Pendidikan GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3. Kepemimpinan dari mereka sendiri, member kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat di sekitar Tahura WAR untuk mengembangkan kepemimpinan dalam kalangan mereka sendiri. 4. Pendakatan kemitraan, memperlakukan masyarakat di sekitar Tahura WAR sebagai mitra kerja pengelolaan hutan yang berperan serta secara aktif dalam pengambilan keputusan. Ikut serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan akan menjadikan masyarakat sebagai mitra kerja yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan yang lestari di Tahura WAR. 5. Swadaya, semua kegiatan yang dilakukan berupa bimbingan, dukungan, dan kemudahan haruslah mampu menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian. 6. Belajar sambil bekerja, dirancang dan dilaksanakan sebagai proses pembelajraan yang partisipatif dengan dilakukan sendiri oleh masyarakat sekitar Tahura WAR, agar mereka mengalami dan menemukan sendiri masalah-masalah serta alternatif penyelesaiannya. 7. Pendekatan keluarga, tidak hanya diperuntukan bagi kaum laki-laki dewasa bapak-bapak saja, tetapi juga para ibu dan anak-anak, sehingga seluruh anggota keluaraga masyarakat di sekitar Tahura WAR memperoleh pemberdayaan sesuai dengan masalah dan kebutuhan masing- masing. 8. Dari masyarakat untuk masyarakat, semua kegiatan dirancang dan dilaksanakan oleh masyarakat yang hasilnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Tahapan kegiatan dalam program PHBM di kawasan Tahura WAR terdiri dari prakondisi sosial, prakondisi fisik, kegiatan fisik di lapangan, pengawasan, dan evaluasi. Tahapan prakondisi sosial akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Inventarisasi dan identifikasi kondisi sosial, ekonomi masyarakat sekitar Tahura WAR, pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan identfikasi serta pendataan masyarakat penggarappemanfaat di kawasan hutan untuk mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya tentang masyarakat penggarap kawasana Tahura WAR. 2. Pembinaan dan pelatihan masyarakat sekitar Tahura WAR sebagai upaya penyadaran hukum masyarakat dan proses menyamakan persepsi tentang pentingnya kelestarian hutan antar pihak yang berkepentingan. 3. Pembentukan kelembagaan dan pranata sosial yang kokoh dan solid serta yang mantap merupakan suatu jaminan bagi keberhasilan pengelolaan hutan bersama masyarakat. 4. Pengenalan kawasan hutan untuk memantapkan pemahaman dan pengakuan masyarakat akan status kawasan Tahura WAR secara de facto maupun de jure. 5. Pendampingan anggota masyarakat penggarap baik oleh pihak terkait UPTD Tahura WAR maupun dari organisasi kemasyarakatan atau bahkan oleh perguruan tinggiyang bertujuan member arahan bagi terbentuknya kelembagaan yang mantap dan teratur serta meningktkan keterampilan teknis dan pengetahuan. Tahapan prakondisi fisik dalam program PHBM meliputi orientasipemilihan lokasi calon tanaman,pengukuran rancangan, dan penyusunan rancangan, termasuk di dalamnya mencakup rencana kegiatan-kegaiatan fiski di lapangan. Tahapan kegiatan fisik di lapangan yaitu kegiatan pembuatan tanaman dengan pengembangan jenis yang diharapkan masyarakat akan membuahkan hasil yang baik pada masyarakat dan lingkungan. Pengembangan pengusahaan hutan yaitu dengan peningkatan penguasahaan hutan, khususnya bagi produk-produk non kayu dapat menigkatkan pendapatan masyarakat penggarap tanpa harus merusakmenebang tegakan hutan. Pendapatan yang diperoleh masyarakat dari program PHBM adalah hasil panen garapan tanaman seperti kemiri, karet, petai dan durian. Tahapan pengawasan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan hutan bersama masyarakat di kawasan Tahura WAR. Tahapan evaluasi yaitu melihat hasil penilaian selanjtnya dan menjadi bahan perbaikan terhadap pengelolaan hutan bersama masyarakat di kawasan Tahura WAR pada masa datang.

5.3 Organisasi Kerjasama dalam PHBM

Secara struktural, organisasi kerjasama dalam PHBM membutuhkan fungsi dan peran dari masyarakat. Keberadaan masyarakat di sekitar Tahura WAR bukan hanya sebagai objek, tetapi sebagai subjek. Keterlibatan masyarakat dalam menjalankan fungsi dan perannya mampu membawa dampak positif dalam menjaga fungsi hutan sebagai fungsi ekologis, ekonomis, dan sosial. Masyarakat adalah subjek dalam program PHBM, sehingga dalam struktur organisasi kerjasama tersebut perlu pelibatan masyarakat sebagai kontrol atas sumberdaya hutan. Keberhasilan program PHBM membutuhkan peran dari pemerintah dan masyarakat. Keduanya saling berkolaborasi untuk menjalankan fungsi dan perannya masing-masing. Pemerintah menjalankan fungsinya sebagai kontrol untuk tetap menjaga kondisi Tahura WAR agar hutan memiliki fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar hutan tetap berguna sebagaimana fungsinya adalah dengan menerapkan program PHBM. Program PHBM tersebut dimaksudkan untuk membujuk masyarakat yang tinggal di dalam hutan agar mereka tidak lagi tinggal di dalam hutan, tetapi mereka diberikan akses untuk memanfaatkan hutan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Pendekatan persuasif secara intensif untuk membangun mitra dengan masyarakat dalam melancarkan program PHBM. Pola kemitraan melalui program PHBM merupakan suatu upaya penyadaran terhadap masyarakat dalam memanfaatkan hutan secara ekonomis tanpa harus mengganggu fungsi ekologis hutan. Pemerintah mempunyai wewenang dalam tata aturan PHBM yang melibatkan masyarakat didalamnya. Fungsi masyarakat dalam menjaga hutan melalui program PHBM adalah sebagai kontrol atas akses dan pemanfaatan sumberdaya alam. Keterlibatan masyarakat dalam struktur organisasi kerjasama PHBM mampu menumbuhkan rasa memiliki dan menjaga hutan tetap lestari. Fungsi tersebut, tentunya membutuhkan pendampingan dan pendekatan secara persuasif secara intens dari pemerintah. Peranan masyarakat yang diharapkan oleh pemerintah adalah diberikan akses untuk memanfaatkan hutan dengan menanam jenis tanaman MPTSbertajuk tinggi