Sistem Pengukuran Kinerja PKBL
penilaian pada aspek administrasi dengan indikator efektivitas penyaluran dana dan tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman. Sampai saat ini belum ada peraturan
menteri yang diterbitkan sebagai petunjuk perhitungan kinerja PKBL sebagaimana direncanakan. Diketahui pula, bahwa telah ada rencana pembuatan sistem pengukuran
kinerja program kemitraan hal ini menunjukkan bahwa memang dirasakan bahwa pengukuran kinerja saat ini sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.
Dalam perkembangan sistem pengukuran kinerja organisasi seperti yang dikemukakan oleh Wibisono 2011 bahwa fokus pengelolaan perusahaan saat ini
bukan lagi hanya pada kepentingan pihak tertentu tetapi berkembang untuk kepentingan semua pihak stakeholder. Terlebih pada perusahaan pelayanan publik
yang dikelola pemerintah yang jelas-jelas untuk melayani masyarakat dan menggunakan dana masyarakat. Dikuatirkan pengukuran kinerja yang hanya fokus
pada kepentingan pihak tertentu akan mengakibatkan disfungsi organisasi yang merugikan stakeholder lain, termasuk masyarakat.
Sebagai contoh dalam penerapan evaluasi system pengukuran kinerja di Bank Tabungan Negara BTN cabang solo Putri, 2008, menggunakan balance scorecard
untuk mengakomodir aspek non keuangan. Meskipun BTN merupakan lembaga keuangan tetapi menyadari bahwa pengukuran kinerja yang hanya berfokus pada
aspek keuangan saja untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Pengukuran kinerja dengan sistem ini menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada
keuntungan jangka pendek dan cenderung mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Apalagi bank merupakan perusahaan jasa seperti
halnya PT. Sucofindo, dimana pelanggan merupakan komponen penting dalam kelangsungan bisnisnya.