Perubahan Rezim Pengelolaan Sumberdaya Hutan

sekitar kawasan pada rusak dan tertimbun tanah longsor. Masyarakat pun mulai menyadari akibat mereka merambah hutan dan tidak mereboisasi ulang kawasan hutan menyebabkan terjadinya bencana alam yang merugikan mereka sendiri. Tahun 1998 juga terjadinya krisis moneter, dimana banyaknya para transmigran dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera Lampung.Perambahan terjadi lebih besar pada tahun tersebut, karena banyak warga pendatang menempati di sekitar kawasan Tahura untuk mencari sumber penghidupan dari menggarap lahan. Masyarakat di sekitar kawasan Tahura terutama masyarakat Desa Bogorejo berusaha mengusir para warga pendatang tersebut agar tidak merambah hutan kembali, karena ditakutkan terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Cara yang dilakukan ada dengan berdiskusi ataupun denga cara kekerasan agara warga pendatang tidak merambah hutan di kawasan Tahura kembali. Saat terjadinya krisis moneter pemerintah tetap konsisten untuk melaksanakan program PHBM kepada masyarakat di sekitar kawasan Tahura. Pemerintah juga sudah mulai memberikan bantuan-bantuan untuk korban banjir dan tanah longsor.Pemerintah akhirnya mengajak diskusi bersama dan kerjasama dengan para masyarakat Desa Bogorejo untuk mensosialisasikan program PHBM kepada mereka. Masyarakat sudah mulai menerima antusias program PHBM tersebut, meskipun belum seluruhnya setuju dengan program PHBM tersebut. Kerjasama yang dilakukan melalui program PHBM adalah menjaga kelestarian kawasan Tahura WAR dan memberikan akses atau jalan masuk bagi masyarakat untuk menggarap lahan di kawasan Tahura. Masyarakat yang mengikuti program PHBM diberikan pelatihan, penyuluhan, dan perencanaan dalam menggarap lahan di kawasan dengan baik dan bijak. Masyarakat yang telah ikut program PHBM diberikan izin legal untuk masuk ke kawasan Tahura serta tidak lagi berkonflik dengan pemerintah. Tahun 1999 pihak pemerintah melalui program PHBM membentuk kelompok tani Wana Karya di Desa Bogorejo. Fungsi kelompok tani tersebut adalah untuk mengkoordinir masyarakat yang ikut dalam program PHBM di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman serta sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi anggota kelompok yang mengalami permasalahan atau kendala di dalam kawasan Tahura kepada pihak pemerintah UPTD Tahura WAR. Pihak Tahura pada saat tahun tersebut mengadakan penyuluhan untuk menanami tanaman MPTS Multi Purpose Tree Species untuk menggantikan tanaman sebelumnya palawija. Awalnya banyak anggota kelompokyang tidak mengetahui tentang tanaman tersebut, bahkan hanya sedikit anggota kelompok yang datang dalam penyuluhan tersebut karena tidak mengerti jenis tanaman tersbut. Seperti yang disampaikan oleh salah satu responden berikut ini: “Pada waktu penyuluhan tanaman MPTS oleh pihak UPTD Tahura, bapak tidak tahu dik, jenis tanaman apa itu. Berasa asing di telinga jenis tanaman tersebut, yang bapak tahu hanya tanaman palawija dan perkebunan saja”. JND, 60 tahun Rupanya dari sedikit anggota kelompok yang ikut penyuluhan mulai paham bahwa jenis tanaman yang mereka tanam untuk di kawasan adalah jenis tanaman yang bertajuk tinggi seperti petai, kemiri, durian, dan karet. Tanaman tersebut akhirnya digunakan untuk ditanami di dalam kawasan Tahura oleh selurung anggota kelompok tani di Desa Bogorejo. Rupanya pihak UPTD Tahura ingin melestarikan kawasan hutan secara lestari serta bernilai ekonomi bagi masyarakat. Masyarakat telah diberikan izin untuk mengakses lahan garapan di kawasan Tahura WAR dengan mengikuti program PHBM sesuai dengan aturan- aturan yang telah disepakati antara Pemerintah UPTD Tahura WAR dengan Kelompok Tani Wana Karya di Desa Bogorejo. Tahun 2012 hadirnya program PHBM memberikan perubahan sosial bagi masyarakat di Desa Bogorejo. perubahan yang diperoleh adalah lahan yang mereka garap menjadi suatu basis nafkah sebagai sumber penghidupan. Terjaganya ketersedian air secara berkelanjutan untuk kebutuhan hidup sehari- hari bagi masyarakat di sekitar Tahura WAR. Terjalin hubungan komunikasi secara harmonis dengan pemerintah dan mencegah terjadinya konflik kembali. Dilibatkannya masyarakat sebagai subjek dalam pengelolaan hutan secara ekologis tetapi bernilai ekonomis. Keberadaan masyarakat di sekitar kawasan Tahura Wan Abdul Rachman membuat ketergantungan masyarakat dalam mengakses di kawasan hutan sebagai sumber nafkah dalam memenuhi kebutuhan hidup. Rupanya akses yang mereka oleh untuk memenuhi kebutuhan mereka ada pasang surutnya sehingga masyarakat bisa mendapatkan izin dan legal untuk mengakses di dalam kawasan Tahura melalui program PHBM. Berikut ini penjelasan Tabel 12 matriks tentang sejarah akses masyarakat di dalam kawasan PHBM Tahura WAR: Tabel 12 Sejarah akses masyarakat terhadap kawasan Tahura Wan Abdul Rachman melalui program PHBM Tahun Sejarah Akses PHBM 1995  Terjadinya perambahan liar di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman oleh masyarakat sekitar hutan, sehingga fungsi hutan secara alami tidak optimal.  Tingginya dorongan akan kebutuhan lahan usaha bagi masyarakat.  Sosialisasi keberadaan hutan masih lemah sehingga berakibat pembukaan lahan di kawasan hutan menjadi tidak terkendali. 1997  Munculnya program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat yang dibuat oleh UPTD Tahura Wan Abdul Rachman Dinas Kehutanan Provimsi Lampung.  Program PHBM yaitu dengan melibatkan partispatif masyarakat di sekitar kawasan Tahura WAR untuk mengembalikan fungsi hutan kembali secara optimal dan lestari serta bernilai ekonomi.  Masyarakat menolak adanya program tersebut, karena beranggapan dengan adanya program tersebut malah akan membuta hidup mereka sengsara dalam kemiskinan. 1998  Akibat perambahan hutan yang telah dilakukan oleh masyarakat, terjadi bencana alam berupa banjir bandang dan tanah longsor.  Terjadinya krisis moneter yang menyebabkan transmigrasi besar-besaran, mengakibatkan terjadi konflik antara warga pendatang dengan warga lokal masyarakat Desa Bogorejo di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman dalam memperubatkan akses lahan garapan.  Masyarakat mulai sadar akan dampak yang ditimbulkan, akhirnya menerima dan ikut berkerjasama dalam program PHBM yang dibuat oleh pemerintah UPTD Tahura WAR.  Kerjasama yang dilakukan melalui program PHBM adalah menjaga kelestarian kawasan Tahura WAR dan memberikan akses atau jalan masuk bagi masyarakat untuk menggarap lahan di kawasan Tahura. Masyarakat yang mengikuti program PHBM diberikan pelatihan, penyuluhan, dan perencanaan dalam menggarap lahan di kawasan dengan baik dan bijak. 1999  Program PHBM membentuk kelompok tani bagi masyarakat Desa Bogorejo yaitu kelompok tani Wana Karya.  Fungsi kelompok tani tersebut adalah untuk mengkoordinir masyarakat yang ikut dalam program PHBM di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman serta sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi anggota kelompok yang mengalami permasalahan atau kendala di dalam kawasan Tahura.  Memberikan izin dan melegalkan masyarakat Desa Bogorejo untuk mengakses dan menggarap lahan di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman. 2012  Program PHBM menjadikan suatu basis nafkah sebagai sumber penghidupan,  Ketersediaan air yang berkelanjutan bagi masyarakat di sekitar Tahura WAR  Terjalinnya hubungan komunikasi secara harmonis dengan pemerintah.  Dilibatkan sebagai subjek dalam pengelolaan Tahura WAR.