Kinerja pasar digunakan untuk melihat sejauh mana struktur pasar dan tingkah laku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditas. Kinerja pasar merupakan keragaan pasar dalam pemasaran jagung yang dalam penelitian ini, dianalisis dengan menghitung marjin pemasaran dan farmer’s share petani jagung, serta integrasi pasar. 6.4.1. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat efisien pemasaran jagung pada di daerah penelitian. Besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran tergantung pada panjang pendeknya saluran 70 pemasaran dan aktivitas yang berlangsung selama kegiatan pemasaran, serta besarnya keuntungan yang diharapkan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Analisis marjin pemasaran dilakukan pada tiga saluran pemasaran yang terbentuk yaitu saluran satu yang pemasarannya dimulai dari petani kepada pedagang I makelar, kemudian kepada pedagang besar dan berakhir pada konsumen pabrik. Pada saluran ke dua, yaitu pemasaran jagung petani langsung kepada pedagang besar sebagai pedagang antar pulau, kemudian pada konsumen. Sedangkan pada saluran ke tiga yaitu pemasaran jagung petani kepada pedagang II tengkulak, kemudian dipasarkan kembali pada pedagang besar, selanjutnya pada konsumen pabrik. Hasil analisis marjin pemasaran jagung secara lengkap disajikan pada Tabel 10. a. Saluran I Berdasarkan saluran pemasaran jagung pada Gambar 6, saluran pemasaran satu dimulai dari petani sebagai produsen jagung yang memasarkan jagungnya kepada pedagang I makelar, kemudian memasarkannya lagi kepada pedagang besar dan akhirnya pada konsumen pabrik. Produk yang dipasarkan adalah sama di antara lembaga pemasaran pada tingkat pedagang I makelar dengan pedagang besar yaitu berupa jagung kering pipil, sedangkan petani menjualnya dalam bentuk jagung kering panen. Berdasarkan hasil penelitian, menjelaskan bahwa pedagang I makelar membeli jagung petani dengan harga rata-rata Rp 1.135 per kg kering panen rata-rata Rp 1.621,43 per kg kering pipil. Kemudian pedagang I makelar menjualnya pada pedagang besar dengan harga rata-rata sebesar Rp 2.180 per kg kering pipil. Dengan demikian, dalam 1 kg jagung kering panen setara dengan 0,7 kg jagung kering pipil. Marjin pemasaran jagung yang diperoleh sebesar Rp 558,57 per kg. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat nilai tambah proses pengolahan jagung kering panen dari petani menjadi jagung kering pipil di tingkat makelar sebesar Rp 219,33 per kg kering pipil dengan keuntungan sebesar Rp 339,24 per kg kering pipil. Nilai tambah tersebut diperoleh dari adanya fungsi 71 pembelian dan penjualan, fungsi transportasi, penyimpanan, pengemasan dan pengolahan. Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk setiap lembaga pemasaran berbeda satu sama lainnya. Biaya pemasaran jagung yang dikeluarkan oleh makelar rata-rata sebesar Rp 219,33 per kg yang terdiri dari beberapa komponen biaya pemasaran antara lain yaitu biaya pengemasan, biaya pengangkutan transportasi, biaya sewa lantai jemur, biaya gudang penyimpanan, serta biaya pemipilan. Ke tiga komponen terakhir merupakan biaya paket yang diberikan oleh pedagang besar kepada makelar sebagai bentuk ikatan kerjasama antara makelar dengan pedagang besar. Hal ini dikarenakan pedagang besar membeli jagung pada makelar dalam bentuk jagung kering pipil dengan kadar air 18-14 persen. Biaya pengemasan merupakan biaya karung yang digunakan untuk membawa jagung kering panen dari lahan petani ke gudang tempat makelar melakukan proses selanjutnya. Besarnya biaya pengemasan jagung yang dikeluarkan makelar rata-rata sebesar Rp 13,33 per kg 6,08 persen dari total biaya pemasaran. Besarnya penggunaan biaya karung dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi jagung yang dibeli makelar pada maing-masing petani. Dimana jagung yang dihasilkan petani dalam satu karung mampu memuat rata- rata 75 kg. Transportasi merupakan hal yang dibutuhkan oleh makelar untuk memindahkan jagung yang dibelinya pada petani menuju gudang penyimpanan milik pedagang besar yang pada umumnya di panggil bos. Biaya pengangkutan transportasi yang dikeluarkan oleh makelar rata-rata sebesar Rp 5.600 per kuintal 25,53 persen dari total biaya pemasaran. Biaya ini mencakup biaya sewa kendaraan yaitu angkutan pedesaan maupun kendaraan lain seperti mobil bak terbuka pick up, serta biaya bongkar muat biaya menaikkan dan menurunkan barang dari angkutan setelah pembelian jagung dari petani ke pedagang besar dengan harga berkisar antara Rp 5000 – Rp 7000 per kuintal tergantung lokasi atau jarak pengangkutan. Biaya sewa lantai jemur, biaya sewa gudang penyimpanan, dan biaya pemipilan jagung merupakan paket biaya pengolahan yang diberikan oleh