GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT PHBM DI TAMAN HUTAN RAYA

DAFTAR LAMPIRAN 1 Denah Lokasi Penelitian 102 2 Rencana Kegiatan Penelitian 103 3 Metode Pengumpulan Data 104 4 Kerangka Sampling 105 5 Kuesioner Penelitian 106 6 DokumentasiPenelitian 113 7 Hasil Pengolahan Data dengan Tabel Frekuensi 115 8 Catatan Harian 117 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN Tahura : Taman Hutan Raya WAR : Wan Abdul Rachman UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah PHBM : Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat UU : Undang-Undang PP : Peraturan Pemerintah KSA : Kawasan Suaka Alam KPA : Kawasan Pelestarian Alam MPTS : Multi Purpose Tree Species pohon bertajuk tinggi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memberikan manfaat yang semakin lama semakin dapat kita rasakan, baik dilihat dari fungsi produk, sosial maupun lingkungan Hardjanto 2003. Hutan memiliki fungsi sebagai penyangga keseimbangan ekosistem, perlindungan kehidupan, proteksi daerah aliran, penyimpanan cadangan, pemelihara kesuburan tanah dan penyerap CO 2 dan pengahasil O 2. Undang-undang No.41 Tahun 1999 mengatakan bahwa salah satu penyelenggraan hutan bertujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan aneka fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lestari. Pengelolaan hutan sebagai sumberdaya alam memiliki status public property yang bermanfaat bagi kemakmuran kemakmuaran rakyat, sehingga perlu adanya kerjasama dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara lestari. Berdasarkan kepemilikannya, hutan dibedakan menjadi hutan negara dan hutan milik. Hutan negara adalah kawasan hutan yang tumbuh di atas lahan yang tidak dibebani oleh hak milik, sedangkan hutan milik atau hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik petani secara perseorangan maupun bersama-sama atau badan hukum. Data dari Departemen Kehutanan 2012 mengatakan bahwa luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012 mencapai 120.61 juta ha, kawasan tersebut diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya menjadi kawasan konservasi 21.17 juta ha, kawasan hutan lindung 32.06 juta ha, kawasan hutan produksi terbatas 22.82 juta ha, kawasan hutan produksi 33.68 juta ha, dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonservasi 20.88 juta ha. Tingkat kerusakan hutan di Indonesia tahun 2012 mencapai 0.45 persen 542 745 ribu ha dari jumlah total luas hutan Indonesia. Kerusakan lahan dan hutan menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang perlu penanganan serius dan melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat, LSM, akademisi, dan lainnya. Faktor-faktor penyebab rusaknya hutan dan meluasnya lahan kritis yaitu pembalakan liar, kebakaran hutan, okupasi lahan, dan alih fungsi lahan sebagai akibat dari desakan ekonomi masyarakat terutama di sekitar hutan Dephut 2012. Kementerian Kehutanan telah berupaya dengan menetapkan program-program untuk mengatasi kerusakan hutan dan meluasnya lahan kritis, antara lain: pemberantasan illegal loging, revitalisasi sektor kehutanan, rehabilitasi, dan konservasi sumberdaya hutan serta pemberdayaan masyrakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Salah satu contoh kerusakan hutan dan lahan kritis terdapat di Provinsi Lampung, dari 1 004 735 ha luas hutan, setidaknya 64 persen 643 030 ha kawasan hutan di Provinsi Lampung telah mengalami kerusakan Dephut 2012. Kerusakan hutan tersebut mengakibatkan fungsi-fungsi hutan menjadi terganggu, baik fungsi ekonomi dan fungsi ekologis. Penyebab terjadinya kerusakan hutan