Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran
57 produk jagung kering panen kemudian diolah menjadi jagung kering pipil sesuai
dengan permintaan konsumen pengusaha pakan di Bali yaitu memiliki kadar air 15-14 persen. Untuk memperoleh kadar air tersebut, jagung pada petani responden
sebelumnya dilakukan penjemuran 1 hingga 2 hari. Pada saluran pemasaran ke tiga, tujuh orang petani responden 23,3
persen menjual hasil panen jagungnya pada 5 orang tengkulak. Produksi yang dipasarkan petani pada tengkulak juga dalam bentuk jagung kering panen sebesar
33,80 ton rata-rata 4,8 ton. Oleh pihak tengkulak langsung dipasarkan kepada pedagang besar tanpa ada pengolahan perubahan bentuk produk melainkan masih
berupa jagung kering panen untuk kemudian pedagang besar memasarkannya kepada konsumen pabrik pakan di Bali.
Berdasarkan ke tiga saluran pemasaran tersebut, menunjukkan bahwa saluran pemasaran ke dua merupakan saluran yang paling banyak digunakan oleh
petani 43,4 persen dalam memasarkan hasil panennya. Saluran tersebut yaitu penjualan jagung petani langsung pada pedagang besar dalam bentuk jagung
kering panen, kemudian dilanjutkan pada konsumen pabrik pakan. Selanjutnya disusul oleh saluran pemasaran pertama dan saluran pemasaran ketiga. Artinya
bahwa petani memiliki akses untuk menjual produknya langsung pada pedagang besar, walaupun pada daerah tersebut juga terdapat pedagang lainnya yaitu
makelar dan tengkulak. Beberapa faktor yang sering dijadikan keluhan oleh rata- rata petani dalam memasarkan jagungnya dalam bentuk kering panen tanpa
dilakukan pengolahan terlebih dahulu menjadi jagung kering pipil antara lain yaitu adanya keinginan petani untuk secepatnya mendapat balas jasa dari hasil
usahataninya, adanya keterbatasan fasilitas seperti gudang penyimpanan dan mesin pemipilan jagung, serta adanya kebutuhan akan biaya yang digunakan
untuk usahatani selanjutnya. Selain hal tersebut di atas, juga terdapat perbedaan pengetahuan yang
cukup besar antara petani dengan pedagang besar sehubungan dengan informasi mengenai nilai pasar sebenarnya dari jagung. Keterbatasan tersebut salah satunya
yang membuat pedagang besar lebih dominan dalam menentukan harga pada saat transaksi atau penimbangan jagung. Hal yang biasa dilakukan oleh petani jika
tidak menyetujui penawaran harga satu pedagang adalah dengan membatalkan
58 transaksi, dan menjualnya pada pedagang lain yang menawarkan harga yang
sedikit lebih tinggi. Metode yang digunakan untuk melihat apakah pemasaran yang ada sudah
efisien dan adil dalam pendistribusiannya, maka perlu dilengkapi dengan analisis informasi mengenai fungsi-fungsi pemasaran. Analisis fungsi ini dilakukan oleh
setiap partisipan dalam memasarkan jagung untuk masing-masing saluran pemasaran yang ada selain marjin pemasaran yang diperoleh masing-masing
lembaga. Tabel 7 Pelaksanaan fungsi-fungi yang dilakukan lembaga pemasaran jagung
Saluran Lembaga
Pemasaran Fungsi-fungsi Pemasaran
Pertukaran Fisik Fasilitas
Jual Beli
Pengolahan Pengemasan
Penyimpana
n Transportasi
Sortai Resiko
Pembiaya
an Informasi
Pasar
Saluran I Petani
√ - -
- -
- -
√ - - Makelar
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √
Pedagang besar √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ Saluran
II Petani
√ - -
- -
- -
√ - - Pedagang besar
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √
Saluran III
Petani √
- - -
- -
- √ - -
Tengkulak √
√ - √ - √
- √ √ √
Pedagang besar √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ Keterangan
√ = melakukan fungsi pemasaran - = tidak melakukan fungsi pemasaran
59 Berdasarkan Tabel 7 di atas, menjelaskan tentang fungsi-fungsi yang
dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran jagung. Hal ini dipakai untuk melihat dan menilai lembaga pemasaran yang
melakukan fungsi pemasaran tertentu dan berapa kompensasi serta bagaimana konsekuensi yang diproleh dari melakukan fungsi atau kegiatan tersebut.
Kegunaan pendekatan fungi dalam analisis pemasaran adalah untuk melihat bagaimana variasi aktivitaskegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat di
setiap tingkat dan semua saluran yang ada, serta kaitannya dengan biaya pemasaran yang harus dikeluarkan sehubungan kegiatan yang dilakukan lembaga
tersebut pada tiap tingkat di semua saluran pemasaran yang ada. Fungsi pertukaran terdiri atas kegiatan penjualan dan pembelian yang
dilakukan oleh semua pedagang, sedangkan petani hanya melakukan kegiatan penjualan. Transaki yang dilakukan petani dengan pedagang dilakukan dengan
langsung dan tunai karena volume produksi yang diperdagangkan relatif kecil. Petani juga membutuhkan uang tunai sehingga kegiatan penimbangan penjualan
dilakukan langsung setelah panen. Sebagian besar petani yang ada di lokasi penelitian tidak memiliki ikatan tertentu kepada pedagang sehingga dalam proses
jual beli petani memiliki kebebasan penuh dalam menentukan kepada siapa mereka ingin menjual hasil panennya.
Fungsi fisik berupa kegiatan pengolahan, hanya dilakukan oleh makelar dan pedagang besar. Dengan demikian, terdapat perubahan bentuk dari produk
jagung yang dipasarkan dari produsen hingga ke pedagang besar dan konsumen pabrik pakan. Proses perubahan bentuk dan penambahan nilai pada produk
jagung lanjutan dilakukan oleh konsumen pabrik pakan di luar Provinsi NTB. Dikarenakan adanya keterbatasan penelitian, maka penelitian ini tidak mencakup
kajian pemasaran pada level tersebut melainkan hanya sampai tingkat pedagang besar saja yang merupakan pedagang akhir yang melakukan kegiatan pemasaran
antar pulau. Kegiatan penyimpanan dalam fungsi ini dilakukan oleh makelar dan pedagang besar pada setiap saluran pemasaran yang ada. Kegiatan pengemasan
juga dilakukan oleh lembaga pemasaran sedangkan petani tidak melakukan pengemasan dikarenakan hanya melakukan kegiatan budidaya saja. Fungsi
60 pengangkutantransportasi dilakukan oleh seluruh lembaga pemasaran jagung
yang terlibat. Fungsi sortasi atau grading tidak dilakukan pada tingkat petani dan
pedagang pengumpul II tengkulak. Hal ini dikarenakan jagung yang dipasarkan relatif seragam. Sortasi hanya dilakukan pada tingkat pedagang I makelar dan
pedagang besar. Begitu pula dengan grading yang dilakukan untuk mengukur kadar air, serta tampilan fisiknya dari segi bentuk dan warna.
Petani dan pedagang di semua saluran yang ada sama-sama mempunyai resiko, walupun tingkatnya berbeda-beda. Resiko yang dihadapi petani adalah
kegagalan panen dan adanya harga yang berfluktuasi sehingga berpengaruh pada kepastian dalam berusahatani. Pedagang pengumpul makelar menghadapi resiko
kerugian finansial yang bisa diakibatkan oleh kesalahan dalam menaksir kadar air jagung saat penimbangan. Sedangkan pedagang besar juga menghadapi resiko
usaha yaitu kerugian finansial yang dapat disebabkan oleh tidak terpenuhinya jumlah dan nilai kontrak penjualan sesuai spesifikasi mutu jagung yang diminta
konsumen pabrik pakan. Petani tidak memiliki akses pada informasi pasar, seperti tingkat harga yang berlaku karena hanya bertindak sebagai penerima
harga. Pedagang di semua saluran mempunyai dana yang umumnya berasal dari pembiayaan, biasanya diberikan oleh pedagang pada pedagang yang berada satu
tingkat di bawahnya sebagai pinjaman. Berdasarkan konsep utilitas atau penciptaan dan penambahan nilai guna
yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat dalam pemasaran jagung terlihat bahwa mekanisme pemasaran jagung yang terjadi banyak ditentukan oleh nilai
guna bentuk yaitu jagung kering pipil dari produk awalnya kering panen, nilai guna waktu yaitu kegagalan panen yang berpengaruh pada pemenuhan kuota
dan nilai kontrak penjualan. Selain itu, juga ditentukan oleh nilai guna tempat pasar yaitu lokasi dan sitsim pendistribusiannya, dan kepemilikan
barang yang beeerpeengaruh pada penentuan dan peembentukan harga. Dengan kata lain proses pemasaran jagung merupakan kegiatan yang produktif
dengan menghasilkan pembentukan kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan.
61