Organisasi Kerjasama dalam PHBM
Masyarakat di Desa Bogorejo berpegang teguh bahwa mereka tidak akan meninggalkan lahan garapan yang berada di dalam kawasan Tahura WAR.
Padahal pemerintah melalui program PHBM telah membuat suatu rencana yaitu berupa pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat untuk berperan
aktif dalam menjaga hutan kefungsinya kembali secara ekologi, akan tetapi bernilai ekonomi. Awalnya masyarakat menolak dengan program PHBM tersebut,
bahkan masyarakat menjaga kawasan sekitar hutan, agar pemerintah tidak bisa mengusir keluar mereka dari kawasan Tahura yang merupakan bagi masyarakat
sebagai sumber nafkah mereka.Seperti yang disampaikan oleh dua orang informan berikut ini:
“Waktu itu mas, bapak beserta masyarakat diajak program oleh pemerintah, tetapi kami menolak dengan keras tidak mau
ikut dan tidak mau diusir dari dalam kawasan, karena kami merasa bahwa hutan dan lahan yang kami garap adalah milik
gusti Allah. Bapak bersama masyarakat lainnya sudah bersiap dan berjaga-jaga di sekitar kawasan agar pemerintah tidak
bisa menjalankan programnya tersebut, bapak beserta masyarakat sudah menyiapakan berbagai peralatan celurit,
golok, cangkul apabila pemerintah tetap memaksa bapak dan masyarakat untuk ikut program
tersebut.” MTOKetua Gapoktan, 60 tahun
“Pada saat ingin mengajak dan mensosialisasikan program PHBM hambatannya luar bisa, saya dan kawan-kawan UPTD
Tahura begitu berat menjalankannya. Karena masyarakat beranggapan mereka tidak akan bisa mengakses lahan
garapan mereka di dalam kawasanm, padahal tidak seperti itu. Kami berkeinginan hutan di Tahura kembali ke seperti
dahulu sebagaimana fungsi hutan secara alamidan lestari. Akan tetapi yang kami lakukan dengan program PHBM untuk
masayarakat dianggap salah, bahkan waktu mengajak negosiasi untuk program PHBM saya dan kawan-kawan
ditodongi celurit dan golok oleh masyarakat. Mereka bilang ke saya, sambil menodongi celurit dan golok bahwa pemerintah
hanya bisa membuat masyarakat sengasara dan hidup dalam kemiskinan. Padahal program yang kami bawa ingin merubah
mereka ke arah lebih sejahtera bukan seperti yang mereka
pikirkan.” WYGKepala UPTD Tahura WAR, 52 tahun Program PHBM pada tahun 1997 yang dilakukan oleh pemerintah belum
bisa mempengaruhi dan merubah pandangan serta perilaku masyarakat di sekitar kawasan Tahura.Pemerintah tetap belum menyerah dan terus berupaya untuk bisa
melaksanakan program PHBM agar kawasan hutan Tahura WAR bisa kembali lagi seperti dahulu. Masyarakat mulai sadar bahwa program PHBM tersebut
penting dan berguna bagi mereka pada saat tahun 1998 terjadi bencana alam yaitu tanah longsor dan banjir bandang. Musibah bencana alam tersebut membuat
Kecamatan Gedong Tataan terendam banjir, kemudian rumah-rumah penduduk di
sekitar kawasan pada rusak dan tertimbun tanah longsor. Masyarakat pun mulai menyadari akibat mereka merambah hutan dan tidak mereboisasi ulang kawasan
hutan menyebabkan terjadinya bencana alam yang merugikan mereka sendiri.
Tahun 1998 juga terjadinya krisis moneter, dimana banyaknya para transmigran dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera Lampung.Perambahan terjadi
lebih besar pada tahun tersebut, karena banyak warga pendatang menempati di sekitar kawasan Tahura untuk mencari sumber penghidupan dari menggarap
lahan. Masyarakat di sekitar kawasan Tahura terutama masyarakat Desa Bogorejo berusaha mengusir para warga pendatang tersebut agar tidak merambah hutan
kembali, karena ditakutkan terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Cara yang dilakukan ada dengan berdiskusi ataupun denga cara kekerasan agara warga
pendatang tidak merambah hutan di kawasan Tahura kembali.
Saat terjadinya krisis moneter pemerintah tetap konsisten untuk melaksanakan program PHBM kepada masyarakat di sekitar kawasan Tahura.
Pemerintah juga sudah mulai memberikan bantuan-bantuan untuk korban banjir dan tanah longsor.Pemerintah akhirnya mengajak diskusi bersama dan kerjasama
dengan para masyarakat Desa Bogorejo untuk mensosialisasikan program PHBM kepada mereka. Masyarakat sudah mulai menerima antusias program PHBM
tersebut, meskipun belum seluruhnya setuju dengan program PHBM tersebut. Kerjasama yang dilakukan melalui program PHBM adalah menjaga kelestarian
kawasan Tahura WAR dan memberikan akses atau jalan masuk bagi masyarakat untuk menggarap lahan di kawasan Tahura. Masyarakat yang mengikuti program
PHBM diberikan pelatihan, penyuluhan, dan perencanaan dalam menggarap lahan di kawasan dengan baik dan bijak. Masyarakat yang telah ikut program PHBM
diberikan izin legal untuk masuk ke kawasan Tahura serta tidak lagi berkonflik dengan pemerintah.
Tahun 1999 pihak pemerintah melalui program PHBM membentuk kelompok tani Wana Karya di Desa Bogorejo. Fungsi kelompok tani tersebut
adalah untuk mengkoordinir masyarakat yang ikut dalam program PHBM di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman serta sebagai wadah untuk menyampaikan
aspirasi anggota kelompok yang mengalami permasalahan atau kendala di dalam kawasan Tahura kepada pihak pemerintah UPTD Tahura WAR. Pihak Tahura
pada saat tahun tersebut mengadakan penyuluhan untuk menanami tanaman MPTS Multi Purpose Tree Species untuk menggantikan tanaman sebelumnya
palawija. Awalnya banyak anggota kelompokyang tidak mengetahui tentang tanaman tersebut, bahkan hanya sedikit anggota kelompok yang datang dalam
penyuluhan tersebut karena tidak mengerti jenis tanaman tersbut. Seperti yang disampaikan oleh salah satu responden berikut ini:
“Pada waktu penyuluhan tanaman MPTS oleh pihak UPTD Tahura, bapak tidak tahu dik, jenis tanaman apa itu. Berasa
asing di telinga jenis tanaman tersebut, yang bapak tahu
hanya tanaman palawija dan perkebunan saja”. JND, 60 tahun
Rupanya dari sedikit anggota kelompok yang ikut penyuluhan mulai paham bahwa jenis tanaman yang mereka tanam untuk di kawasan adalah jenis
tanaman yang bertajuk tinggi seperti petai, kemiri, durian, dan karet. Tanaman