Tabel 17 Klasifikasi Harapan Stakeholder Terpilih Aspek
Harapan Stakeholder Keuangan
Plafon pinjaman ke PKBL yang lebih besar dari saat ini ≤ 60
juta Pinjaman kepada PKBL tidak menggunakan jaminan
Penyaluran pinjaman usaha kecil yang efektif pada PKBL Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman usaha kecil
yang tinggi Pelayanan
Pelayanan pelanggan PKBL yang baik Proses operasional PKBL lebih banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat
Adanya SOP untuk semua kegiatan PKBL Adanya SOP pembinaan usaha kecil pada PKBL
Adanya SOP pengawasan PKBL Administrasi
PKBL yang tertib administrasi Rancangan dan Anggaran Kerja RKA PKBL harus ada
setiap tahunnya Kemampuan
organisasi Keberhasilan pembinaan PKBL sehingga usaha kecil
meningkat usahanya PKBL bebas KKN
Karyawan Penilaian kinerja karyawan PKBL menggunakan sistem 360°
Kepuasan karyawan PKBL yang tinggi Ketersediaan pelatihan untuk karyawan sesuai tugasnya
Aspek pelayanan memiliki satu harapan stakeholder yang dapat dikembangkan karena sesuai dengan tujuan organisasi yaitu melayani masyarakat. Terdapat aspek
proses operasional yang diharapkan memiliki SOP di semua kegiatan termasuk SOP pengawasan dan pembinaan. Ketiga SOP dapat disatukan menjadi SOP pengelolaan
PKBL BUMN. Harapan stakeholder agar PKBL lebih banyak melakukan sosialisasi merupakan cerminan keingintahuan stakeholder tentang program PKBL BUMN.
Aspek administrasi terdiri dari tertib administrasi dan tuntutan adanya RKA setiap tahun. Aspek kemampuan organisasi kapabilitas merupakan harapan stakeholder
kepada PKBL untuk membuktikan kemampuannya menghasilkan keluaran berupa
keberhasilan pembinaan dan yang bebas KKN. Aspek karyawan juga merupakan harapan dari stakeholder yang terdiri dari penilaian kinerja yang lebih adil dengan
metode 360°, kepuasan karyawan, dan ketersediaan pelatihan untuk menunjang pekerjaan sehari-hari. Adapun yang dimaksud dengan penilaian kinerja karyawan
dengan metode 360° adalah penilaian kinerja karyawan yang dilakukan bukan hanya oleh atasannya saja tetapi juga oleh rekan kerja dan bawahannya.
C. Pengembangan Sistem Pengukuran Kinerja PKBL
1. Penentuan Indikator Kinerja Program Kemitraan
Identifikasi menghasilkan harapan stakeholder yang menjadi target untuk dipenuhi. Pemenuhan harapan stakeholder ini akan terlihat dan terdefinisi secara
logika dalam Logical Framework Analysis LFA yang disebut juga logframe. Harapan akan diterjemahkan ke dalam akibat impact yang akan terjadi yang menjadi
pertimbangan untuk menentukan hasiltujuan. Tujuan yang jelas akan memudahkan penentuan indikator sebagai alat ukur untuk melihat keberhasilan pencapaian
hasiltujuan. Indikator setiap aspek ditunjukkan pada Tabel 18, 19, 20, 21, 22, dan 23. Logframe aspek keuangan menghasilkan empat indikator yang dapat menjadi
alat ukur harapannya. Dari empat indikator tersebut terdapat dua indikator yang selama ini digunakan untuk mengukur kinerja PKBL. Logframe aspek keuangan dapat
dilihat pada Tabel 18. Plafon pinjaman merupakan indikator untuk melihat apakah PKBL dapat
memenuhi harapan Stakeholder yang menghendaki perubahan dari aturan yang ada saat sekarang yaitu maksimal plafon pinjaman adalah Rp. 60 juta rupiah. Batasan ini
dipandang dapat membatasi pengembangan usaha kecil yang memerlukan pinjaman lebih besar dari Rp. 60 juta rupiah, sedangkan usaha kecil hanya dapat meminjam pada
satu PKBL saja sehingga untuk mendapatkan pinjaman lebih besar dari Rp. 60 juta sangat sulit.
Tabel 18 Logframe Aspek Keuangan Harapan
Akibat Hasil
Indikator Plafon pinjaman ke
PKBL yang lebih besar dari saat ini ≤
60 juta Usaha UKM dapat
lebih berkembang Pinjaman dapat
lebih besar dari 60 juta
Plafon Pinjaman
Pinjaman kepada PKBL tidak
menggunakan jaminan
UKM tidak memiliki jaminan
dapat menjadi mitra binaan
Mitra binaan tidak harus
menyerahkan jaminan
Penggunaan Jaminan
Penyaluran pinjaman usaha
kecil yang efektif pada PKBL
Lebih banyak usaha kecil yang
terbantu Lebih banyak dana
pinjaman terserap Efektivitas
Penyaluran
Tingkat kolektibilitas
pengembalian pinjaman usaha
kecil yang tinggi Lebih banyak dana
pinjaman yang terkumpul
Lebih banyak dana pinjaman yang
bisa disalurkan Tingkat
Kolektibilitas
Di dalam aturan baik undang-undang maupun aturan pemerintah tidak terdapat persyaratan jaminan untuk pinjaman dengan PKBL tetapi pada pelaksanaannya
beberapa PKBL BUMN mensyaratkan. Hal ini dilakukan karena belajar dari pengalaman penyebab dari pengembalian yang kurang lancar yang salah satunya
adalah kurangnya rasa tanggungjawab mitra binaan terhadap uang yang dipinjam. Mitra binaan merasa seolah-olah pinjaman merupakan bantuan pemerintah yang tidak
wajib dikembalikan. Hal ini menjadi dilema bagi PKBL, harapan stakeholder meniadakan jaminan menjadi berat tetapi harus dilaksanakan sebagai komitmen untuk
memuaskan seluruh stakeholder. Efektivitas penyaluran dana adalah jumlah dana yang disalurkan dibagi dengan
jumlah dana yang tersedia dikali 100. Jumlah dana tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri atas: saldo awal,
pengembalian pinjaman, setoran sisa pembagian laba yang diterima dalam tahun yang bersangkutan termasuk alokasi dana PUKK BUMN lain, jika ada, pendapatan bunga
dari pinjaman PUKK. Jumlah dana yang disalurkan adalah seluruh dana yang