40 Integrasi jangka pendek terjadi bila b
1
= -1 dan IMC = 0. Jika pasar terpisah atau pasar tidak terpadu dalam jangka pendek, b
1
dan b
3
adalah sama b
1
= b
3
dan IMC bernilai tak hingga. Dalam kondisi normal, indeks bernilai positif dan nilai b
1
antara 0 dan -1. IMC yang mendekati 0, menunjukkan integrasi pasar yang tinggi, sedangkan IMC 1 menurut Timer dalam Heytens 1986 juga
mencerminkan integrasi yang tinggi dalam jangka pendek. Sedangkan untuk melihat keterpaduan jangka panjang, digunakan koefisien b
2
. Semakin mendekati satu pada nilai koefisien b
2
, maka derajat keterpaduan pasarnya semakin tinggi. Dua pasar dikatakan terintegrasi secara sempurna dalam jangka panjang apabila
nilai koefisien korelasinya sama dengansatu.
Jika b1 = -1 dan IMC = 0, pasar dikatakan terjadi integrasi jangka pendek
4.4.4. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran dianalisis secara diskriptif yaitu berdasarkan pada situasi yang berkaitan dengan pemasaran jagung di Provinsi NTB. Analisis ini
dilakukan pada lembaga pemasaran yang dominan dalam kegiatan pemasaran jagung di Provinsi NTB, yaitu dengan melihat pada bauran pemasaran jagung
yang meliputi produk product, harga price, tempat place, dan promosi promotion Kotler dan Keller, 2008.
Bauran produk dilihat berdasarkan karakteristik khusus produk, macam atau jenis produk, ukuran produk, mutu kualitas produk, dan pembungkus
kemasan. Penetapan harga, dilakukan perusahaan berdasarkan penetapan harga bersaing. Sedangkan untuk kegiatan promosi produk di lihat melalui promosi
yang dilakukan perusahaan baik media televisi, majalah, surat kabarmedia cetak, maupun promosi dari mulut ke mulut word of mounth. Begitu pula
dengan tempat lokasi yaitu dilihat dari segi letak lokasi, distribusi produk, dan cakupan wilayah.
4.5. Definisi Variabel
Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Marjin pemasaran yaitu selisih harga beli dengan harga jual jagung pada tingkatan lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam satuan rupiah per
kilogram Rp kg.
41 2.
Harga jagung yaitu harga beli dan harga jual jagung di tingkat petani, pedagang pengumpul, hingga pedagang pengecer yang dinyatakan dalam
satuan rupiah per kilogram Rp kg. 3.
Tingkat harga beli yaitu harga rata-rata pembelian jagung yang dinyatakan dalam rupiah per kilogram Rp kg.
4. Tingkat harga jual yaitu harga rata-rata penjualan jagung yang dinyatakan
dalam rupiah per kilogram Rp kg. 5.
Tingkat perubahan harga yaitu harga yang terjadi di tingkat konsumen sebagai harga beli akibat perubahan harga di tingkat pedagang sebagai
harga jual yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram Rp kg. 6.
Biaya pemasaran yaitu seluruh jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran jagung yang dinyatakan dalam rupiah
per kilogram Rpkg. 7.
Rantai pemasaran yaitu rangkaian arus produk dari tingkat produsen ke tingkat pedagang pengecer.
8. Keterpaduan pasar adalah ukuran yang digunakan untuk melihat tingkat
hubungan antar pasar dimana perubahan harga di tingkat pasar tertentu akan ditransmisikan pada pasar lainnya.
9. Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total prooduk
yang dipasarkan. Analisis ini digunakan untuk melihat kinerja pasar, dimana semakin efisien pemasaran berarti semakin baik kinerja pasar tersebut.