Manfaat dan Permasalahan Program PHBM di Kawasan Tahura WAR
Berdasarkan kisah kehidupan Bapak IWN, menunjukkan bahwa pola nafkah ganda dilakukan karena pendapatan dari petani tidak dapat mencukupi biaya
kehidupan sehari-hari. Lokasi tempat Bapak IWN bekerja sebagai petani adalah di lahan pertanian PHBM di kawasan Tahura WAR dan lahan pertanian di depan
rumahnya. Kecilnya luas lahan yang digarap dan keterbatasan modal usahatani menyebakan pendapatan yang diperoleh tidaklah besar dan kurang mencukupi
untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Cara untuk terpenuhi kebutuhan hidup sehari- hari adalah dengan berkerja diluar sektor pertanian. Pekerjaan yang dilakukan
adalah sebagai buruh tani, buruh bangunan, dan supir truk, agar pendapatan yang diperoleh bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Kedua, suami-istri yang masing-masing bekerja disektor non-pertanian yaitu buruh
tani dan
berdagang warung,
contoh kasus
Bapak SHR.
Box 1. Kisah kehidupan kasus Bapak IWN, 33 tahun
Bapak IWN merupakan petani di Dusun III, Desa Bogorejo yang hanya memiliki pendidikan tamatan SD. Bapak IWN merupakan pendatang dari
Sumatera Utara. Awalnya Bapak IWN merupakan petani yang mengikuti program PHBM dan memiliki lahan pertanian di dalam kawasan Tahura WAR
serta memiliki lahan pertanian di depan rumahnya. Kecilnya luas lahan pertanian yang dimiliki,serta keterbatasan modal untuk biaya usahatani,
menyebabkan hasil yang diperoleh tidaklah besar. Pendapatan yang diperoleh dari ke dua lahan tersebut tidak selalu mencukupi untuk keperluan hidup
sehari-hari, oleh karena itu Bapak IWN melakukan pekerjaan lain di luar sektor pertanian dan dari sektor off-farm untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pekerjaan yang dilakukan di luar sektor pertanian adalah sebagai buruh bangunan dan supir truk, sedangkan pekerjaan yang dilakukan dari off-farm
sebagai buruhtani. Hasil yang diperoleh dari pekerjaan di luar sektor non- pertanian sebagai buruh bangunan sebesar Rp525 000 dan supir truk sebesar
Rp7 200 000 serta hasil yang diperoleh dari pekerjaan off-farm sebagai buruhtani sebesar Rp900 000. Hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang Bapak
IWN lakukan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta untuk digunakan modal biaya produksi usahatani di ke dua lahan tersebut.
Box 2. Kisah kehidupan kasus Bapak SHR, 70 tahun
Bapak SHR merupakan petani di Dusun III, Desa Bogorejo yang hanya memiliki pendidikan tamatan SD. Bapak SHR merupakan pendatang dari
Jawa Barat. Hasil pendapatan yang diperoleh tidaklah besar sebagai petani. Beliau melakukan pekerjaan di sektor off-farm sebagai buruh tani,
sedangkanistri dari Bapak SHR melakukan pekerjaan di sektor non-pertanian yaitu berdagang warung. Berdagang warung dijalankan dari modal sangat
kecil, hanya terbatas barang yang di jual. Berjalannya waktu rupanya hasil yang diperoleh dari berdagang warung cukup besar dan bisa menambah
pendapatan bagi rumahtangganya untuk kehidupan sehari-hari serta modal biaya usahatani di lahan PHBM dan lahan milik sendiri. Pendapatan yang
diperoleh dari berdagang warung sebesar Rp10 950 000 dan pendapatan yang diperoleh sebagai buruh tani sebesar Rp1 500 000, sehingga bisa membantu
kekurangan dari pendapatan pertanian.
Berdasarkan kisah kehidupan kasus Bapak SHR, pola nafkah ganda dilakukan suami-istri adalah bekerja di luar sektor pertanian sebagai buruh tani
dan berdagang warung. Berdagang warung yang dilakukan oleh istri Bapak SHR dijalankan dengn modal yang sangat kecil, akan tetapi berjalannya waktu hasil
yang diperoleh dari berdagang warung cukup besar dan bisa menambah pendapatan bagi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, pola nafkah ganda ini
bertujuan untuk membantu kekurangan dari pendapatan pertanian, sehingga rumahtangga Bapak SHR dapat memperoleh pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan menambah pendaptan. Ketiga, suami bekerja di sektor non- pertanian dan anak berusaha salon contoh kasus Bapak KMD.
.
Berdasarkan kisah kehidupan kasus Bapak KMD, pola nafkah ganda dilakukan suami dan anak adalah bekerja di luar sektor pertanian dengan
melakukan usaha kontrakan rumah yang berasal dari warisan orang tuanya. Kemudian hasil pendapatan dari kontrakan rumah tersebut beliau gunakan
sebagian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian lagi digunakan untuk usaha salon. Usaha salon dikelola oleh anak peremuannya yang merupakan
lulusan SMK, hasil dari usaha salon menambah pendapatan dan digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.Usaha yang dilakukan oleh Bapak KMD dengan
anaknya dilakukan sebagai cara untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya dan mencari alternatif pekerjaan lain untuk memperoleh
pendapatan dari luar sektor pertanian. Pendapatan dari sektor pertanian yang selama ini diperoleh tidaklah menentu dan terkadang kurang untuk biaya
kebutuhan hidup sehari-hari. Box 3. Kisah kehidupan kasus Bapak KMD, 55 tahun
Bapak KMD merupakan petani di Dusun III, Desa Bogorejo yang hanya memiliki pendidikan tamatan SD. Bapak KMD merupakan penduduk
Lampung asli.Beliau melakukan pekerjaan di luar pertanian dengan melakukan usaha kontrakan rumah.Rumah yang dikontrakkan merupakan
rumah warisan dari orang tuanya tetapi rumah tersebut tidak ditempati oleh Bapak KMD, beliau kontrakan bagi warga Desa Bogorejo yang mau
menempati. Rumah tersebut dikontrakan kepada warga sebesar Rp2 000 000 per tahun. Hasil tersebut dia gunakan sebagian untuk kebutuhan hidup sehari-
hari dan sebagian lagi beliau modalkan untuk usaha salon. Usaha salon tersebut dikelola oleh anak perempuannya yang merupakan lulusan SMK,
hasil yang diperoleh dari usaha salon sebesar Rp400 000 per bulan, hasil tersebut digunakan untuk membantu kebutuhan hidup sehari-hari
rumahtangga dan digunakan juga untuk modal biaya usahatani di lahan yang dimilikinya. Hasil pendapatan yang diperoleh dari rumah kontrakan dan usaha
salon membantu pendapatan rumahtangga Bapak KMD untuk memenuhi kebutuhan hidup per harinya sebesar Rp53 000 dan untuk modal usahatani di
lahan PHBM serta lahan milik sendiri.