Pengembangan Sistem Pengukuran Kinerja Program Kemitraan PKBL

Untuk mendapatkan indikator yang sesuai dengan syarat dan kriteria dilakukan analisis menggunakan matriks kesesuaian yaitu kesesuaian antara indikator dengan syarat dan kriterianya. Untuk indikator yang tidak memenuhi syarat dan kriteria maka tidak akan digunakan sebagai indikator. Langkah selanjutnya adalah memilih IKU yang dilakukan dengan perbandingan berpasangan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process AHP untuk dapat menghitung bobot yang sekaligus me-ranking untuk memilih IKU. Pemilihan IKU akan dibatasi maksimal 10 IKU. Dilakukan pembobotan ulang terhadap IKU tersebut, yaitu dengan menghitung secara proporsional dari hasil AHP di atas. Gambar 7 Pembuatan Indikator dan Pemilihan IKU Dari indikator utama yang didapat, dikembangkan pula dokumen sumber verifikasi sources of verification yaitu sumber dokumen untuk melakukan verifikasi penilaian indikator tersebut. Sumber dokumen untuk verifikasi dikembangkan mengacu pada prosedur yang ada. Hal ini untuk menunjang pelaksanaan penilaian dan memenuhi syarat indikator kinerja yaitu SMART-C. Alur proses pengembangan indikator utama ke sistem pengukuran disajikan pada Gambar 8. Penentuan kriteria penilaian dilakukan dengan pengembangan skorangka. Sistem pembuatan skor yang digunakan adalah Objective Matrix OMAX untuk setiap indikator. Skor OMAX terletak pada rentang nol sampai dengan 10, dimana nilai nol menunjukkan bahwa kinerja sangat jauh di bawah target kinerja terjelek, dan nilai 10 menunjukkan kinerja tertinggi. Nilai 1-9 adalah nilai interpolasi antara nilai nol dan 10. Penyetaraan nilai dengan skor dilakukan dengan pendapat pakar dalam Focus Group Discussion FGD. Gambar 8 Pengembangan Indikator Kinerja Utama dengan Objective Matrix

5. Pengukuran Kinerja Program Kemitraan PKBL PT. Sucofindo Jakarta

Dari hasil pengembangan sistem pengukuran kinerja program kemitraan PKBL dilakukan penerapan langsung di PKBL PT. Sucofindo Jakarta. Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan audit dokumen terhadap dokumen sumber verifikasi sources of verification yang telah ditetapkan dalam sistem pengukuran kinerja hasil pengembangan. Penilaian dilakukan untuk kinerja program kemitraan PKBL tahun 2011 sehingga dokumen yang menjadi obyek audit adalah dokumen PKBL PT. Sucofindo Jakarta tahun 2011. Dengan melakukan perhitungan penilaian dan skor terhadap dokumen sumber verifikasi sources of verification maka didapat nilai kinerja program kemitraan PKBL.

C. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara berjenjang dengan beberapa metode untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Logical Framework Analysis LFA

Logical Framework Analysis LFA adalah instrumen analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk menganalisis situasi existing, membangun hirarki logika dari tujuan yang akan dicapai, mengidentifikasi risiko potensial yang dihadapi dalam pencapaian tujuan dan hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tujuan output dan hasil outcomes, menyajikan ringkasan aktivitas suatu kegiatan serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek Ausguidline, 2005 dalam Yantieuyulandh, 2011 . Metode LFA dilakukan dengan bantuan dikusi dengan pakar dan dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data harapan stakeholder yang diperoleh dari survei dengan kuesioner sehingga didapat indikator untuk mengukur pencapaian harapan tersebut.

2. Analytical Hierarchy Process AHP

Proses tingkatan analitik Analytical Hierarchy Process dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judment dalam memilih alternatif yang paling disukai. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons Kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif Saaty dalam Marimin, 2005. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut saaty 1983 dalam Marimin 2005 untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty adalah sebagai berikut: Nilai 1 adalah kriteriaalternatif A sama dengan kriteriaalternatif B Nilai 3 adalah A sedikit lebih penting dari B Nilai 5 adalah A jelas lebih penting dari B Nilai 7 adalah A sangat jelas lebih penting dari B Nilai 9 adalah A mutlak lebih penting dari B Adapun nilai 2, 4, 6, 8 adalah apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan. Berikut penjelasan langkah-langkah metode AHP, yakni: a Menentukan jenis-jenis kriteria yang akan menjadi persyaratan calon pejabat struktural. b Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan. c Menjumlah matriks kolom. d Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus, masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom. e Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus, menjumlah matriks baris hasil langkah ke d dan hasilnya dibagi dengan jumlah kriteria. f Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan. g Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks berpasangan untuk masing-masing kriteria, sehingga akan ada sebanyak n buah matriks berpasangan antar alternatif. h Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks, masing-masing matriksnya dijumlah per kolomnya. i Menghitung nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus seperti langkah d dan langkah e. j Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus, masing-masing elemen matriks berpasangan pada langkah b dikalikan dengan