Efisiensi Pemasaran Kerangka Pemikiran Konseptual

25 informasi yang lengkap dan rasional untuk digunakan dalam pengambilan keputusan perencanaan maupun kegiatan pemasaran selanjutnya. Dengan demikian, jika terjadi perubahan harga pada salah satu pasar maka akan menyebabkan perubahan pada pasar pengikutnya. Anilisis integrasi pasar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu integrasi horizontal dan vertikal Asmarantaka, 2009; Sudiyono, 2002. Integrasi horizontal termasuk integrasi pasar spasial, temporal, dan harga silang. Integrasi ini digunakan untuk melihat keterkaitan harga antar pasar yang terpisah secara geografis atau wilayah. Sedangkan integrasi vertikal digunakan untuk melihat keterkaitan hubungan suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam satu rantai pemasaran. integrasi ini terjadi antara pasar produsen dengan pasar konsumen. Model keterpaduan pasar menurut Ravallion 1986 dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga pasar produksi mampu dipengaruhi oleh harga pasar konsumsi. Untuk mengukur pengaruh pada harga suatu pasar oleh harga pada pasar lain akan diterapkan model dari Ravallion 1986 yang selanjutnya dikembangkan oleh Heytens 1986. Model dimulai dengan membangun lag bersebaran autoregresi Autoregresive Distributed Lag yaitu : P it – P it-1 = α i-1 P it-1 – P t-1 + β i0 P t – P t-1 + α i + β i0 + β it – 1P t-1 + α i X t + µ it … 1 Dimana : P it = Harga jagung pada pasar lokal ke-i pada waktu t P it -1 = Harga jagung pada pasar lokal ke-i pada waktu t-1 P t = Harga jagung pada pasar acuan ke-i pada waktu t P t-1 = Harga jagung pada pasar acuan ke-i pada waktu t-1 X = Faktor musim atau faktor peubah lain Persamaan 1 menyatakan bahwa perubahan harga di suatu tempat adalah fungsi dari perubahan dalam selisih harga dengan pasar acuan waktu sebelumnya, perubahan harga pasar acuan pada waktu yang sama, dan ciri-ciri pasar setempat. Persamaan 1 dapat disusun kembali dengan menjelaskan parameter tersebut dengan baik. Misalkan koefisien pada persamaan 1 dilambangkan sebagai berikut : 26 α i-1 = b 1 ; β i0 = b 2 ; α i + β i0 + β it – 1 = b 3 α i = b 4 Sehingga persamaan 1 dapat ditulis sebagai berikut : P it – P it-1 = b 1 P it-1 – P t-1 + b 2 P t – P t-1 + b 3 P t-1 + b4X t + µ it ….. 2 Model selanjutnya disederhanakan lagi berdasarkan metode OLS Ordinary Least Square seperti : P it = 1 + b 1 P it-1 + b 2 P t – P t-1 + b 3 - b1P t-1 + b4X t ….. 3 Jika di asumsikan bahwa deret waktu di pasar ke-i dan pasar acuan tersebut mempunyai pola musim yang sama sehingga tidak perlu memasukkan dummy untuk musim setempat. Secara umum persamaan diatas menunjukkan bagaimana harga di suatu pasar acuan P t mempengaruhi pembentukan harga di pasar lain P i , dengan mempertimbangkan pengaruh harga pada waktu yang lalu t-1 dengan harga pada saat ini t. Berdasarkan persamaan 3 dapat diketahui bahwa koefisien b 2 mengukur bagaimana perubahan harga di tingkat pasar acuan diteruskan kepada harga di pasar ke-i. Keseimbangan jangka pendek dicapai jika koefisien b 2 = 1 dan b 1 = -1, maka perubahan harga yang terjadi bersifat netral dalam proporsional persentase. Pasar acuan berada pada keseimbangan jangka panjang jika P t – P t-1 = 0, dan ke dua pasar berada pada keseimbangan jangka panjang atau terintegrasi dalam jangka panjang jika 1+b 1 sama dengan b 3 - b 1 . Kedua bentuk harga yang diperoleh ini dapat digunakan untuk mengetahui indeks keterpaduan pasar IMC = Indeks of Market Conection. IMC merupakan rasio dari kedua bentuk harga tersebut, yaitu bentuk harga pasar ke-i terhadap bentuk harga pasar acuan pada masa lalu. Model persamaan secara matematis dapat ditulis seperti persamaan berikut : …………………………………….4 Integrasi jangka pendek terjadi bila b 1 = -1 dan IMC = 0. Jika pasar terpisah atau pasar tidak terpadu dalam jangka pendek, b 1 dan b 3 adalah sama b 1 = b 3 dan IMC bernilai tak hingga. Dalam kondisi normal, indeks bernilai positif dan nilai b1 antara 0 dan -1. IMC yang mendekati 0, menunjukkan IMC = 1 + b 1 b 3 - b 1 27 integrasi pasar yang tinggi, sedangkan IMC 1 menurut Timer dalam Heytens 1986 juga mencerminkan integrasi yang tinggi dalam jangka pendek. Sedangkan untuk melihat keterpaduan jangka panjang, digunakan koefisien b2. Semakin mendekati satu pada nilai koefisien b2, maka derajat keterpaduan pasarnya semakin tinggi. Dua pasar dikatakan terintegrasi secara sempurna dalam jangka panjang apabila nilai koefisien korelasinya sama dengan satu.

3.1.6. Strategi Pemasaran

Keterpaduan pasar yang terjadi pada pasar lokal dan pasar acuan, serta tercapainya kepuasan pada konsumen dan produsen terhadap produk yang dihasilkan dapat berubah sesuai keadaan pasar. Jika dalam pemasaran terdapat kelembagaan yang kurang berfungsi maka pemasaran yang efisien tidak dapat tercapai. Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan dalam kelembagaan pemasaran. Oleh karenanya diperlukan strategi pemasaran, untuk mewujudkan tujuan usaha. Strategi pemasaran menurut Assauri 1999 yaitu serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan, dan aturan yang memberikan arah kepada usaha-usaha pemasaran oleh perusahaan, serta alokasi sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Strategi pemasaran yang dimaksud mengacu pada pernyataan Porter 1994 yaitu dalam kondisi banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan di pasar domestik maupun ekspor, maka suatu perusahaan perlu kiranya memiliki keunggulan bersaing yang merupakan dasar dalam penetapan strategi pemasaran. Strategi pemasaran menurut Asmarantaka 2012 merupakan upaya dalam memadukan semua kegiatan dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi keinginan pelanggan, sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan laba. Artinya untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan, maka perusahaan perlu menetapkan strategi yang memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan dan memaksimalkan kinerja sistim pemasarannya. Adapun strategi pemasaran yang digunakan salah satunya adalah bauran pemasaran marketing mix yang menurut Kotler 1997 adalah gabungan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan serta dipergunakan oleh 28 perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran mengacu pada 4 empat faktor yang disebut the four Ps 4‘Ps yang meliputi produk product, harga price, tempat place, dan promosi promotion Kotler 2008,. a. Produk product Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar baik itu konsumen perorangan rumah tangga maupun konumen bisnis Hasan, 2009. Produk yang ditawarkan pada konsumen dimaksudkan untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan konsumen termasuk diantaranya barang fisik, jasa, tempat, organisasi, informasi dan ide Kotler dan Keller, 2009 Bauran produk merupakan kombinasi dari berbagai produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan untuk memperoleh keuntngan. Penetapan bauran produk berdasarkan karakteristik khusus produk, macam atau jenis produk, ukuran produk, mutu kualitas produk, pembungkus kemasan, pelayanan, serta desain model dan garansi Asmarantaka, 2012. Produk menurut Kotler dan Keller 2009 diklasifikasikan oleh perusahaan menjadi empat tipe yang menghasilkan berbagai margin kotor tergantung volume dan promosi. Ke empat klasifikasi tersebut adalah : 1 produk inti yaitu menghasilkan volume penjualan tinggi dan dipromosikan besar-besaran dengan marjin rendah karena produk dipandang sebagai komoditas yang tidak terdiferensiasi; 2 produk dasar yaitu menghasilkan volume penjualan rendah dan tanpa promosi serta menghasilkan marjin yang tinggi; 3 produk khusus yaitu menghasilkan volume penjualan rendah tetapi dipromosikan besar-besaran; dan 4 produk sehari-hari yaitu dijual dengan volume yang tinggi tetapi kurang mendapat promosi serta menghasilkan marjin yang tinggi. b. Harga price Harga merupakan elemen alat bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasaran. Harga produk merupakan atribut produk yang akan menentukan jumlah permintaan konsumen selain kualitas, rasa, dan lainnya. Sehingga jika konsumen percaya terhadap suatu produk adalah kualitas tinggi maka preferensi konsumen pada produk akan tinggi. 29 Secara umum penetapan harga bertujuan untuk mencari laba agar perusahaan dapat beerjalan. Namun dalam kondisi persaingan yang semakin keetat, tujuan mencari laba secara maksimal akan sulit diperoleh sehingga ditetapkan tujuan lain yang berorientasi pada beberapa harapan perusahaan. Tujuan penetapan harga menurut Tjiptono 2008; Hasan 2009 adalah : 1 tujuan berorientasi pada laba yaitu keinginan perusahaan untuk memperoleh maksimalisasi laba yang ternyata sulit dicapai dalam era persaingan bebas dikarenakan sulitnya perusahaan untuk mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum; 2 tujuan berorientasi pada volume yaitu harga ditetapkan sedemikian rupa untuk mencapai target volume penjualan, biasanya diterapkan pada perusahaan transportasi; 3 tujuan berorientasi pada citra yaitu perusahaan dalam hal ini dapat menetapkan harga tinggi untuk mempertahankan citra prestisius; dan 4 tujuan stabilissasi harga yaitu pada kondisi pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, dimana jika perusahaan menurunkan harga maka pesaingnya juga akan ikut untuk menurunkan harga. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam penetapan harga menurut Downey dan Erickson 1992 dalam Asmarantaka 2012 yaitu berdasarkan biaya atau penetapan harga lebih besar dari biaya, berdasarkan ROI Return On Investment, penetapan harga bersaing, potongan harga, dan penetapan harga merugi. c. Promosi promotion Promosi merupakan proses mengkomunikasikan variabel bauran pemasaran marketing mix yang penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk atau jasa Hasan, 2009. Hal ini berkaitan dengan kesediaan konsumen untuk membeli produk dan jasa atas dasar kepuasan konsumen yang merupakan umpan balik dari promosi perusahaan. Promosi menurut Asmarantaka 2012 merupakan aktivitas dari perusahaan untuk tujuan menginformasikan, membujuk, mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan perusahaan. Kegiatan promosi produk dilakukan melalui media