Pengelolaan Hutan Rakyat PENDEKATAN TEORITIS

dan sebagian dikonsumsi rumahtangga sendiri, membayar atau membeli sebagian input seperti pupuk, obat-obatan dan sewa tenaga kerja, tetapi juga dapat menjual atau mempergunakan input pertanian milik keluarga sendiri Sadoulet and Janvry 1995.

2.1.8 Kemisikinan

Badan Pusat Statistik BPS mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupan yang layak kebutuhan dasar makanan maupun kebutuhan dasar bukan makanan Urip 2008. Lebih lanjut Urip 2008 menyatakan bahwa dalam menggolongkan penduduk ke dalam miskin atau tidak miskin, BPS membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah untuk konsumsi orang per bulan. Urip 2008 menjelaskan bahwa kemiskinan adalah kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia secara fisik kebutuhan dasar materi dan biologis termasuk kekurangan nutrisi, kesehatan, pendidikan, dan perumahan serta sosial risiko kehidupan, kondisi ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kepercayaan diri yang kurang. Berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan SNPK, kemiskinan bukan hanya berkaitan dengan pendapatan, tetapi juga mencakup krentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin dan keterbatasan akses masyarakat miskin dalam penentuan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka Dharmawan et al. 2010. Menurut Chambers 1996 dalam Surachman 2011 menyatakan bahwa kemiskinan poverty adalah konsep integrasi dari lima dimensi, yaitu: 1 Kemiskinan proper; 2 Ketidakberdayaan powerless; 3 Kerentanan menghadapi situasi darurat state of emergency; 4 Ketergantungan dependence; dan 5 Ketersaingan isolation baik secara geografis maupun sosiologis. Sementara itu Muttaqien 2006 memaparkan enam jenis kemiskinan yaitu: 1 Kemiskinan Subsistensi; 2 Kemiskinan perindungan; 3 Kemiskinan pemahaman; 4 Kemiskinan partisipasi; 5 Kemiskinan identitas; dan 6 Kemiskinan kebebasan. Salim 1976 menyatakan bahwa ciri-ciri penduduk miskin yaitu: 1. Rata-rata tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, perlatan kerja, dan keterampilan. 2. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. 3. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil sektor informal. 4. Kebanyakan berada di daerah pedesaan atau daerah tertentu perkotaan slum area. 5. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh dalam jumlah yang cukup: bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas, komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya. Menurut Sayogyo 1977, tingkat kemiskinan merupakan suatu yang dapat diukur sehingga munculah istilah garis kemiskinan. Terdapat beberapa konsep atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menghitung angka kemisikinan, diantaranya konsep kebutuhan dasar the concept of minimum needs dan konsep satuan pengukuran unit measure Schiller 2008. Konsep kebutuhan dasar diadopsi oleh BPS dan menjadi standar penentuan angka kemiskinan di Indonesia. BPS menggunakan suatu garis kemiskinan yang dinyatakan dalam rupiah untuk membedakan antara penduduk miskin dan bukan penduduk miskin. Nilai rupiah tersebut ditentukan berdasarkan nilai yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Kebutuhan makanan minimum makanan adalah besarnya nilai rupiah yang dikeluarkan untuk dapat memenuhi kebutuhan minimum energy sebesar 2100 kalori per hari, sedangkan kriteria kebutuhan minimum bukan makan adalah nilai rupiah yang dikeluarkan untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya selain makanan misalnya perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya Urip 2008. Sementara itu, konsep satuan pengukuran mengacu pada penjelasan dalam teori ekonomi bahwa kemampuan seseorang untuk memenuhi barang dan jasa tercemin dari daya beli purchasing power dan satuan mata uang merupakan pendekatan yang paling efektif untuk mengukur daya beli Schiller 2008. Konsep tersebut yang diadopsi oleh World Bank untuk menjadi standar kemiskinan, dimana penduduk miskin adalah mereka yang berpenghasilan di bawah 2 per hari. 2.1.9 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Alam Menurut Lynch dan Harwell 2002 terdapat empat tipe rezim hak kepemilikan property rights sumberdaya alam yaitu sebagai berikut: 1. Akses terbuka open access adalah tidak ada hak pengusaankepemilikan atas sumberdaya, sumberdaya bebas dan terbuka diakses oleh siapapun, tidak ada regulasi yang mengatur serta hak kepemilikan tidak didefinisikan dengan jelas. 2. Milik pribadi private property adalah sumberdaya bukan milik negara melainkan dimiliki oleh organisasi atau individu, ada aturan yang mengatur hak-hak pemilik dalam memanfaatkan sumberdaya alam, manfaat dan biaya ditanggung sendiri oleh pemilik, dan hak pemilikan dapat dipindah-tangankan. 3. Milik kelompok masyarakat common property adalah sumberdaya dikuasai oleh sekelompok masyarakat dimana para anggota punya kepentingan untuk kelestarian pemanfaatan, pihak luar bukan anggota tidak boleh memanfaatkan, hak pemilikan tidak bersifat eksklusif dapat dipindah-tangankan sepanjang sesuai aturan yang disepakati bersama, dan aturan pemanfaatan mengikat anggota kelompok. 4. Milik negara state property adalah hak pemanfaatan sumberdaya alam secara eksklusif dimiliki oleh pemerintah dan pemerintah yang memutuskan tentang akses serta tingkat dan sifat eksploitasi sumberdaya alam. Rezim hak kepemilikan mempunyai fungsi dan peranan masing-masing dalam mengelola sumberdaya alam yang dimiliki, tetapi terdapat kelemahan dari masing-masing tipe rezim hak kepemilikan tersebut. Seperti yang dijelasakan