12
2.2.2. Struktur, Perilaku dan Kinerja Pemasaran
Hukama 2003 dalam penelitiannya yaitu menganalisis pemasaran menggunakan pola pikir Structur-Conduct-Performance SCP analysis. Belum
efisiennya pemasaran, dikarenakan saluran pemasaran yang masih panjang serta banyaknya pelaku pasar yang terlibat. Adanya struktur pasar yang tidak sempurna
yaitu mengarah pada pasar oligopsoni dimana keluar masuk pasar masih mengalami hambatan besar. Selain itu masih adanya kecurangan yang terjadi yaitu
dengan mencampur produk bermutu super dengan bukan super, serta adanya pengurangan timbangan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan besar.
Disini petani ditempatkan sebagai penerima harga price taker berdasarkan analisis keterpaduan pasarnya. Hal ini dikarenakan pedagang besar masih
dominaan besar dalam menentukan harga, sehingga sebagian besar keuntungan masih dinikmati oleh pedagang.
Nambiro et al 2001 dalam penelitiannya mengenai struktur pasar dan perilaku industri benih jagung hibrida, menganalisis struktur pasar dari
konsentrasi pasar, diferensiasi produk, integrasi pasar, dan hambatan masuk dalam bisnis benih jagung hibrida. Sedangkan perilaku pasar dianalisis dari perilaku para
pelaku pasar dalam penetapan harga dan kegiatan promosi. Pasar jagung di Keya sebelum tahun 2001 adalah monopoli terhadap distribusi benih, namun setelah
tahun 2001 mulai berkurang yang dikarenakan munculnya beberapa pedagang benih jagung retail. Analisis struktur pasar menunjukkan bahwa distribusi harga
antara pedagang tidak merata, tidak adanya diferensiasi produk dan hambatan masuk pasar. Berdasarkan hal tersebut, struktur pasar jagung yang terjadi
adalah oligopolistik yang ditujukkan dengan pangsa pasar sebesar 61,67 persen. Selain itu, kurangnya kompetisi pasar yaitu adanya hambatan masuk pasar
seperti pembatasan kelembagaan dan modal awal yang tinggi. Walaupun tidak terdapat adanya kolusi dalam penentuan harga antar pelaku pasar, namun terdapat
perilaku pasar yang kurang baik untuk memperoleh keuntungan yaitu adanya ketidakmurnian benih pada beberapa benih jagung yang akhirnya akan
merugikan petani. Hobbs 1997; Bailey dan Hunnicutt 2002 menjelaskan bahwa adanya
tingkat kepercayaan dan kenyamanan terhadap pasar merupakan faktor yang
13 mempengaruhi dalam pemilihan pasar. Dalam memasarkan produknya, produsen
mempertimbangkan biaya transaksi yang dikeluarkan. Biaya transaksi tersebut antara lain adalah biaya informasi pada pembeli potensial, biaya negosiasi
langsung atau lelang, monitoring, dan biaya resiko. Hasil penelitian Natawidjaja 2001 menunjukkan bahwa pada saat terjadi
kenaikan harga di pasar konsumen, para pelaku tataniaga di sebagian besar provinsi penghasil beras utama nasional ternyata mampu meningkatkan marjin
keuntungan yang diterimanya. Hal ini dilakukan dengan cara yaitu menangguhkan kenaikan harga yang diterima konsumen pada harga yang seharusnya dibayarkan
kepada petani. Begitu pula sebaliknya, yaitu pada saat harga di tingkat konsumen sedang turun, maka pelaku tataniaga juga mampu menjaga tingkat marjin
keuntungan yang sudah diterimanya. Hal ini dilakukan dengan cara mempercepat penurunan harga beli pada petani sehingga risiko pasar dibebankan seluruhnya
pada petani. Penelitian integrasi pasar komoditi pangan yang dilakukan oleh Fadhla et
al 2008 bertujuan menganalisis integrasi pasar dan efisiensi pemasaran pada komoditi pangan dari aspek SCP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sisitim
pemasaran komoditi pangan tidak efisien, yang mana struktur pasarnya cenderung mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna. Begitu pula dengan integrasi
pasar yang terjadi masih sangat lemah. Hal ini dipengaruhi oleh panjangnya rantai pemasaran yang ada dan adanya praktek kolusi dalam penentuan harga, serta
faktor sosial politik yang tidak kondusif. Pengujian integrasi pasar yang dilakukan oleh Ravallion 1986 yaitu
untuk mengukur perbedaan harga produk pada suatu perdagangan. Model keterpaduan pasar tersebut digunakan untuk mengukur bagaimana harga pasar
produksi mampu dipengaruhi oleh harga pasar konsumsi. Kemudian untuk mengukur pengaruh harga pada suatu pasar terhadap harga pada pasar lainnya
digunakan model dari Ravallion 1986 yang kemudian dikembangkan oleh Heytens 1986 yaitu :
Pit = 1+b
1
P
it-1
+ b
2
P
t
- P
t-1
+ b
3
- b
1
P
t-1
+ b
4
X Dimana P
it
merupakan harga pada pasar i pada waktu t, dan P
t
merupakan harga pada pasar acuan pada waktu t, dan X merupakan faktor peubah lain misalnya
14 musim. Jika musim diantara ke dua pasar tersebut adalah sama, maka tidak perlu
memasukkan dummy untuk musim setempat.
2.2.3. Strategi Pemasaran Jagung
Strategi pemasaran jagung menurut Muhaeming 2011 dalam penelitiananya menjelaskan bahwa strategi pemasaran jagung di Kabupaten
Bantaeng didukung oleh kebijakan pemerintah berupa adanya jaminan harga dasar pembelian, perbaikan prasarana jalan desa, pengadaan resi gudang,
penyediaan sarana teknologi pengolahan hasil, penyediaan kredit perbankan, penerapan teknologi budidaya dan pascapanen, pencanangan sentra produksi
jagung. Hal ini antara lain dimaksudkan untuk mewujudkan Kabupaten Bantaeng sebagai daerah sentra produksi dan terminal pemasaran jagungbertaraf dunia yang
berbasis desa mandiri. Menurut Presetyo dan Mukson 2003 dalam penelitianya bahwa untuk
meningkatkan pemasaran khususnya produk pangan olahan, dilakukan strategi pemasaran meliputi :
a Strategi produk, yaitu kaitannya dengan kualitas produk yang dihasilkan baik
mutu bahan baku, proses produksi, syarat kesehatan, maupun pengemasannya. b
Strategi harga, yaitu berdasarkan segmen pasar tujuan. c
Strategi distribusi, yaitu menjaring kerjasamalink pemasaran sehingga informasi dan pelayanan pada konsumen dapat terbina dengan baik.
d Strategi promosi, yaitu memperkenalkan produknya pada konsumen. Pada
produk industri rumah tangga kegiatan ini belum banyak dilakukan dibandingkan industri besar. Hal ini dikarenakan hambatan pada biaya
promosi yang relatif besar, dan adanya jangkauan pasar yang belum luasterbatas.
Berdasarkan beberapa referensi tersebut, efisiennya sistim pemasaran dilihat melalui beberapa indikator dalam Structur-Conduct-Performance.
Penelitian efisiensi pemasaran jagung ini juga mencoba dengan menerapkan beberapa indikator pada struktur, perilaku, dan kinerja pasar jagung serta adanya
strategi pemasaran jagung yang dimungkinkan mampu meningkatkan efisiensi pemasaran.