Ikhtisar Pola Pengusahaan Lahan

7.3 Strategi Bermitra dengan Tahura WAR

Program PHBM merupakan suatu kemitraan dengan melibatkan masyarakat secara partisipatif dalam menjaga dan mengelola hutan secara ekologis tetapi bernilai ekonomis. Diberikannya izin akses menggarap lahan di dalam kawasan Tahura WAR melalui program PHBM oleh pihak UPTD Tahura WAR kepada rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo merupakan suatu strategi nafkah dengan cara bermitra. Bermitra disini rumahtangga petani diikutsertakan dan dilibatkan dalam setiap tahapan mulai dari perencanaan sampai evaluasi secara partsipatif. Hadirnya program PHBM di kawasan Tahura WAR membuat rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo menganggap lahan yang berada di dalam kawasan Tahura WAR merupakan basis nafkah untuk memperoleh pendapatan sebagai pemenuh kebutuhan hidup mereka. Rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo memanfaatkan lahan di dalam kawasan Tahura WAR dengan di data oleh pihak UPTD melalui sistem pinjam-pakai. Lahan yang dipinjamkan oleh pihak UPTD Tahura WAR untuk digarap bagi rumahtangga petani harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku undang-undang dan mematuhi sanksi-sanksi yang berlaku. Lahan yang dipinjamkan untuk digarap oleh rumahtangga petani di dalam kawasan Tahura WAR melalui program PHBM seluas 0.5 ha – 3 ha. Kemudian rumahtangga petani hanya dizinkan untuk menanam tanaman MPTS Multi Purpose Tree Species atau bertajuk tinggi pada lahan garapan di dalam kawasan Tahura WAR. Tanaman MPTS bertajuk tinggi yang ditanamai di lahan yang mereka garap berupa karet, petai, kemiri, dan durian. Manfaat yang didapatkan melalui program PHBM di kawasan Tahura WAR terhadap rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo adalah bisa memperoleh seluruh hasil dari lahan yang digarap di dalam kawasan Tahura WAR. Hasil yang diperoleh dari tanaman yang mereka tanam berupa getah karet, biji kemiri, petai, dan buah durian, kemudian hasil yang diperoleh dijual ke pasar untuk menambah pendapatan rumahtangga petani serta sebagai kebutuhan hidup sehari-hari.

7.4 Strategi Migrasi

Migrasi merupakan usaha yang dilakukan responden dengan cara mobilisasi ke daerah lain di luar desanya untuk hidup menetap maupun sementara. Tujuan bermigrasi adalah untuk bekerja agar memperoleh tambahan pendapatan di luar desa. Jenis pekerjaan yang diperoleh merupakan pekerjaan pada sektor formal dan non-formal. Jenis pekerjaan yang dipilih adalah sebagai satpam pekerjaan formal dan buruh bangunan serta supir truk pekerjaan non- formal. Bekerja sebagai satpam karena atas dasar ajakan dari kerabat atau sanak keluarga yang berada di luar desa, sedangkan bekerja sebagai buruh bangunan dan supir truk karena keterbatasan keahlian dan keterampilan serta pendidikan yang responden miliki. Pekerjaan sebagai satpam merupakan motivasi untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga dan untuk tabungan jangka panjang. Selain itu, pekerjaan buruh bangunan tergantung dari kebutuhan tenaga kerja di bidang konstruksi bangunan serta atau sejenisnya, sedangkan pekerjaan sebagai supir truk tergantung dari adanya barang-barang yang akan dikirim ke suatu tempat. Biasanya supir truk mengirim barang-barang yang akan dikirim tergantung medan yang dilewati dan kondisi cuaca. Kesempatan bekerja sebagai buruh bangunan dan supir teuk tidak selalu tersedia setiap waktu. Upahgaji yang diperoleh dari bekerja sebagai buruh bangunan sebesar Rp50 000 per hari, upahgaji yang diperoleh dari bekerja sebagai supir truk sebesar Rp1 200 000 per trayek, sedangkan upahgaji yang diperoleh dari bekerja sebagai satpam sebesar Rp1 500 000 per bulannya. Terdapat tiga responden yang melakukan migrasi ke luar desa maupun ke luar Pulau Sumatera, bekerja sebagai satpam dua responden, buruh bangunan dan supir truk satu responden.

7.5 Ikhtisar

Bentuk- bentuk strategi nafkah dari kasus rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo yang diamati terdapat empat bentuk strategi nafkah. Pertama, strategi ekstensifikasi lahan pertanian dilakukan dengan cara menambah dan memperluas areal lahan garapan pertanian ke lahan hutan ke dalam kawasan Tahura WAR melalui program PHBM. Kedua, pola nafkah ganda dilakukan dengan cara mencari sumber pendapatan lain sebagai alternatif, diantaranya adalah bekerja di sektor off-farm sebagai buruh tani dan buruh nyadap karet di PTPN VII serta bekerja di sektor non-pertanian sebagai buruh bangunan, berdagang warung, pegawai negeri PNS, supir, satpam, usaha salon, dagang rongsokan dan kontrakkan rumah. Ketiga, strategi bermitra dengan Tahura WAR dilakukan dengan cara diberikan izin akses menggarap lahan di dalam kawasan Tahura WAR melalui program PHBM oleh pihak UPTD Tahura WAR. Bermitra disini rumahtangga petani diikutsertakan dan dilibatkan dalam setiap tahapan mulai dari perencanaan sampai evaluasi secara partsipatif dan sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Keempat, strategi migrasi yang dilakukan dengan cara mobilisasi ke daerah lain di luar desanya untuk hidup menetap maupun sementara dengan tujuan agar memperoleh tambahan pendapatan di luar desa. Pekerjaan yang dilakukan dengan strategi migrasi adalah sebagai satpam, buruh bangunan, dan supir truk.

BAB VIII STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI

Bab ini menjelaskan tentang sumber-sumber pendapatan dan struktur pendapatan rumahtangga petani berdasarkan kategori menurut lapisan pendapatanyang diperoleh dari kegiatan nafkah di dalam kawasan Tahura WAR dan dari lahan garapan serta usaha lainnya di Dusun III, Desa Bogorejo. Sumber pendapatan dibagi menjadi tiga yaitu pendapatan dari PHBM hutan rakyat, pendapatan dari sektor pertanian dan pendapatan dari sektor non-pertanian. Struktur nafkah adalah komposisi pendapatan rumahtangga petani dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumahtangga. Kemudian selanjutnya pada bab ini akan menganalisis rata-rata sumbangan sumber pendapatan terhdadap struktur nafkah rumahtangga petani yang dilihat dari angka mutlak berdasarkan kategori menurut lapisan pendaptan per tahun dan persentase rata-rata sumbangan sumber pendapatan terhadap struktur nafkahrumah tangga petani berdasarkan lapisan pendapatan per tahun. Pada akhirnya akan megetahui tingkat kemiskinan rumahtangga petani dari rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari menurut lapisan pendapatannya terhadap garis kemsikinan menurut ukuran kemiskinan World Bank sebesar USD 2.00 per kapita per hari. Lapisan pendapatan rumahtangga petani ditentukan oleh jumlah pendapatan yang di dapat dari setiap sektor dalam satu tahun. Penentuan lapisan pendapatan tinggi, sedang, dan rendah dihitung dengan kaidah kurva sebaran normal, dengan bantuan Microsoft excel 2007 dan juga SPSS version 16.0. 8.1 Sumber Pendapatan Rumahtangga Petani 8.1.1 Pendapatan dari PHBM Hutan Rakyat Lahan merupakan modal utama bagi rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo dengan melakukan kegiatan usahatani untuk memperoleh pendapatan. Salah satu lahan yang digarap oleh rumahtangga petani adalah lahan hutan PHBM yang berada di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman WAR. Lahan yang digarap oleh rumahtangga petani mempunyai luas antara 0.5 ha-3 ha yang diberikan izin akses oleh pihak UPTD Tahura WAR. Lahan yang diberikan oleh pihak Tahura WAR berbeda-beda luas lahan untuk digarap rumahtangga petani. Lahan hutan PHBM merupakan penguasaan lahan melalui pinjam-pakai yang diberikan oleh pihak UPTD Tahura WAR kepada rumahtangga petani yang terlibat dalam program PHBM. Rumahtangga petani melakukan aktivitas menggarap lahan hutan PHBM di dalam kawasan Tahura WAR. Aktivitas yang dilakukan diantaranya menanam tanaman MPTS Multi Purpose Tree Species atau bertajuk tinggi, seperti karet, kemiri, petai, dan durian. Kemudian memupuk dan merawat tanaman MPTSbertajuk tinggi secara intensif agar tanaman cepat panen serta terhindar dari hama dan penyakit. Rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo biasanya melakukan panen terhadap tanaman MPTSbertajuk tinggi yang ditanami di atas lahan hutan PHBM tergantung dari usia tanaman, apakah sudah usia produktif atau belum untuk dipanen. Apabila tanaman MPTSbertajuk tinggi sudah berusia produktif maka bisa dipanen setiap satu tahun sekali atau dua hari sekali. Tanaman MPTSbertajuk tinggi yang berusia produktif di panen oleh rumahtangga petani setahun sekali seperti kemiri, petai, dan durian, sedangkan pada tanaman karet yang berusia produktif di panen dua hari sekali dan disadap getah karetnya. Hasil dari panen tersebut dijual oleh rumahtangga petani ke pasar atau ke tengkulak dan sisanya digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti konsumsi pangan, biaya sekolah, dan biaya kesehatan serta digunakan untuk modal membeli lahan pertanian di luar kawasan PHBM dan modal usaha diluar sektor pertanian. Berikut adalah grafik pendapatan rumahtangga petani dari PHBM hutan rakyat untuk menjelaskan lebih lengkap mengenai pendapatan yang diperoleh dari setiap kategori menurut lapisan pendapatan. Gambar 5 di bawah ini memperlihatkan gambaran rata-rata pendapatan dari PHBM hutan rakyat selama satu tahun berdasarkan kategori menurut lapisan pendapatan. Gambar 5 Rata-rata pendapatan rumahtangga petani per tahun dari PHBM hutan rakyat menurut lapisan pendapatan Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 5 di atas rumahtangga petani yang mendapatkan rata- rata pendapatan dari PHBM hutan rakyat per tahunnya dibagi menjadi tiga kategori menurut lapisan pendapatannya yaitu lapisan pendapatan atas, lapisan pendapatan menengah, dan lapisan pendapatan bawah. Lapisan pendapatan atas mendapatkan rata-rata penghasilan per tahun dari PHBM sebesar Rp9 415 000 8 responden, kemudian lapisan pendapatan menengah mendapatkan rata-rata penghasilan per tahun dari PHBM sebesar Rp3 912 250 16 responden, dan lapisan pendapatan bawah mendapatkan rata-rata penghasilan per tahun dari PHBM sebesar Rp1 343 636 11 responden. Diketahui dari Gambar 5 di atas bahwa rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo yang memperoleh rata- rata penghasilan per tahunnya dari PHBM pada lapisan pendapatan atas, dikarenakan luas lahan yang digarap di kawasan PHBM lebih luas, kemudian hasil panen yang diperoleh lebih melimpah, dan usia tanaman yang ditanam sudah usia produktif untuk dipanen dibandingkan dengan lapisan pendapatan menengah dan lapisan pendapatan bawah. 9 415 000 3 921 250 1 343 636 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 9000000 10000000 Atas Menegah Bawah Rp PHBM hutan rakyat