c. Blok Perlindungan Blok perlindungan ditetapkan pada areal-areal yang mempunyai
kelerengan lebih besar dari 40 persen, daerah-daerah dengan keadaan vegetasi yang masih asli dengan komposisi tumbuhan sangat bervariasi. Berdasarkan PP
Nomor 34 Tahun 2002, blok perlindungan diperuntukan bagi perlindungan jenis- jenis tumbuhan dan satwa dari pengaruh kegiatan eksploitasi. Blok perlindungan
ini merupakan arealwilayah di dalam kawasan Tahura WAR yang dilindungi, dijaga, dilestarikan untuk kepentingan masyarakat di masa kini dan masa yang
akan datang dengan criteria sebagai sumber mata air, perlindungan flora dan fauna, rawan bencana alam dengan kemiringan lebih dari 40 persen, terdapat
daerah aliran sungai dan masih hutan alami. Areal-areal yang ditetapkan sebagai blok perlindungan menyebar di dalam kawasan hutan, terutama daerah Gunung
Betung, Gunung Pesawaran, Lereng Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu, Gunung Ratai, dan daerah sekitarnya. Blok perlindungan mempunyai luas 8097.22 ha
36.39 persen. d. Blok Pendidikan dan Blok Social ForestryHKm
Blok pendidikan mengahampar di daerah Sumber Agung, Batu Putu, dan Beringin Raya sampai ke lereng dari Gunung Betung dengan luas blok seluas
540.43 ha 2.43 persen. Lokasi ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai areal pendidikan dari pemanfaatan sumber daya hutan yang ada di dalam Tahura
WAR. Potensi yang ditemukan adalah terbinanya masyarakat melalui pengembangan kelmbagaan kemasyarakatan di dalam pengelolaan hutan, adanya
berbagai ragam pemanfaatan lahan hutan dengan tanaman MPTS Multi Purpose Tree Species
, serta aksesibitas yang mudah dan dekat dengan pusat kota. Blok Social ForestryHKmdi Tahura WAR dikelilingi oleh desa-desa
dengan tingkat kepadatan penduduk yang relative tinggi dan tingkat ketergantungan terhadap lahan hutan sangat tinggi.Blok Social ForestryHkm
merupakan blok yang paling luas dari keempat blok pengelolaan lainnya yang tersebar dibeberapa wilayah di Tahura WAR. Namun sebagian besar terpusat di
bagian Selatan Tahura WAR Padang Cermin dan sekitarnya, selanjutnya wilayah-wilayah yang sesuai diperuntukan bagi blok Social ForestryHkm, antara
lain:
Wilayah Gedong Tataan: Sukadadi, Bogorejo, Wiyono, Kebagusan, dan Sungai Langka.
Wilayah Kedondong-Way Lima: Sinar Harapan, Pesawaran, dan Tempel Rejo.
Wilayah Bandar Lampung: Sumber Agung, Batu Putu, Sukaharum, Tanjung Agung.
Wilayah Padang Cermin: Hurun, Hanura, Padang Cermin, Gebang, Margodalem, dan Kubang Badak.
Wilayah-wilayah tersebut memberikan gambaran adanya aktivitas pengelolaan hutan bersama masyarakat PHBM. Luas blok Social ForestryHkm
mempunyai luas 12 066.12 ha 54.23 persen. Tingkat penutupan lahan blok Social Forestry
Hkm adalah 1387.00 ha berupa hutan sekunder, 814.36 ha berupa lahan terbukaperladangan, dan 98 464.76 ha berupa kebun campuran. Blok Social
Forestry Hkm perlu diperhatikan kondisinya dengan melakukan pembinaan
berupa merehabilitasi lahan dengan cara melakukan pengkayaan jenis tanaman,
sehingga dominasi tanaman tidak hanya dari tanaman perkebunan seperti coklat, namun juga adanya tanaman kayu-kayuan dari berbagai jenis, atau dapat juga
diganti dengan tanaman MPTS yang mempunyai sifat produksi tidak hanya buah- buahan atau getah-getahan atau hasil hutan non kayu tetapi tanaman hutan myang
bias menghasilkan kayu-kayuan.
Pola penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat di daerah sekitar Tahura WAR tersaji pada tabel 6 dan 7, berikut ini.
Tabel 6 Pola penggunaan lahan di sekitar kawasan Tahura WAR Peruntukan
persentase Pemukiman
10.17 Ladang
11.99 Hutan
60.49 Lain-lain
0.03 Sumber: Data sekunder 2012
Tabel 7 Mata pencaharian di sekitar kawasan Tahura WAR Mata Pencaharian
persentase Petani dan buruh tani
90.15 Pedagang
4.98 Aparatur Negara
1.64 Lain-lain
3.23 Sumber: Data sekunder 2012
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, terlihat bahwa masyarakat yang ada di sekitar hutan Tahura WAR yang produktif bekerja kurang lebih sebanyak 90.15
persen bekerja sebagai petani dan buruh tani. Hal ini diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan masyarakat yang mengenyam SLTA atau Perguruan
Tinggi hanya 6.57 persen. Selain itu, lingkungan biofisik yang ada di sekitar masyarakat didominasi oleh hutan, maka interaksi masyarakat terhadap hutan
relatif tinggi. Disamping pekerjaan pokoknya sebagai petani atau buruh tani, sebagian masyarakat juga melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan hutan,
diantaranya pemanfaatan lahan di dalam kawasan Tahura WAR tanaman karet, durian, kemiri, coklat kopi, petai, dammar dan pengambilan rumput untuk pakan
ternak serta kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan hutan. Laju pertumbuhan penduduk ± 0.58 persen per tahun memberikan tekanan yang cukup
besar terhadap hutan. lahan pertanian berupa sawah dan tegalan yang ada di sekitar wilayah kerja Tahura WAR luasnya sangat terbatas, maka lahan hutan
menjadi tempat garapan mata pencaharian guna mencukupi kebutuhan ekonomi. Interaksi negatif sering muncul, yang pada akhir-akhir ini sangat dirasakan
dampaknya dan merupakan ancaman terhadap keberadaan kawasan hutan yaitu perambahan hutan dan kerusakan vegetasi di kawasan hutan. Salah satu solusi
yang dikembangkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dari UPTD Tahura WAR adalah pengelolaan hutan melalui pola kemitraan untuk mengembalikan
fungsi hutan kebentuk semula dan menjaga hutan secara ekologis tetapi memperhatikan sisi ekonomi dari hasil tanaman yang ditanam di dalam kawasan
Tahura WAR Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat = PHBM.
4.3 Gambaran Umum Desa Bogorejo
4.3.1 Kondisi Geografis
Secara administratif Desa Bogorejo terletak di Kabupaten Pesawaran, tepatnya di Kecamatan Gedong Tataan dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut: 1. Sebelah Barat
: Desa Sukadadi 2. Sebelah Timur
: Desa Sukaraja 3. Sebelah Utara
: Desa Sukaraja 4. Sebelah Selatan
: Hutan Lindung Luas keseluruhan desa berjumlah 1479.585 ha yang terdiri dari areal
sawah 60 ha, tegalan 797.125 ha, pekarangan 5.8 ha, kawasan hutan 500 ha dan sisanya pemukiman penduduk. Kawasan hutan masuk ke wilayah pangkuan RHL
Gedong Tataan, Desa Bogorejo, Rayon Gedong Tataan UPTD Tahura Wan Abdul Rachman.
Letak desa berjarak 5 km dari kecamatan Gedong Tataan. Kondisi tanah labil dan kurang subur dan termasuk ke dalam jenis tanah kapur margarit yang
berwarna abu-hitam. Tekstur tanahnya pun bergelombang dan berbatu. Dengan kondisi tanah yang demikian, penduduk kesulitan untuk dapat mengembangkan
usaha pertanian. Apalagi ditambah dengan cuaca yang cukup panas serta curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman coklat, palawija, kopi, dan karet di
areal desa. Hal tersebut yang menjadikan tanaman coklat, karet, dan palawija, seperti jagung dan kacang-kacangan sebagai komoditas utama pertanian yang
dihasilakan oleh penduduk desa.
4.3.2 Penduduk dan Mata Pencaharian
Berdasarkan data monografi tahun 2012, Desa Bogorejo terdiri dari tujuh dusun dengan total secara keseluruhan tercatat 4816 jiwa dengan proporsi
pendudukjenis kelamin laki-laki sebanyak 2294 jiwa dan penduduk jenis kelamin perempuan sebanyak 2522 jiwa serta Kepala Keluarga berjumlah 1203 KK.
Dengan kondisi topografi berupa daerah hutan dan ketersediaan lahan tegalan yang lebih banyak daripada lahan hutan, maka sebagian besar mata pencaharian
penduduk Desa Bogorejo adalah sebagai petani kebun dan petani penggarap lahan hutanatau penggarap lahan di hutan Tahura WAR dan yang lainnya adalah
pedagang, buruh tani, peternak PNSTNIPOLRI dan lain-lain. Proporsi dapat dilihat dalam Gambar 3. Ketersediaan lahan hutan yang cukup luas membuat
masyarakat lebih mengalokasikan tenaganya dalam pertanian perkebunan seperti karet, coklat dan kopi, meskipun ada juga tanaman palawija seperti padi dan
kacang-kacangan.
Bekerja sebagai petani merupakan pekerjaan utama dari sebagian besar penduduk Desa Bogorejo walaupun mereka hanya menjadi petani penggarap dan
hanya memiliki lahan milik sendiri yang terbilang lumayan kecil dan sedang. Masyarakat hanya menjadi penggarap lahan hutan yang terbilang luas disekitar
tempat tinggal mereka. Menjadi petani sudah dilakukan turun-temerun sejak nenek moyang mereka tinggal karena tempat tinggal mereka yang memungkinkan
untuk bertani. Mayoritas masyarakat yang berpendidikan rendah kurang memungkinkan mereka untuk bekerja di luar daerah mereka sendiri, sebagian dari
mereka merasa nyaman untuk tinggal didaerah tempat tinggal mereka sendiri karena sudah terbiasa dengan kondisi kehidupan mereka sendiri.
Penduduk Desa Bogorejo yang memiliki mata pencaharian sebanyak 1153 jiwa. Mata pencaharian penduduk diantaranya petani sebanyak 727 jiwa atau
63.05 persen, buruh tani sebanyak 143 jiwa atau 12.40 persen, Pegawai Negeri Sipil sebanyak 20 jiwa atau 1.73 persen, pedagang sebanyak 17 jiwa atau 1.48
persen, peternak sebanyak 121 jiwa atau 10.50 persen, dan lain-lain sebanyak 125 jiwa atau 10.84 persen.
Dibawah ini terdapat gambar yang menunjukan persentase jenis mata pencaharian atau pekerjaan mereka di Desa Bogorejo.
Gambar 4 Persentase mata pencaharian penduduk Desa Bogorejo
4.3.3 Pendidikan
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan menggambarkan tingkat kemajuan suatu wilayah dalam pembangunan terutama terkait dengan kualitas
sumberdaya manusia. Adapun dari 1128 jiwa jumlah penduduk Desa Bogorejo, yang tercatat tamat Sekolah Dasar SD sebesar 43.8 persen 494 jiwa, kemudian
sebesar 38.4 persen 433 jiwa yang tamat Sekolah Menengah Pertama SMP, sebesar 13.5 persen 152 jiwa yang tamat Sekolah Menengah Atas SMA, dan
4.3 persen 49 jiwa tamat samapai pendidikan Perguruan Tinggi. Dengan kondisi pendidikan masyarakat yang tergolong rendah tersebut mengakibatkan rendahnya
kualitas sumberdaya manusia yang tinggal di Desa Bogorejo. Meskipun pada saat ini sekarang kondisi sudah semakin maju dan berkembang dengan adanya bantuan
dari pemerintah dengan membebaskan biaya untuk pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama.
Tingkat pendidikan yang cukup rendah tersebut mengantarkan penduduk Desa Bogorejo untuk meneruskan profesi petani sebagai mata pencaharian utama
dari turunan orang tua mereka. Akses yang kurang memadai untuk melakukan usaha lain maka bekerja sebagai petani merupakan hal yang menjadi pokok utama
masyarakat Desa Bogogrejo ditunjang dengan adanya lahan hutan yang luas dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sudah merupakan berkah tersendiri disaat
tingkat pendidikan yang terbilang rendah untuk melakukan pekejaan lain seperti bekerja di kota seperti Jakarta dan lain-lain. Berikut di bawah ini jumlah tingkat
63.05 12.40
1.73 1.48
10.50 10.48
Mata Pencaharian Penduduk Desa Bogorejo
Petani Buruh tani
PNS Pedagang
Peternak Lain-lain
pendidikan di Desa Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran pada Tabel 8.
Tabel 8 Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah jiwa Persentase
1. SDSederajat
494 43.8
2. SMPSederajat
433 38.4
3. SMASederajat
152 13.5
4. Perguruan TinggiAkademi
49 4.3
Sumber: Data Sekunder 2012
4.3.4 Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana penunjang kegiatan sehari-hari masyarakat yang terdapat di Desa Bogorejo bisa dikatakan belum memadai. Jalan
yang menghubungakan antara dusun satu dengan yang lainnya terbilang kurang baik. Jalan tanah dan berbatu serta licin pada saat hujan turun membuat jalan sulit
dilewati.Akses jalan yang kurang baik menghambat mobilitas penduduk ke luar desa atau ke dalam desa.Sarana transportasi yang tersedia menuju desa atau ke
luar desa hanya angkutan ojek.Kendaraan roda dua lebih mudah untuk melewati kondisi jalan desa yang kurangbaik ketimbang kendaraan lainnya. Kepemilikan
sepeda motor bagi penduduk Desa Bogorejo merupakan alat transportasi utama untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
4.3.5 Karakteristik Responden
Data primer di lapangan menunjukkan bahwa usia responden beragam antara 26 tahun hingga 78 tahun. Pengelompokan usia responden dikategorikan
menurut Havighurst 1950 dalam Mugniesyah 2006 yang membagi usia ke dalam tiga fase, yaitu masa mulaawal dewasa 18-30 tahun,masa usia
pertengahan 31-55 tahun, dan masa tua 55 tahun ke atas. Pengelompokkan menurut usia dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok usia di Dusun III, Desa Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran
Tahun 2013 Kelompok usia th
Jumlah Persentase
18-30 3
8.6 31-55
24 68.5
55 8
22.9 Total
35 100.0
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa sebagian besar responden berada pada usia 31-55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh 68.5 persen
responden di Dusun III, Desa Bogorejo merupakan petani dalam masa usia pertengahan. Masa usia tersebut termasuk usia produktif, dapat dikatakan
sebagian besar responden dalam penelitian ini merupakan petani yang produktif.