Total Pendapatan Rumahtangga Petani

menjadi penyumbang yang terbesar terhadap struktur nafkah rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo, namun peran PHBM tetap penting dalam hal ini. Sektor pertanian memiliki banyak jenis hasil yang didapatkan, mulai dari tanaman perkebunan, tanaman pertanian, dari hewan ternak. Kemudian dari sektor PHBM hanya memliki satu jenis hasil yang didapatakan dari menjual hasil panen tanaman MPTSbertajuk tinggi, seperti karet, kemiri, petai, dan durian. Sedangkan, dari sektor non-pertanian hanya dijadikan sebagai alternatif pekerjaan dalam menambah pendapatan rumahtangga petani untuk keperluan hidup apabila sewaktu-waktu terjadi gagal panen dan bencana alam serta tidak menentunya hasil panen yang diperoleh dari sektor PHBM dan sektor pertanian. Kontribusi dari sektor pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo telah mendominasi pada setiap lapisan pendapatan atas, menengah, dan bawah. Kemudian kontibusi dari PHBM dan sektor non-pertanian terhadap struktur nafkah belum terlalu bisa mendominasi pada setiap lapisan pendapatan atas, menengah, dan bawah. Melainkan dijadikan sebagai basis nafkah tambahan dan alternatif pekerjaan bagi rumahtangga petani sebagai pemenuh kebutuhan hidup serta modal usahatani. Keempat, berdasarkan hasil data yang diperoleh bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan sektor pertanian pada lapisan pendapatan atas sehingga sudah berada di atas garis kemiskinan, kerena telah berada di atas angka 2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari. Sedangkan, pada lapisan menengah dan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan 2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari. Hal ini mengindikasikan sumber pendapatan dari PHBM dan sektor non-pertanian belum bisa membantu untuk keluar dari garis kemiskinan bagi lapisan pendapatan menengah dan lapisan pendapatan bawah. Melainkan hanya membantu meningkatkan pendapatan bagi lapisan pendapatan tinggi saja dan mengurangi kemiskinan serta mengurangi kesenjangan ekonomi degan lapisan pendapatan sedang. Dampak yang muncul adalah lebarnya jarak kesenjangan ekonomi antara lapisan tinggi dengan lapisan rendah, akibat dari diberikannya akses menggarap lahan di dalam kawasan Tahura WAR. Dimana lapisan pendapatan tinggi tetap mendapatkan akses lahan yang sama besarnya dengan lapisan pendapatan rendah untuk menggarap di dalam kawasan Tahura WAR.

9.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlunya rumahtangga petani bagi lapisan pendapatan bawah untuk diberikan akses yang lebih tinggi dalam program PHBM oleh pihak UPTD Tahura WAR. Diberikannya akses lebih tinggi, dikarenakan bisa mengurangi kemiskinan serta mengurangi kesenjangan ekonomi antara lapisan pendapatan menengah dan lapisan pendapatan atas. Selanjutnya, perlu dibatasinya akses rumahtangga petani bagi lapisan pendapatan atas oleh pihak UPTD Tahura WAR dalam program PHBM. Dibatasinya akses dalam program PHBM, supaya rumahtangga petani dengan lapisan atas tidak terlalu mendominasi dalam pengelolaan di Tahura WAR serta bisa berbagi keadilan dalam keuntungan ekonomi yang diperoleh rumahtangga petani lapisan pendapatan bawah. Hal ini akan membuat pemerataan kesejahteraan ekonomi bagi rumahtangga petani pada lapisan pendapatan dalam program PHBM di Tahura WAR. DAFTAR PUSTAKA . Awang S. 2001. Gurat Hutan Rakyat di Kapur Selatan. Yogyakarta [ID]: Pustaka Kehutanan Masyarakat. Chambers R. 1992. Rural Appraisal: Rapid, Relaxed, and Participatory. Sussex, [UK]: Oxford University Press. Chambers S. 1996. Participatory Rural Apraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta [ID]: Penerbit Kanisius. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2012. Eksekutif Data Strategis Kehutanan 2012. Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 20Menhut-II2012. Dharmawan AH. 1994. Farm Income and Financing in Rural Indonesia A Case Study From West Kalimantan . [Tesis]. Gottingen: Alano. 129 hal Dharmawan AH. 2001. Farm Household Livelihood Strategies and Socio Economic Changes in Rural Indonesia . Socioeconomic Studies on Rural Development Vol. 124. Kiel [DE]: Wissenchaftsverlag Vauk Kiel KG. Dharmawan AH. 2007. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah Livellihood Sociology Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. [internet]. [diunduh 11 Maret 2012]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. ISSN: 1987-4333, vol. 01, no. 2. Dapat diunduh dari: http: jurnalsodality.ipb.ac.idjurnalpdfedisi-1.pdf Diniyati D, Fauziyah E. 2008. Kajian Kontribusi Pondok Pesantren pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Makalah dalam Prosiding Seminar Sehari, tanggal 11 Desember 2008 di Ciamis. Hal 38-55. Bogor [ID]: Puslitbang Hutan Tanaman. Ellis F. 1988. Peasant Economics: Farm Household and Agrarian Development. Cambridge [US]: Cambridge University Press. Ellis F. 2000. Rural livehoods and diversity in developing countries. New York [US]: Havard University Press. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta [ID]: PT.Gramedia Pustaka Utama Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan aplikasi. Jakarta [ID]: PT Gramedia Pustaka Utama. 259 hal Fandeli C. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Jakarta [ID]: Liberty. Hardin G. 1968. Tragedy of The Commons. Journal Science 162: 1243-1248 [internet]. [diunduh 25 Juli 2013]. Dapat diunduh dari: www.jstore.org Hardjanto. 2001. Dampak Krisis Ekonomi dan Moneter terhadap Usaha Kehutanan Masyarakat di Jawa. Fakultas Kehutanan Institut PertanianBogor Hardjanto. 2003. Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat di Pulau Jawa. [Disertasi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Harwell EE, Lynch OJ. 2002. Whose Resources? Whose Commons Good? Towards a New Paradigm of Environmental Justice and The National Interest in Indonesia . Washington, DC [US]: Center for International Environmental Law CIEL. Hidayah MA. 2012. Manajemen Konflik Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Komunitas Studi Kasus: Konsep PHBM Di Kph Randublatung, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Hindra B. 2005. Indonesia Community Forestry 2005. Community Forestry Status Report . Jakarta [ID]: Ministry of Forestry of Indonesia. Iqbal M. 2004. Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan Studi Kasus Di Dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 183 hal Jaffar ER. 1993. Pola Pengembangan Hutan Rakyat sebagai Upaya Peningkatan Luasan Lahan, dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Propinsi D.I.Y Makalah pada pertemuan Persaki Provinsi D.I.Y Tanggal 17 Juli 1993, Yogyakarta. [KEMENHUT] Kementerian Kehutanan. 2011. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Lampung. [Internet]. [dikutip 20 April 2013]. Dapat diunduh dari: www.dephut.go.idinformasi twatahurawanabdul.htm . Kurniawan H. 2009. Komparasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Di Pegunungan Yunnan China Dan Gunung Betung Lampung Indonesia. [Tesis]. Sumatera [ID]: Universitas Sumatera Utara. Masitoh AD. 2005. Analisis Strategi Rumahtangga Petani Perkebunan Rakyat Suatu Kajian Perbandingan: Komunitas Teh Ciguha Jawa Barat dan Komunitas Petani Perkebunan Tebu Puri Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 130 hal Meikle S, Ramasut T, Walker J. 2001. Sustainable Urban Livelihoods: Concepts ang Implications for Policy . [Working Paper]. [Internet]. [dikutip 19 Februari 2013]. 9 Endsleigh Gardens London WC1H OED. Dapat diunduh dari: http:eprints.ucl.ac.uk351wp112.pdf . Mitchell B. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta [ID]: PAU UGM. Mugniesyah SS. 2006. ModulPendidikan Orang Dewasa. Bogor [ID]: InstitutPertanian Bogor. 215 hal Muhshi MA. 2004. SHK Sebagai Model Pengelolaan Hutan oleh Rakyat. Jurnal Kehutanan Masyarakat. Vol.II No.2: hal 20-35. Mustofa A. et al. 2011. Tata Cara dan Prosedur Pengembangan Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat dalam Kerangka Undang-Undang No. 41 Tahun 1999. Samarinda [ID]. Balai Pendidikan dan Kehutanan Samarinda. Muttaqien. 2006. Paradigma Baru Pengentasan Kemiskinan, Rekronstruksi Arah Pembangunan Menuju Masyarakat yang Berkeadilan, Terbebaskan, dan Demokratis. Menuju Indonesia Sejahtera.Editor. Raharjo MD. Jakarta [ID]: Khanata. Nakajima C. 1986. Subjective Equilibrium Theory of the Farm Household. Amsterdam Elsevier Science Publisher BV. Nurwanto dan Prakoso. 1979. Pembentukan Hutan Rakyat sebagai Wujud Nyata Penghijauan untuk Masyarakat. Seminar dan Reuni Ke III. Yogyakarta [ID]: Fakultas Kehutanan UGM. Purnomo AM. 2006. Strategi Nafkah Rumahtangga Desa Sekitar Hutan Studi Kasus Desa Peserta PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 218 hal. Reijntjes C. et al. 1992. Farming for the Future, an Introduction to Low-External- Input and Sustainable Agriculture. The Macmillan Prss LTD. Terjemahan.