Kerangka Pemikiran Struktur Agraria

syndactylus , monyet ekor panjang Macaca fascicularis, dan beruk Macaca nemestrina . Jenis burung seperti elang brontok Spizaetus cirrhatus limnaetus, ayam hutan Gallus gallus, rangkong Buceros sp, punai Treron vernans, kepondang Oriolus chinensis, kutilang Picnonotus aurigaster, murai Copsychus malabaricus, dan terkukur Streptopelia chinensis.

4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Secara administrasi pemerintahan kawasan Tahura WAR dikelilingi oleh 7 wilayah kecamatan dan 36 desa serta ± 67 dusun. Hasil sensus tahun 2000 tercatat jumlah penduduk di 36 desa adalah sebanyak 121 553 jiwa yang tercakup dalam 23 489 KK yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan Tahura. Desa-desa tersebut memiliki kepadatan penduduk bervariasi, mulai kepadatan dari kurang 500 jiwakm² sebanyak 22 desa, kepadatan penduduk 500-1000 jiwakm² 5 desa sampai kepadatan lebih dari 1000 jiwakm². Penyebaran penduduk per masing-msing desa yang berada di sekitar kawasan hutan Tahura dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Sebaran penduduk di sekitar kawasan hutan Tahura WAR No KecamatanDesa Luas Ha Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Jiwakm² Kepadatan AgrarisHaKK I Kemiling: 1. Sumberagung 498 2709 544 2.4 2. Kedaung 77 1035 179 3.0 3. Sukadanaham 416 6799 1639 6.8 II Teluk Betung Utara: 1. Batu Putu 15 4104 1303 5.9 III Teluk Betung Barat: 1. Keteguhan 64 6989 1902 12.9 2. Sukarame 627 4131 659 5.6 IV Padang Cermin: 1. Tanjung Agung 876 3605 93 1.5 2. Sukajaya 200 4251 377 4.6 3. Hurun 176 5736 137 2.0 4. Hanura 800 4699 587 13.5 5. Sidodadi 300 1947 150 5.3 6. Gebang 500 6331 253 3.2 7. Padang Cermin 3278 8313 254 5.0 8. Hanau Brak 877 2586 295 2.9 9. Harapan Jaya 1092 2048 191 3.0 10. Gunug Rejo 958 3251 339 5.3 V Kedondong: 1. Sinar Harapan 25 3663 443 7.8 2. Babakan Loa 1998 3114 156 5.8 3. Tempel Rejo 990 3691 373 5 4. Pesawaran 734 2325 317 6.2 VI Way Lima: 1. Margodadi 76 1468 168 4.6 2. Sukamandi 899 1215 135 5.5 3. Tanjung Agung 613 2863 467 6.6 4. Padang Manis 492 2100 427 9.4 5. Banjar Negeri 391 2916 369 12.4 VII Gedong Tataan: 1. Sukodadi 600 3688 611 7.8 2. Bogorejo 1006 3633 361 10.9 3. Sukaraja 525 6788 1293 15.1 4. Kebagusan 1000 5650 565 7.4 5. Wiyono 1100 4930 448 10.8 6. Sungai Langka 1250 4689 375 7.2 Jumlah 36 153 121 553 Sumber data : Monografi desa tahun 2000 Tingginya tingkat kepadatan agraris akan menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan Tahura WAR. Semakin tinggi tingkat kepadatan agraris berarti untuk satuan luas lahan pertanian yang relatif sama jumlah warga dengan latar belakang agraris atau “terpaksa bertani” yang harus menjadi beban semakin banyak sehingga ketersesiaan lahan pertanian, baik untuk tanaman semusim maupun tahunan semakin sempit. Sempitnya lahan pertanian, masyarakat cenderung melakukan ekspansi dengan mencari lahan yang dianggap kosong dan tidak bertuan, salah satunya adalah kawasan hutan Tahura WAR. Akibatnya kawasan Tahura WAR menjadi sasaran perambahan yang selanjutnya menimbulkan berbagai permasalahan sosial seperti klaim kawasan hutan oleh masyarakat. Mata pencaharian dan tingkat pendidikan di sekitar kawasan hutan Tahura WAR tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3, sebagai berikut : Tabel 2 Persentase mata pencaharian masyarakat di sekitar Tahura WAR Mata Pencaharian persentase Petani dan buruh tani 90.15 Pedagang 4.98 Aparatur Negara 1.64 Lain-lain 3.23 Sumber: Data Sekunder UPTD Tahura WAR Tabel 3 Persentase tingkat pendidikan masyarakat di sekitar Hutan Tahura WAR Tingkat Pendidikan persentase Tidak Sekolah 4.10 Sekolah Dasar Tidak Tamat 29.92 Sekolah Dasar Tamat 49.59 SLTP 9.82 SLTA 4.10 Perguruan Tinggi 2.47 Sumber: Data Sekunder UPTD Tahura WAR Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, terlihat bahwa masyarakat yang ada di sekitar hutan Tahura WAR yang produktif bekerja kurang lebih sebanyak 90.15 persen bekerja sebagai petani dan buruh tani. Hal ini diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan masyarakat yang mengenyam SLTA atau Perguruan Tinggi hanya 6.57 persen. Selain itu, lingkungan biofisik yang ada di sekitar masyarakat didominasi oleh hutan, maka interaksi masyarakat terhadap hutan relatif tinggi. Disamping pekerjaan pokoknya sebagai petani atau buruh tani, sebagian masyarakat juga melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan hutan, diantaranya pemanfaatan lahan di dalam kawasan Tahura WAR tanaman karet, durian, kemiri, coklat kopi, petai, dammar dan pengambilan rumput untuk pakan ternak serta kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan hutan. Laju pertumbuhan penduduk ± 0.58 persen per tahun memberikan tekanan yang cukup besar terhadap hutan. lahan pertanian berupa sawah dan tegalan yang ada di sekitar wilayah kerja Tahura WAR luasnya sangat terbatas, maka lahan hutan menjadi tempat garapan mata pencaharian guna mencukupi kebutuhan ekonomi. Interaksi negatif sering muncul, yang pada akhir-akhir ini sangat dirasakan